BAB 10

292 19 0
                                    

Bagi pembaca The Warm Sky, jangan lupa mampir baca simfoni tangga nada ya. Simfoni Tangga Nada menceritakan kisah Clara Mark dan Denny Andreson yaitu Ayah dan ibunya Rafael.
Terimakasih yang ya atas yang memberi vomentnya. Yang belum jangan lupa bagi-bagi. Terimakasih!!

===

"Fa," Livia memanggil Rafael Jordan dengan lembut. Rafael tersenyum tipis kemudian menghembuskan nafasnya dengan pelan.

"Hana bilang kau sudah tahu semuanya." Bisik Rafael Jordan sambil tersenyum miring. "Kau boleh membenciku Livia." Lanjut Rafael sambil memainkan alat tulisnya. Livia tersenyum kecil, perlahan Livia menggelengkan kepalanya.

"Aku maafin kok." Aku Livia sambil perlahan menepuk bahu Rafael. "Terimakasih ya buat akhir-akhir ini." Hibur Livia. Livia dapat melihat wajah Rafael Jordan yang terlihat begitu sedih.

"Kau memaafkan aku? Atas semua kepalsuan yang kubuat?" Tanya Rafael membuat Livia mengangguk pelan. "Asal kau tau Livia. Aku mencintaimu." Bisik Rafael membuat Livia menarik kedua ujung bibirnya dengan lembut.

"Terimakasih juga atas perasaanmu Fa." Bisik Livia kemudian sambil perlahan memeluk Rafael Jordan. "Dan maafkan aku." Bisik Livia di telinga pria itu, Livia dapat mendengar helaan nafas yang berat dari orang yang tengah di peluknya.

'"Kalau begitu kejarlah Rafael Andreson." Printah Rafael Jordan yang Livia balasi dengan anggukan kecil. Kemudian Livia melepas pelukannya dan beranjak pergi. Sekilas Livia melihat Nakamura tengah menatapnya. Tetapi Livia hanya melempar senyum singkat dan terus berjalan. Sedangkan tangannya memegang selembar kertas kecil yang berisi data diri Rafael Anderson.

•°•

Rafael Andreson melangkahkan kakinya dengan lemah. Di sampingnya Alex menghembuskan nafas berat sambil mengamati orang-orang yang berlalu lalang di pemakaman. Suasana begitu duka. Apalagi saat Rafael dan Alex menemukan seorang gadis yang tengah mengisak keras di dekat batu nisan.

Matanya sembab, hidungnya merah. Ia terus menangis dan bersedaku di dekat nisan, tidak menghiraukan perutnya yang sudah besar. Perlahan Alex mendekati gadis itu, dan menepuk pelan pundaknya. "Anna, sabar ya. Dion punya tempat yang lebih baik lagi di atas sana." Bisik Alex pelan membuat gadis itu menangis dengan kencang. Rafael menatap nisan dihadapannya dengan pahit. Seluruh ingatannya pergi ketempat dimana dirinya dan kedua sahabatnya melewati momen-momen bersama. Baik suka, dan duka.

Rafael menatap Istri Dion dengan iba, perlahan Rafael mengulurkan tangannya agar dapat diraih oleh gadis itu. Susah payah gadis itu berdiri, meski telah dibantu dengan Rafael dan Alex. "Kamu istirahat dulu. Dion tidak akan senang melihatmu dan anakmu menderita seperti ini." Bujuk Rafael membuat gadis tersebut mengangguk lemah. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju mobil Dion yang terparkir di luar pemakaman. Alex dan Rafael tentu saja tidak akan membiarkan istri Dion pulang sendirian. Sebab terlalu beresiko bagi wanita hamil yang telah ditinggal suaminya untuk sendirian menyetir. Bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan siapapun. Cukup Dion yang pergi terlebih dahulu, tidak dengan Istri dan anaknya. Siapa yang akan menghibur dan menemani kedua orang tua Dion?

•°•

Livia mengamati bangunan pencakar langit di hadapannya dengan bimbang. Diliriknya orang-orang yang dengan santai berlalu lalang keluar dan masuk kedalam bangunan itu. "Pesawat pribadi? Perusahaan besar? Kau sudah kaya rupanya." Bisik Livia sambil perlahan menaiki undak-undakan di hadapannya. Livia ingat betul dia kebandara pada malam hari, dan ia tidak menyangka jika ia akan sampai dalam keadaan masih pagi hari.

Livia berjalan kedalam pintu putar, kemudian ia melangkahkan kakinya kearah meja besar yang di belakangnya lima orang wanita tengah sibuk dengan telepon kabel mereka. Livia memilih berdiri di hadapan wanita tengah dan menungguinya selesai bicara. Livia dapat melihat kilatan menilai dari wanita itu. Dibegitukan, Livia merasa kesal. Memangnya salah jika Livia masuk menggunakan kaos oblong berwarna putih, jaket merah muda dan celana biru muda? Di tambahi syal yang berwarna senada dengan celananya. Belum lagi koper kecil di samping Livia.

The Warm SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang