baikan

44 3 0
                                    



Keesokannya

Pagi harinya alen di antar dengan Leon, alen bergegas menemui teman imutnya Jane. Dia tidak sabar menunjukkan roti dan juga susu favoritnya. Alen berjalan menuju lorong kelasnya yang berada di lantai 2. Alen membuka pintu kelas mencari sosok Jane yang berada di pojok, dia sibuk dengan bukunya, Jane adalah orang yang sangat pintar. Alen berjalan menuju bangku dan juga bangkunya. Mereka duduk berdampingan.

alen berdiri di samping Jane, alen menatap Jane intens dia heran kenapa temannya ini selalu menulis.

"Ane nulis apa" Jane hanya melirik tanpa menjawab pertanyaan alen. Alen mengerutkan kening heran.

"Jane marah ya sama alen, alen ada salah ya, minta maaf alen minta maaf Jane kalau ada salah, minta maaf " Pinta alen sambil memiringkan kepala untuk melihat Jane. Jane sama sekali tidak merespon apa yang alen lakukan, dia hanya diam.

Melihat Jane yang hanya diam saja membuat alen sedih, dia membalikan badan ke depan menunggu jam pelajaran pertama masuk. Biasanya Jane yang selalu cerewet tapi kenapa sekarang dia hanya diam saja, sedari kemarin Jane tidak mau berbicara padanya. Apakah alen ada salah, tapi apa salahnya. Ia tidak tau.

Entah kenapa kepala alen pusing, sedari pagi saat alen menjemputnya kepala alen sakit tapi masih bisa ia tahan.

Alen melipat kedua tanganya di atas meja meletakkan kepala di atas tangan seraya melihat Jane yang masih sibuk dengan bukunya. Alen tanpa sadar memejamkan matanya, ia ingin tidur meski sebentar sedari tadi kepalanya berisik.

Jane melirik ke arah alen yang tidur di samping nya, Jane bertanya tanya apakah ia berlebihan mendiami alen, tapi itu tidak seberapa, kenapa alen tidak pernah cerita tentang kehidupannya padanya. Saat Jane mendengar cerita dari olvin ia sangat kaget mendengar cerita kehidupan alen yang sangat menyedihkan. Jane mendiami alen hanya ingin anak itu banyak cerita dengan dirinya tanpa di tutup tutupi.

Jane mengelus surai kepala alen lembut. Tangan mungil Jane mengarah ke baju kerah alen. Jane membukanya pelan pelan takut membangun kan alen. Wajah Jane mengkerut sedih melihat lebam di bagian leher alen.

Engghh

Alen melenguh membuka matanya langsung bertatapan dengan mata Jane yang sedang berkaca kaca. Alen bangun menatap Jane heran.

"Ane kenapa, kok nangis" Tanya Jane khawatir.

"Alen ada salah ya, minta maaf Jane alen minta maaf" Ujar alen sambil menangkup wajah Jane. Jane hanya diam mendengarkan alen yang selalu mengucapkan kata maaf.

"Alen tidak salah, maaf sudah mendiami alen" Alen menggeleng ribut.

"Tidak Jane tidak salah alen yang salah disini"

"Maafin alen ya kalau ada salah" Kata alen menunduk sambil memainkan kancing seragam nya.

"Jane mau maafin alen ada syaratnya"

"Syaratnya apa? "

"Alen harus jujur jika Jane bertanya oke" 😉

"Baiklah" Alen memeluk Jane sayang. Alen senang jika temannya ini berbicara lagi padanya. Alen melepas pelukan nya menatap Jane senang.

Tapi raut wajah alen mengerut merasakan sesuatu yang akan keluar dari mulutnya. Alen bergerak gelisah membuat Jane heran sekaligus khawatir.

"Ane tunggu sini ya alen mau ke kamar mandi sebentar" Ujar alen langsung meninggalkan Jane sendiri dengan raut yang bingung.

Alen berlari menuju kamar mandi. Setelah sampai di kamar mandi alen muntah tapi hanya cairan putih tapi tidak banyak.
Alen memejamkan mata lalu menyandarkan tubuhnya di samping wastafel. Tiba tiba tubuh alen bergetar. Apakah karena dia belum makan jadi ia muntah muntah, apa karena bayinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"JANE & ALEN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang