3. Keluarga

777 68 4
                                    

.

§

.
Typo bertebaran
.

.
Happy Reading
.

§

.

Sejuknya angin tipis di pagi hari dengan munculnya matahari dari sebelah timur yang tampak malu-malu. Sinarnya yang hangat dan menyilaukan mata, menerobos masuk melewati celah gorden seorang kamar pemuda.

Pemuda itu masih terbungkus dengan selimut bagai kepompong. Seolah sinar matahari yang mengenainya tak dapat mengganggunya untuk tetap bermanja dengan kasur yang lembut dan empuk itu. Sampai suara ketokan pintu membuat acaranya itu terusik.

Tok

Tok

Tok

"Tuan muda, apakah anda sudah bangun?" Tanya seorang maid dari seberang pintu.

"Enggh." Pemuda itu meregangkan tubuhnya dan mengucek matanya pelan menetralkan penglihatannya yang tampak sedikit kabur.

"Tuan muda Juan." Panggil sang maid sekali lagi.

"Apakah saya boleh masuk?"

"Iya." Jawab Juan dengan suara khas bangun tidur. Sebenarnya kamar Juan itu kedap suara tapi karena pintunya terbuka sedikit jadi maid tersebut dapat mendengar suara Juan.

Mendengar jawaban dari sang tuan muda, maid tersebut segera masuk kedalam. Setelahnya maid tersebut membuka gorden agar cahaya matahari dengan leluasa masuk kedalam ruangan,dapat terlihat kamar dengan cat putih dengan kombinasi warna emas yang menambah kemewahannya.

"Tuan muda, diharapkan anda untuk segera siap-siap. Karena tuan, nyonya serta para saudara anda telah menunggu di ruang makan." Ucap maid tersebut melihat Juan yang masih tertutup selimut dan menatapnya sayu. Sebenarnya rambut yang berantakan dan pipi tembem serta mata mulat tapi sayu itu membuat sang maid gemas dan ingin menggigit pipi Juan tapi masih sayang nyawa dan pekerjaannya.

"Tunggu dulu disini ya bibi, Juan mau mandi dulu." Juan turun dari ranjangnya dan menuju kamar mandi tak lupa membawa handuk.

"Iya tuan muda." Jawab maid tersebut dengan merapikan tempat tidur Juan serta menyiapkan pakaian untuk Juan kenakan.

"Tuan muda, saya akan menunggu diluar."

"Iya." Maid tersebut yang mendengar jawaban Juan langsung melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Selang beberapa menit kemudian Juan keluar dari kamar mandi dengan keadaan lebih segar, rambut yang basah dan handuk dikenakan sampai bagian pinggang. Berjalan kearah ranjang yang sudah terdapat kaos berwarna biru mudah dan celana pendek berwarna putih.

Juan memakai pakaian tersebut dan mengeringkan rambutnya,  setelah dirasa sudah perfect ia pun keluar untuk menemui maid yang menunggunya.

Clek

"Tuan muda," ucap maid tersebut dengan menundukkan badannya.

"Jangan menunduk aku tidak suka." Juan menutup pintu kamarnya dan menghadap kearah maid yang menyambutnya, ia tidak suka orang yang lebih tua darinya menundukkan tubuhnya seperti itu kearahnya.

"Ma-maaf tuan muda." Maid tersebut tampak gugup mendengar ucapan Juan.

"Tunjukkan jalannya."

"Baik." Juan berjalan dibelakang sang Maid yang memandu jalan.

*

*

*

"Kakak kemarin imut banget." Ucap Jean membuka percakapan saat sudah sampai ruang makan, karena Jean baru saja dari kamar mandi.

"Kamu juga imut sayang." Lisa menyiapkan makanan di atas meja, meski dari kalangan berada dan memiliki banyak maid tapi untuk masalah masak dan kebutuhan keluarga Lisa akan menyiapkan sendiri.

"Apa sih Bun, Jean itu gak imut ya Jean itu ganteng." Jean menatap Bundanya galak yang jatuhnya malah imut.

"Jangan imut imut dek nanti Abang overdosis keimutan." Ucap Janu mencubit pipi bulat Jean hingga merah.

"Abang!! Sakit tau." Jean memukul tangan janu.

"Bang jangan jailin adeknya." Ucap Andra menengahi, ia membaca koran dengan meminum kopi yang dibuat oleh sang istri tercinta.

"Iya Ayah."

"Biarin gak like sama Abang."

"Jangan ngambek ya, nanti Abang kasih hadiah deh."

"Beneran ya."

"Iya."

"Janji."

"Janji."

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki mengalihkan perhatian mereka, dapat dilihat seorang maid diikuti oleh seorang pemuda dibelakangnya. Dengan langkah bak model pemuda itu menuruni tangga dan menghampiri mereka diruang makan, padahal ia berjalan dengan santai.

Pemuda itu Juandra Ali Sayuga, pemuda yang membuat mereka tercengang. Dengan kaos warna biru mudah dan celana putih selutut sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Dan apa-apa pipi tembem yang hampir tumpah itu, mata yang bulat tapi sayu terlihat sangat imut.

"Selamat pagi." Ucap Juan menyapa mereka, terdengar lembut dan sopan menyapa telinga.

"Pagi." Balas mereka

"Kakak imut banget." Ucap Jean menarik tangan Juan untuk duduk disebelahnya.

"Kamu yang imut." Juan tak Terima dikatai imut, ia tak imut ia itu tampan dan mempesona.

"Kalian itu sama-sama imut." Ucap Janu membuatnya mendapat pelototan maut dari kedua adiknya.

"Kenalin Januar Ali Sayuga, panggil Abang."

"Juandra." Jawab Juan dengan singkat, ia lapar sekarang kenapa tidak makan-makan sih.

"Jangan jutek-jutek jadi tambah imut." Ucap Jean dengan cekikikan tak sadar diri jika dia juga imut meski memang masih imutan Juan.

"Jeandra Ali Sayuga, panggil Jean tau Kakak aja juga gapapa. Kayaknya lebih cocok aku jadi Kakaknya dari pada kamu." Jean dengan jahil

"Gak mau." Ucap Juan menatap kesal Jean.

"Aku lebih tinggi dari kamu."

"Iyakah"

"Tinggi kamu berapa?"

"157."

"Nah kan tinggi aku, aku 165."

"Panggil aku Kakak, aku lebih tinggi dari pada kamu."

"Gak mau." Juan mengernyitkan dahinya, kenapa dia pendek sekali bahkan adiknya saja lebih tinggi darinya.

"Sudah-sudah, kalian ini ribut saja." Lisa dengan memegang sendok sayur.

"Panggil Bunda, nama Bunda Alisa."

"Dan dia adalah Ayahmu, Yanuar Andra Sayuga." Lanjut Lisa menunjuk sang suami.

"Iya." Ucap Juan mengingat semua nama keluarganya.

"Apakah sudah perkenalannya? Jika iya mari makan." Ujar Andra.

"Baik."

Kita Itu BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang