10. Bersama Janu

886 75 7
                                    

.

§

.
Typo bertebaran
.

.
Happy Reading
.

§

.

Hari libur telah tiba, tepat hari sabtu entah mendapat hidayah dari mana Juan tidak tertidur bagai pangeran tidur. Juan menonton TV di ruang tengah dengan berbagai cemilan disampingnya.

"Baru juga masuk sehari sudah libur aja." Batin Juan dengan memasukan makanan ke mulutnya. Ia melupakan aturan bangsawan yang ditentukan kakeknya, makan dengan satu kaki diangkat seperti di warteg itu enak.

"Loh Juan udah disini aja?" Tanya Jean turun dari tangga, Juan melihat sekilas Jean lalu mengalihkan lagi pandangannya pada TV.

Jean mengangkat bahunya acuh lalu berjalan kearah dapur, Jean mencari dan mengambil beberapa cemilan serta minuman untuk ia bawa ke kamar.

Jika tanya Andra dan Lisa mereka sedang pergi jalan-jalan berdua, menikmati masa tua hehe.

Jean melihat Abangnya yang tampak sudah rapi turun dari tangga. Janu menatap Jean yang juga menatapnya dengan tersenyum bahagia ia menghampiri Jean.

"Dek ikut yok," ajak Janu ada Jean.

"Mau kemana Bang?" tanya Jean yang tengah menatap cemilan yang ia bawa, tak sabar ingin menyantapnya dengan belajar.

"Jalan-jalan ke taman aja,"

"Yahh maaf ya Bang Jean mau ngerjain tugas jadi gak bisa jalan-jalan," sesal Jean saat mengetahui Janu mengajaknya jalan-jalan, ia ingin sebenarnya tapi masih ada tugas yang harus ia kerjakan. Jean tidak suka ada tugas yang menumpuk jadi sebisa mungkin ia akan mengerjakan semua tugas yang ia miliki.

"Emm gimana kalau ajak Juan aja," ucap Jean dengan berpikir menunjuk Juan yang asik menonton TV.

Janu tampan murung karena Jean tak ikut dan menatap Juan canggu karena dia tak dekat dengan Juan.

Sedangkan Juan yang namanya disebut hanya acuh memasukkan cemilan kedalam mulutnya, pipinya yang bergerak naik turun saat mengunyah membuatnya bertambah gemas dan lucu.

"Yaudah ya bang Jean mau ngerjain tugas dulu," pamit Jean meninggalkan Janu yang masih bermuka murung membuatnya tak enak.

Janu mendekati Juan dengan ragu duduk didekat Juan yang tak menatapnya sama sekali. Janu berdehem dengan pelan tapi tak mendapat respon dari Juan, sampai ia berdehem dengan keras dan terbatuk.

Juan menoleh kearah sang Abang dan memberikannya air minum, Juna menerimanya dengan baik dan meminumnya sampai kandas.

"Ada apa?" tanya Juan dengan santai mengundang tatapan sinis dari Janu, dari tadi dia berdehem tidak dapat respon sama sekali sampai terbatuk baru menoleh.

"Jalan-jalan yok," ajak Juna setelah meletakkan gelas ke meja.

"Males," singkat Juan menikmati acara gosip pagi yang ia tonton dan merebahkan tubuhnya.

"Ayo sama Abang ke taman, kita belum jalan-jalan berdua loh." Juan menatap Janu dengan malas, ia itu punya telinga ya tadi aja ajak Jean bilang aja gak mau sendiri.

"Hmm," jawab Juan lalu berdiri membuat Janu menatapnya bingung.

"Kemana?" tanya Janu meraih tangan Juan.

"Jalan."

"Kamu gak ganti baju dulu?" tanya Janu sekali lagi saat melihat pakaian Juan, apa-apaan dengan celana dan baju pendek itu pikir Janu.

"Kenapa diluar panas, jadi pakek ini aja," jawab Juan yang malas mengganti baju. Lalu menarik tangan Janu agar cepat berangkat.

*

*

*

Nafas Juan terdengar terengah samar, peluh membasahi pelipisnya. Sinar matahari yang terik membuat wajahnya memerah. Seharusnya tadi ia tolak ajakan Janu, abangnya itu.

Juan merebahkan tubuhnya pada jalan komplek yang sepi, membuat Janu yang berjalan di depannya berhenti dan menoleh padanya. Dengan tergesa Janu tampak berjalan kearahnya.

"Ya ampun dek ngapain duduk disini?" tanya Janu menarik tangan Juan pelan agar berdiri. Tapi Juan tetap kekeh untuk duduk, ia malah tiduran di jalan itu.

"Bangun disini kotor," ucap Janu mengusap keringat di pelipis Juan menggunakan sapu tangan.

"Capek," keluh Juan dengan suara pelan, sungguh dia sekarang sedang malas dan lelah. Jika Kakeknya ada disini mungkin ia akan dihukum, dia terlalu banyak melanggar aturan yang ditetapkan.

"Tapi jangan tiduran juga." Juna juga lelah dengan tingkah adeknya yang satu ini akhirnya ikut duduk didekat Juan.

"Nih minum dulu," ucap Janu menyerahkan minuman yang ia bawa dari rumah. Juan menerimanya dengan baik dan meminum air tersebut sedikit, nafasnya masih terengah-engah, mungkin faktor dia jarang olahraga.

Keheningan terjadi diantara mereka, Janu yang bingung ingin bicara hal apa karena jika dia bersama Jean, Jean yang akan berbicara dan dia yang menanggapi. Tapi, sekarang dia bersama Juan. Juan tampak tak peduli jika tak ada percakapan sama sekali diantara mereka.

"Masih capek?" tanya Janu akhirnya menemukan topik menatap Juan yang tampak memejamkan matanya.

"Iya," jawab Juan singkat membuka matanya dan menatap mata Janu. Jawaban Juan yang singkat itu membuat Janu berpikir keras untuk mencari topik lagi.

"Kau suka disini?" tanya Janu lagi tiba-tiba.

"Kenapa?" Bukannya menjawab Juan malah bertanya balik pada Janu.

"Seharusnya aku yang bertanya, Abang suka Juan disini?" Mata sayu itu membuat Janu sedikit bergetar, suara halus Juan yang mengalun indah itu masuk ke telinganya. Janu terdiam cukup lama untuk menjawab pertanyaan Juan itu, padahal ia hanya perlu menjawab iya atau tidak.

"Suka, Abang suka Juan disini."

"Entah karena apa tapi Abang suka," lanjut Janu menatap birunya langit ada sedikit keraguan di ucapannya. Angin semilir dibawah panasnya matahari itu, membuatnya tak nyaman.

Juan tersenyum tipis mendengar jawaban Janu, ia cukup sadar diri jika dia belum diterima dikeluarganya sendiri. Suara Janu yang sedikit bergetar dan lirih itu, hah~ entahlah Juan hanya ingin ending yang menyenangkan nantinya.

Juan tiba-tiba berdiri mengejutkan Janu yang masih bergulat dengan pikirannya. Janu mengangkat satu alisnya seakan bertanya pada Juan.

"Disini panas," jawab Juan dengan menepuk-nepuk celana yang ia kenapa agar tidak ada kotoran yang menempel. Janu juga ikut berdiri dan membersihkan celananya.

"Pingin es kelapa," ucap Juan tiba-tiba saat melihat pohon kelapa menjulang tinggi tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Yaudah yok cari es kelapa," ajak Janu menanggapi keinginan random Juan yang tiba-tiba.

"Pulang saja," balas Juan meraih ponsel dikantong celananya dan berjalan pergi kearah jalan pulang.

"Katanya pingin es kelapa?" tanya Janu yang sudah berada disamping Juan dan melihat apa yang Juan lakukan.

"Udah pesen," jawab Juan menunjukkan layar ponsel miliknya pada Janu. Janu hanya menghela nafas saat tak bisa menebak setiap apa akan dilakukan Juan.

Kenapa harus cari orang jual es kelapa kalau sudah bisa pesan online apalagi di cuaca yang panas seperti ini, begitu pikir Juan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Itu BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang