8. Over Time

859 141 51
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini sepi banget, ya. Apa karena bukan 21+? 🤣🤣🤣
Vibesnya beda banget dari Under Cover yang baru beberapa bab views langsung melejit.😆

Nggak apalah tetep semangat ya Miyu-Aaraz.



❤️❤️❤️




Berulang kali. Sejak Aaraz menerima panggilan dari nenek perkara makan malam dengan keluarga Carol membuat dia berpikir seraya memutar-mutar ponsel di meja. Makan malam yang pasti akan menentukan nasib masa depannya. Sejauh ini dia belum bisa mendapat alasan yang tepat untuk menolak perjodohan itu.

Harapan Carol membenci atau ilfil padanya sia-sia. Padahal dia sering sekali bersikap ketus pada cucu dari rekan bisnis sang nenek itu. Namun, alih-alih menjauh Carol justru makin tergila-gila padanya. Wanita itu bilang karakter Aaraz itu seperti jelmaan tokoh utama pria dari Webtoon. Cuek-cuek gemesin. Gemesin giginya rontok!

Salman sampai tergelak hingga terkencing-kencing saat mendengar ceritanya dari Aaraz.

"Udah, sih, Raz. Terima aja. Kurangnya apa sih Carol itu? Cantik? Ceklist. Kaya? Banget. Bibit bebet bobot, muluuus. Idaman nenek lo banget, kan? Body? Dinar Candy aja kalah, Bro," ujar Salman suatu hari, tapi langsung dicemes Aaraz dengan sinis.

"Emang lo mau kalau dijodohin sama dia?"

Salman meringis. Semua yang dia ucapkan barusan sumpah benar. Hanya saja, Carol itu ribet dan manjanya tidak ketulungan. Herannya, dia gemar merokok dan dugem. Padahal anak manja identik dengan anak rumahan. Namun, Carol? Bisa bikin Salman menggeleng.

"Nggak mau kan lo?!" Aaraz menuding Salman sengit.

Saking peningnya perkara dinner nanti malam, Aaraz memutuskan menghubungi Salman. Sahabat satu-satunya itu sedang terlelap di bagian belahan bumi lain, tapi peduli setan. Dia butuh masukan.

"Astaga, Raz! Laknat banget lo, ya. Di sini jam satu dini hari!" seru Salman di ujung telepon begitu panggilan Aaraz terhubung.

"Gue bingung."

"Pegangan," ujar Salman terdengar malas.

"Gue serius. Malam ini nenek ngadain makan malam dengan keluarga Carol. Dan lo tau betul tujuannya." Aaraz terdengar gusar. Tangannya memijat kening seperti orang frustrasi.

Embusan napas lelah terdengar. Sepertinya Salman di sana masih belum melek sempurna. "Ya, kan lo tinggal bilang jujur sama nenek kalau lo nggak mau dikawinkan."

"Nggak segampang itu. Gue harus punya alasan tepat. Menurut nenek, Carol itu wanita idaman. Sulit meyakinkan nenek."

Kuapan lebar terdengar di sana, membuat Aaraz menjauhkan ponsel dari telinga.

Twenty Years (TERBIT E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang