19

330 40 1
                                    

Suara keramaian orang orang beraktifitas disebuah masion besar atas namakan Ferwaxta. Semua para pekerja terlihat sangat sibuk dibandingkan hari biasanya.

Dikarenakan Tuan rumah tersebut akan segera kembali kerumah setelah 3 tahun lamanya menjalankan bisnisnya diluar negri.

Seorang gadis bangsawan juga saat ini sedang menyiapkan semua tugas-tugasnya diruang kerjanya. Tanganya tidak henti untuk terus menulis.

"Nyonya muda, Anda harus istirahat" ucap seorang pria tua yang berdiri berdekatan dengan gadis itu.

Gadis tersebut menghentikan pergerakannya, memegang pergelangan tanganya yang mulai merasa pegal dan sedikit merah. Sudah berapa lama ia menulis hingga tanganya sampai memerah.

Tidak mempedulikan hal itu, gadis itu segera beranjak dari kursi lalu pergi menuju kamarnya sembari diikuti oleh pria tua itu yang tidak lain adalah Asistennya, namanya Gro.

"Gro, kapan Ayah akan tiba?" gadis itu bertanya masih dengan tatapan lurus kedepan.

"Ketika sesuai prediksi kemungkinan 2 hari lagi, Nyonya Muda" ucap Gro sambil menutup kedua matanya.

Gadis itu tidak menjawab dan hanya melanjutkan langkahnya, ia mengganti tujuan, yang awalnya ingin menuju kamar kini berganti menuju taman.

Kedua kakinya sudah menginjak area taman. Langit masih menunjukkan langit biru beserta gumpalan awan diatasnya. Bola mata kuning keemasanya kini menyala akibat sinar matahari, begitu jernih bagaikan emas yang berkilau.

"Gro, aku ingin sendirian"

"Dimengerti, Nyonya Fiona"

Benar. Gadis itu adalah Fiona. Fiona tersenyum tipis sambil menatap perginya Gro dari jangkuan pandanganya. Kembali menatap kedepan, sejauh mata memandang ia hanya dapat melihat puluhan macam bunga yang bermekar indah disana.

Fiona berjalan dengan langkah yang pelan, matanya melihat kanan kiri dan menghirup nafas dalam-dalam. Rasanya ia begitu lelah, ingin rasanya untuk beristirahat untuk selama-lamanya.

Itu yang ada didalam pikiran gadis tersebut. Fiona berjalan menuju sebuah tempat yang biasanya dirinya dan sang Ibu duduk sambil mengobrol.

Ia dapat melihat bayangan sosok ibunya yang begitu cantik. Rambut berwarna cream dan kedua matanya berwarna coklat. Ibunya begitu cantik dan senyumannya begitu manis.

'Aku sungguh merindukan Ibu'

Sepertinya itu menjadikan alasan untuk dirinya mengeluarkan air mata hingga terjatuh menyentuh rumput hijau.

Fiona tersadar lalu mengusapnya hingga tidak tersisa. Ia berpikir untuk menahan tangisanya lalu memukul pelan kedua pipinya dan kembali tenang kembali.

"Huu..."

Fiona kembali merasa tenang lalu kembali menuju kamarnya, ternyata Gro menunggunya didekat pintu taman. Fiona tersenyum kecil lalu memanggil pria tua itu untuk melanjutkan pekerjaanya.

****

"Selamat datang Tuan" semua pelayan datang untuk menyambut kereta kuda yang dinaikin oleh Tuan besar Ferwaxta.

Namanya adalah Grand Duke Henry. Penampilan fisiknya sudah mulai keliatan keriput diwajahnya. Pria itu hampir menginjak kepala empat.

Meski begitu, tidak bisa mengelak kalau ia memiliki rupa yang begitu menawan dengan tatapan tajam yang ia miliki. Luka goresan diarea pipi kirinya.

Henry menatap sekeliling, sudah lama ia tidak kembali kerumahnya sendiri. Tatapannya begitu tajam, rambut hitam legamnya serta kedua matanyan yang berwarna kuning keemasan itu melayang kearah sosok gadis yang memberi salam dihadapanya.

MR.DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang