BAB 1

612 24 3
                                    

Suasana kantor saat itu telah sunyi, hanya beberapa orang ya g tersisa tengah sibuk dengan komputer di hadapan mereka. Satu di antaranya terdapat seorang gadis berambut panjang yang di kucir kuda, sementara tanganya sibuk menari-nari di atas keyboard. Sesekali matanya melirik ke layar ponselnya yang berkedip karena terdapat pesan masuk.

Gadis itu mendengus sambil kembali menekuri berkas yang harus diselesaikannya saat ini. Dalam hatinya ia sedikit kecewa karena hanya dirinya saja yang tidak ikut acara Hanami hari esok. Sekali lagi ponselnya bergetar karena pesan teman-temannya yang sibuk membahas acara hari esok di pesan grup.

"Tidak apa-apa Livia, kau bisa pergi sendirian besok. Memangnya kenapa?" Gumam Gadis itu sambil meniup pelan poninya yang menutupi seluruh dahinya. Di dalam hatinya, gadis itu tengah tertawa pahit, meruntuki jadwal kerjanya yang menumpuk pada hari esok.

"Pstt.." Sebuah bisikan menegur gadia itu dari konsentrasinya yang sedang terpecah belah. Dengan matanya yang menyipit-terbawa emosinya-gadis itu melototi rekan kerjanya yang duduk di seberang kursi kerjanya, sementara meja mereka satu namun saling bertolak belakangan. Mendapat sorotan tidak berasahabat, orang itu menyeringai kecil. "Mau pergi Hanami bersama?" Tawar orang itu dengan ramah. Gadis itu segera menggeleng dengan senyumnya yang kecil, jujur saja senyum penolakan karena tidak enak hati.

"Emmm, kurasa lusa aku masih banyak Pekerjaan." Tolak gadis itu dengan sopan, sementara matanya mulai sibuk mengamati jam di pojok layar komputernya. Berharap pekerjaannya segera selesai sebelum malam sudah benar-benar larut.

"Oh, baiklah." Ujar Pria di hadapannya dengan senyum masam.

"Li-chan, boleh aku minta copy-an berkas kemarin?" Tanya pria itu kembali. Gadis di hadapannya yang diketahui memiliki nama Livia Malera mengangguk singkat, kemudian tangannya meraih satu folder di sudut atas mejanya, kemudian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer, tangannya memberikan folder tersebut kepada pria di depannya.

"Terimakasih.." Gumam Pria itu kembali, yang Livia tanggapi dengan anggukan singkat. Saat akhirnya pekerjaan yang dilimpahkan padanya telah berakhir, Livia segera merenggangkan tubuhnya kemudian tersenyum besar.

"Aku pulang dulu. Kau semangat bekerja ya!" Pamit Livia pada rekan kerjanya, sementara tangannya mulai mengeklik icon send pada akun e-mailnya. Orang di hadapannya menatap wajah Livia lekat-lekat, matanya menyorotkan kepedihan. Livia dapat menyadari hal itu dari ekor matanya, tetapi Livia memilih untuk pura-pura tidak melihatnya.
"Dah.." pamit Livia kemudian sambil berlari kecil menuju Lift yang berada di luar ruang kantornya. Sambil dalam hatinya Livia menghembuskan nafas lega karena sekali lagi dia dapat menghindari ajakan Laki-laki itu. Laki-laki yang di kenalinya selama dia kuliah di universitas terkenal di Jepang, dan sekarang mereka juga bekerja di tempat yang sama.

Dan Livia tahu betul, selama itu pula, Nakamura Hirohito telah menaruh hati kepadanya. Ting, bunyi bel lift berdenting, menyadarkan Livia dari lamunannya. Buru-buru Livia memasuki Lift dan membiarkan Lift tersebut turun sementara tangannya telah sibuk menekan-tekan layar ponsel di tangannya.

Perlahan Lift yang di naikinya berhenti dan berbunyi, dan seorang pria berbadan tegap masuk ke dalam Lift tersebut. Melihat dari lantai mana dia biasanya bekerja, Livia agak meringis melihat setelan mahal pria itu, padahal pekerjaannya hanya bagian supervisor. Merasa terus di pandangi, pria itu melirik Livia dengan tajam sekan merasa terganggu. Karenanya, Livia berdeham pelan kemudian kembali sibuk pada ponselnya.

Saat Lift telah sampai di basement, Livia buru-buru berjalan keluar menuju mobil jazznya yang berwarna merah menyala. Livia tidak suka sepi yang mencekam seperti ini, apalagi hanya terdapat segelintir mobil yang tersisa. Setelah meraih mobilnya, Livia segera masuk, dan melajukan mobilnya ke rumah.

The Warm SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang