1.Prolog

1.2K 83 2
                                    

.

§

.
Typo bertebaran
.

.
Happy Reading
.

§

.

Di sebuah ruang keluar terdapat keluarga yang tampak harmonis, meski hanya di isi oleh Kakek, Nenek dan cucunya.

Mereka hanya menonton TV dan berbincang bersama, sampai ucapan sang Kakek membuat sang cucu terkejut.

"Kamu akan pulang ke rumah orang tua kamu besok,"ucap Gama, Gama Yunanda tiba-tiba pada sang cucu.

"Hah? Besok, kok tiba-tiba banget sih Kek,"kaget Juan mendengar ucapan Kakeknya padahal ia sudah nyaman disini.

"Iya mau bagaimana lagi kan kamu kalau disuruh pulang gak pernah mau."

"Aku gak mau Kakek, aku suka disini."

"Emang kamu gak kangen sama Ayah, Bunda, Abang sama kembaran kamu," Ucap Neneknya, Anggita Ratna Yunanda.

Juan diam mendengar perkataan sang Nenek, jika ia ditanya seperti itu maka jawabannya iya dan tidak. Ia bingung harus menjawab apa, ia juga sedikit lupa dengan rupa orang tua dan saudaranya itu.

Bagaimana tidak lupa dia saja tinggal bersama Kakek dan Neneknya dari umur 5 tahun, orang tuanya bahkan tidak pernah berkunjung walau hanya untuk sekedar melihatnya dan juga Kakek Neneknya tidak pernah memperlihatkan foto orang tuanya.

Ia pernah bertanya kemana orang tuanya, Kakek Neneknya selalu menjawab bahwa mereka sedang merawat adik kembarnya yang sedang sakit. Sampai ia beranjak remaja dan tak menanyakan orang tuanya lagi, bahkan ia juga pernah bertanya-tanya pada dirinya sendiri, Apakah separah itu penyakit saudaranya sampai-sampai orang tuanya tidak sempat untuk melihatnya? Atau bahkan menelfonnya, sesibuk itukah mereka sampai tidak pernah menanyakan kabarnya? Tau mereka sudah melupakannya?.

Dia juga ingin seperti teman-temannya yang diantar atau dijemput saat sekolah, bermain bersama.

Tanpa sepengetahuan Kakek dan Neneknya ia kerep dibuli dan menyandang nama anak haram ditengah namanya karena tidak pernah memperkenalkan orang tuannya.

Meskipun Juan dari kalangan orang berada dan dengan kekuasaan keluarganya dapat membuat orang yang membulinya sengsara dengan mudah, tapi Juan lebih memilih menutupi identitasnya.

Ia tidak pernah marah kepada teman-teman yang mengejeknya anak haram karena itu memang bagai sebuah fakta ia mempunyai orang tua tapi tidak merasakannya, orang tua itu hanya formalitas di hidupnya selama ini.

Dan sekarang Kakeknya malah menyuruhnya untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dia ingin menolak tapi ia juga merasa tidak enak karena telah lama menumpang di rumah sang Kakek.

"Kakek tidak menerima penolakan darimu, kamu besok tau nanti langsung pulang juga tidak apa-apa."

"Huh~besok saja, aku juga akan berkemas nanti,"ucap Juan setelah menarik nafas.

"Besok kamu berangkat jam 07.00"

"Iya, tapi gimana kalau kita jalan-jalan dulu di sungai Han."

"Iya nanti sore kita kesana sekalian makan malam diluar,"ucap Anggi

"Yaudah Juan mau ke kamar dulu."

"Iya sana."

Setelah jawaban dari sang Nenek ia pun pergi dari ruang keluarga.

*

*

*

Sesampainya Juan di kamarnya ia langsung merebahkan dirinya di kasur kesayangannya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan.

Juan meraih ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.

____

Theo Tembok

P
P

?

Besok gue ke Indo

Bnr?

Iya, semoga bisa ketemu

Hmm

Hati²

Iya

____

Begitulah pesan singkat mereka setelahnya Juan langsung beres-beres untuk kepergiannya besok.

*

*

*

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat sinar bulan tergantikan dengan terangnya mentari. Hari ini Juan sudah siap untuk berangkat di tamani oleh Kakek , Nenek dan beberapa bodyguard menuju Bandara.

Sekarang Juan sedang berada di Bandara di sampingnya ada Kakek dan Neneknya serta dikelilingi oleh para bodyguard yang mencuri perhatian semua orang.

"Nanti kalau Juan di sana jangan lupa sering telfon ya,"ucap Juan memeluk tubuh sang Kakek.

"Iya, kamu di sana kalau ada apa-apa langsung hubungi Kakek." Gama melepas pelukan sang cucu dan mengecup dahi Juan.

"Nenek gak dipeluk juga nih." Juan beralih memeluk Anggi

"Di sana hati-hati ya, maaf Kakek dan Nenek gak bisa ikut ke sana."

"Iya gapapa."

"Kakek sama Nenek di sini jaga kesehatan, jangan telat makan juga,"ucap Juan melepaskan pelukannya pada sang Nenek dan mendapat kecupan di kedua pipinya.

"Iya, ini dari Nenek buat kamu, kamu juga jaga kesehatan di sana ya." Anggi menyerahkan sebuah gitar pada Juan, karena memang Juan sangat suka pada musik. Juan juga memiliki banyak pengemar di instagramnya dengan konten-konten bernyanyinya.

"Iya, terimakasih Nenek."

"Sudah sana kamu ini lama,"ucap Gama dan mendapatkan tatapan sinis dari Juan.

"Awas nanti Kakek yang kangen aku duluan, sekarang aja ngusir heh."

"Kalian ini sudah-sudah ribut aja, Juan kamu di sana akan di jemput sama supir Ayah kamu."

"Oke, Juan berangkat ya."

Akhirnya Juan berangkat setelah berpamitan pada Kakek dan Neneknya menuju tanah kelahiran yang telah lama iya tinggalkan, ia harap di sana tidak terjadi masalah apapun, semoga di sana ia bisa hidup seperti dengan Kakek dan Neneknya, doa Juan saat menaiki pesawat tersebut.

Kita Itu BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang