BAB 6

298 20 2
                                    

Haii.. Semoga jalan ceritanya asik ya..
Dan ditunggu banget komentar mengenai jalan cerita ini, atau perkiraan jalan cerita ini.
Author juga berterimakasih atas yang telah memberikan Vomentnya ya..
Dan yang belum, jangan lupa bagi-bagi ya..
Selamat membaca.. ^^

===

Livia mengetukkan jemarinya di atas meja sambil sesekali menatap jam dinding di hadapannya. Entah mengapa saat ini ia merasa ada yang janggal, seakan sesuatu yang penting telah terlewatkan olehnya. Merasa dirinya melebih-lebihkan, Livia memutuskan untuk kembali berkutat pada angka di hadapannya.

Livia melirik jam sekali lagi, dan waktu telah menunjukkan istirahat siang, membuat Livia segera bangkit berdiri. Masa bodo dengan pembukuannya, saat ini Livia lebih ingin mengisi perutnya. "Makan yuk?" Ajak Livia kepada Hana yang terlihat sayu. Sekitar matanya berlingkaran hitam, seakan semalaman dia belum tidur.

"Percayalah, aku ingin tidur malam ini." Bisik Hana membuat Livia menautkan alisnya keheranan.

"Lantas.." belum sempat Livia berkata-kata, Hana segera memotongnya. "Kalau kau mengajakku sekarang, tugasku juga tidak selesai, dan mungkin aku tidak akan tidur malam ini." Jelas Hana dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Baiklah kalau begitu." Gumam Livia sambil berjalan keluar ruangannya, sebab dia tidak ingin memperumit masalah Hana. Begitu di luar, Livia merenggangkan sedikit tulang punggungnya, dan mulai berjalan kearah lift. Matanya menyapu sekitar, entah mengapa sekali lagi dirinya merasa janggal. Seakan ada yang kosong, seakan ada sesutu yang hilang. Tetapi bunyi dentingan pintu lift yang terbuka segera menyadarkan Livia, dan membuat Livia buru-buru masuk ke dalamnya.

Begitu turun kelantai 1, Livia berjalan keluar pintu dan berpapasan dengan Rafael yang tengah dengan ramah menyapa gadis-gadis yang menurut Livia sengaja mendekatinya. "Hai." Sapa Rafael begitu mereka sudah dekat. Livia tersenyum kecil dan membalas sapaan Rafael.

"Hai juga." Balas Livia. "Mau ke kantin?" Ajak Livia membuat Rafael mengangguk kecil.

"Tentu. Ayo." Ajak Rafael balik, membuat mereka berdua berjalan keluar bangunan perusahaan, dan sambil menulusuri jalan setapak, mereka berdua berhenti di belakang perusahaan yang terdiri dari model kantin yang terbuka (out door). Rafael memesan kari, sedangakan Livia memesan mie udon. Bersisihan mereka berjalan memilih bangku sambil sesekali bercengkrama. Walau kebanyakan waktu mereka habiskan dengan diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aneh ya," gumam Rafael memecahkan keheningan membuat Livia menatapnya dalam diam. "Kita baru pergi makan bersama dua kali ini, tetapi rasanya begitu nyaman." Lanjut Rafael sambil tersenyum kecil, membuat jantung Livia berdebar-debar. Seakan kalimatnya membuat Livia semakin berharap bahwa pria di hadapannya adalah Rafael sesungguhnya. Livia menanggapi gumaman Rafael dengan senyum kecil, sampai kedua mata mereka di pertemukan, dan terkunci dalam waktu beberapa detik.

Dan dari caranya memandang Livia, Livia tahu bahwa Rafael di hadapannya, sama dengan Rafael yang selalu dirindukannya.

"Bagaimana jika nanti malam aku menjemputmu? Kita pergi ke restoran prancis?" Tawar Rafael, sambil berjalan kembali kedalam kantor.

"Boleh." Ucap Livia sambil tersenyum kecil. Tanpa sadar pipinya merona merah, sebab hari ini, dirinya merasa begitu bahagia.

"Em Liv, Livia Malera." Panggil Rafael membuat Livia menatap wajah Rafael lekat-lekat. Pohon sakura di sisi jalan berbatu tadi, perlahan-lahan menjatuhkan kelopak-kelopak bunganya, diantara Rafael dan Livia. Livia menatap Rafael tepat di manik matanya, begitu juga Rafael. Seakan bunga sakura yang berguguran mengunci mata mereka satu-sama-lain. "Sepertinya, aku jatuh cinta padamu." Umum Rafael kemudian membuat mata Livia mengerjap. Livia dapat melihat dengan jelas pipi Rafael yang mulai merona merah, membuat pipi Livia semakin memerah. Keduanya menyadari situasi mereka masing-masing, sehingga mereka memilih untuk berjalan kedepan, sementara tangan mereka saling bertautan, seakan pertanda perasaan mereka telah menyatu.

The Warm SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang