8

503 89 124
                                    

Seminggu berlalu, sejak kejadian tak terduga yang menimpa Seowon dan Hanbin berakhir menjadi tersangka, banyak murid menatap penuh benci dan juga menjauhinya seakan ia adalah penjahat kelas kakap, padahal ia tak pernah mencelakai Seowon sama sekali.

Akibat insiden itu, Hanbin sempat dipanggil ke ruang BK bersama dengan Seowon, untung lah Seowon membela Hanbin dan mengatakan jika Hanbin tak bersalah dan tak mungkin mendorong nya, waktu itu Seowon mengatakan jika ia tak ingat apapun tapi ia yakin Hanbin tak mungkin melakukan nya.

Jadi, Hanbin akhirnya bebas dari hukuman.

Namun, saat beberapa murid tahu akan hal itu, mereka malah semakin membenci Hanbin dan memuja kebaikan hati Seowon dan ya begitulah akhirnya, Hanbin malah dibenci dan seakan terasingkan di sekolah, hal ini sudah berada di batas yang sangat keterlaluan, tapi Hanbin mengabaikannya dan mencoba terlihat biasa saja, karena ia merasa kalau ia tak perlu merasa takut, jika ia memang benar-benar tak bersalah.

"Kak Hanbin," Hanbin yang sedang duduk sendirian di gazebo spontan menoleh saat ada seseorang menyapanya.

Lamunannya buyar seketika digantikan dengan senyum cerah.

"Eh, Ricky!" Hanbin tersenyum penuh sumringah saat sang adik kelas yang semingguan ini lumayan dekat dengan nya kini sudah duduk bersila di hadapannya.

"Ngapain disini sendirian?" tanya Ricky dengan senyum tipisnya.

"Gak ngapa-ngapain sih cuma pengin sendirian aja, eum ... lo sendiri ngapain disini?" Hanbin mengalihkan topik pembicaraan.

"Nyamperin lo yang lagi sendirian."

"Lah, kenapa? Biasanya kan lo nongkrong sama temen-temen lo di kantin," celetuk Hanbin merasa heran.

"Lo sampek hafal juga ya?" Hanbin mengulum senyum. "Bukan hafal sih, cuma biasanya kan emang begitu."

Ricky mengangguk kecil. "Terserah sih, btw lo sendiri tumben banget gak nongkrong sama temen-temen lo?"

"Udah dibilang gue lagi pengin sendiri," jawab Hanbin dengan santai.

"Kenapa pengin sendiri? Masih kepikiran soal kejadian Minggu lalu?"

Ekspresi wajah Hanbin berubah lesu. "Gue masih ngerasa bersalah sama Seowon."

"Lo kan udah minta maaf dan dia udah maafin, jadi lupain aja."

"Gak bisa gitu, Ky." Ricky mengikis jarak dan lebih mendekat pada yang lebih tua dengan posisi masih duduk saling berhadap-hadapan.

"Kalau cctv nya gak ilang, pasti lo nggak akan di salahin dan orang yang bener-bener jahat sama lo pasti bakal ketahuan." Hanbin mengerjit bingung. "Maksudnya?"

"Gak ada lupain aja." Ricky terkekeh gemas, selaku saja Sung Hanbin terlihat menggemaskan di matanya.

"Lah, gimana sih?" Hanbin terlihat heran bercampur kesal.

Hanbin mengerucutkan bibir dan Ricky terlihat semakin gemas, ia bahkan berani mencubit pipi gembil yang lebih tua. "Kak, jangan gemes-gemes jadi orang, gue gak sekuat itu ngeliat lo segemes ini."

"Masa?" Hanbin malah menggoda Ricky seakan hal yang tadi di lontarkan oleh Ricky tak mempunyai arti khusus untuknya.

"Kak?"

"Hum," sahut Hanbin.

"Gue suka sama lo." Hanbin diam mematung dan Ricky kini memandangnya intens.

"Ky, lo gapapa?" tanya Hanbin bingung, ia takut saja jika Ricky mulai bicara ngelantur.

"Gue serius, gue suka sama lo, mungkin sekarang masih belum waktunya buat gue bisa nge geser posisi Bang Zhang Hao di hati lo, tapi suatu saat nanti kalau emang kita berjodoh, gue bakal jagain lo dan gak akan ngebiarin siapapun nyakitin lo, termasuk diri gue sendiri."

LAST HOPE (HAOBIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang