6. Tanda Lahir

851 122 25
                                    


Halo, Aaraz dan Miyura balik lagi. Jangan lupa sebelum baca vote dulu, yak. Happy reading.

Gigi susu Miyu nampak ketika dia tersenyum lebar. Matanya yang bulat berbinar indah saat melihat sebuah gantungan kunci bergambar Angry Bird yang Aaraz tunjukkan.

"Kamu dapat dari mana?" tanya Miyu kecil. Tangannya sudah ingin meraih benda itu, tapi dia tahan.

"Aku dapat dari seorang penjual aksesoris di depan sekolah. Bagus, kan?"

Miyu mengangguk mantap. Hatinya sudah tak sabar ingin memiliki gantungan kunci itu. "Kenapa kamu beli itu? Kamu kan nggak suka Angry Bird."

Bibir mungil Aaraz melengkung. "Iya, aku sukanya Batman. Nih, aku juga beli Batman. Jadi, Angry Bird ini buat kamu."

Mata Miyu makin berbinar ketika Aaraz memberikan gantungan kunci tersebut. "Makasih, Aaraz, kamu memang temanku yang paling baik." Spontan Miyu kecil memeluk Aaraz, membuat anak lelaki itu bersemu.

"Besok hari Minggu, gimana kalau kita makan es krim bersama di bawah pohon cemara?" ajak Aaraz saat mengingat di kulkas rumahnya ada banyak es krim.

"Iya, boleh. Besok aku tunggu di sana."

Keesokan harinya dengan membawa salah satu koleksi boneka Angry Bird kesayangannya, Miyu datang ke pohon cemara yang ada di dekat tanah lapang. Biasanya dia dan Aaraz menghabiskan waktu bermain berdua di sana. Selain tempatnya sejuk, jauh juga dari jangkauan anak-anak nakal yang kerap mengganggu Aaraz.

Miyu kecil celingukan sambil memeluk boneka. Sudah lebih dari satu jam dia menunggu, tapi Aaraz tak kunjung datang. Dia masih sabar menunggu dan membunuh bosan dengan bermain rumah-rumahan sendirian. Namun, sampai matahari makin meninggi Aaraz masih belum juga muncul batang hidungnya. Perutnya sudah mulai lapar.

"Heh! Rara, ngapain kamu sendirian di situ? Kesurupan loh ntar, hiiihh," tegur salah seorang anak yang kebetulan lewat hendak bermain bola di tanah lapang.

Miyu tak acuh dan membuang muka.

"Dia lagi nunggu si cemen Aaraz palingan ge. Anak cemen ditemenin!" ejek anak lainnya. Membuat Miyu jengkel.

"Heh! Aaraz nggak cemen ya! Yang cemen itu kalian!" omelnya kesal sambil berkacak pinggang. Tapi anak-anak itu malah tertawa.

"Kalau dia nggak cemen, nggak mungkin dia biarin kamu nunggu sendirian di sini. Huuuuuh!"

Miyu ingin membalas, tapi urung lantaran yang mereka ucapkan benar.  Dia sudah lama menunggu Aaraz.

"Sebenarnya kamu ke mana sih?"

Dan, sejak hari itu Miyu tak pernah lagi melihat wajah Aaraz. Anak lelaki itu menghilang bak ditelan bumi. Miyu sedih dan kecewa karena Aaraz sudah mengingkari janji.

Miyu menghela napas panjang. Matanya basah mengingat hari itu lagi. Hari di mana Aaraz pergi tanpa kabar. Lalu setelah dua puluh tahun berlalu dan dia bertemu kembali, lelaki itu malah tidak mengingatnya.

Tangannya yang terkepal terbuka dan gantungan kunci Angry Bird itu ada di sana. "Kalau aku tunjukkan ini padanya. Dia bakal ingat aku enggak, ya?" gumamnya sambil memandangi benda itu. Usahanya membuat Aaraz ingat memang belum maksimal.

"Miyu, ikut saya ke bagian pengepakan barang." 

Miyu terperanjat dan refleks menyimpan gantungan kunci itu ke saku blazer sambil berdiri. "Iya, Pak. Apa ada masalah?"

Twenty Years (TERBIT E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang