Untuk seorang lelaki berlencana yang entah berada di bumi bagian mana.
Halo, apa kabar... kamu yang dulu selalu menceritakan segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Apa kau hidup dengan baik di sana? Jarak kita sekarang bukan hanya perihal tempat, kota, dan negara, tetapi juga status yang berbeda.
Boleh tidak kubilang bahwa aku terkadang masih merindukanmu? Sedang kini kau telah dimiliki wanita lain. Meski sekedar menanyakan kabar, rindu ini akan menjadi terlarang jika kupaksa menghubungimu, bukan? Karenanya, aku lebih memilih mengubur rasa dalam-dalam meski menyayat hati. Aku tak ingin Tuhan kecewa, juga tak ingin dihukum semesta.
Sudahkah kau berbahagia dengan pasanganmu? Jika boleh mengingatkan, bisakah kau lebih berhati-hati lagi? Jangan sampai kau terperdaya oleh bujuk rayu setan. Karena, terlepas dari bagaimana kau memperlakukan wanitamu, jangan sampai cara yang kau lakukan untuk mencintainya tak direstui Tuhan.
Dalam ketiadaan kabarmu, seiring berjalannya waktu aku berharap kau bisa menjaga diri. Namun, rupanya aku lupa, sejak awal hanya aku yang jatuh cinta sendirian. Sedangkan kamu berkelana di negara orang, bertemu dengan banyak wanita yang beragam dan tentunya menawan. Hehehe.
Tenang saja, aku bukan ingin mengambilmu dari pasanganmu. Aku hanya berdoa untuk kebaikanmu, seperti yang tertulis dalam sepucuk surat berwarna hijau yang kau selipkan pada kado ulang tahunku. Tidak apa, ya?
Terima kasih telah menjadi bagian dari proses pendewasaan. Kehadiranmu pernah membahagiakan. Sekarang kau telah berada di jalan yang terang, jalan yang kau inginkan sejak lama. Aku hanya perempuan biasa, sedangkan kau laki-laki hebat yang memiliki lencana. Kita begitu berbeda ternyata.
Sudah dulu, ya. Tolong jaga diri baik-baik. Jangan jauh-jauh dari Tuhan. Maaf, jika aku masih mencintaimu hingga sekarang.
- Sebagian kalimat berasal dari tulisan seseorang, semoga Tuhan menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience (Complete)
PoetryRangkaian aksara dari lubuk hati yang terpendam. Selamat membaca. ©2019