Hujan turun membasahi bumi, aroma petrichor menguar di udara. Sepasang kekasih saling duduk berhadapan di sebuah cafe.
"Kau tahu apa yang paling aku suka dari hujan?" Tanya Vinny sembari melihat hujan.
"Mm, apa?"
"Aku bisa sepuasnya mengenang mu saat dia turun."
Alan menoleh, menatap kekasihnya yang sedang asik memandang hujan. "Pilih salah satu. Lebih suka hujan, atau aku?"
"Hujan."
"What? Kenapa?"
"Jika suatu hari nanti, kita tak lagi bersama, aku tinggal berdoa pada Tuhan untuk menurunkan hujan. Agar aku bisa mengingat mu, mengenang mu, dan merasakan kehadiran mu selama yang ku mau."
"Lalu jika kau memilih ku, apa yang akan terjadi?"
"Jika aku memilih mu, kemudian suatu hari tiba-tiba kau pergi, maka aku tidak punya apapun untuk bisa mengenang mu."
"Hmm baiklah, simpan kenangan ini di memori mu dan ingatlah baik-baik."
"Apa?" Vinny mengalihkan tatapannya dari hujan, fokus menatap laki-laki dihadapannya.
"Baik sekarang maupun nanti, tetap bersama ku ataupun tidak. Satu yang harus kau ingat, aku pernah ada untuk mu, dan kau pun juga pernah ada untuk ku. Kita saling mencinta, menjalani masa demi masa, mencoba mendapatkan restu semesta, untuk hidup bersama."
"Alan...."
"Jika nanti, besok, atau lusa kita sudah tak lagi bersama, ingatlah bahwa aku pernah mencintai mu dengan sebegitunya. Kau akan selalu mempunyai tempat tersendiri, di hidup ku, di hati ku, dan di segala ruang di dalam kepala ku."
"Kenapa kau mencintai ku?"
"Karena kau adalah Vinny. Mari membuat kenangan yang indah selagi kita masih bersama, selagi kita masih baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Conscience (Complete)
PoetryRangkaian aksara dari lubuk hati yang terpendam. Selamat membaca. ©2019