Part 10

9 0 0
                                    

Akhir-akhir ini Zea disibukkan dengan agenda Festival Tari dan Karate yang sebentar lagi di adakan. Capek itu ada namun tanggung jawab tetaplah tanggung jawab. Menjadi salah satu anggota OSIS adalah cita-cita Zea dari SMP dan sekarang keinginannya terkabul maka ia akan melaksanakan sebaik mungkin dan se amanah mungkin.

Dia dan teman-teman OSIS lainnya sedang mengumpulkan beberapa murid yang mengikuti ekstrakurikuler tari dan karate di Aula. Dua ekstrakurikuler itu akan menjadi ajang pameran kepada pihak ternama dari Singapura.

Disana terlihat Andre yang sedang menjelaskan alur dan tatacara keberlangsungan acara yang akan dilakukan kurang lebih seminggu lagi, "Baik semunya untuk mensukseskan acara sekolah kita ini gue harap kalian bisa kasih yang terbaik jangan sampai kalian membuat kecewa pada diri sendiri. Buktikan kalo kalian mampu kalian bisa, good luck!"

"Untuk yang ekstrakulikuler tari kita bakal pilih kalian sesuai kelas tari kalian dan itu nanti bakal dibagi, dan sesuai konsep untuk ekstrakurikuler karate gue bakal pilih solo, ganda dan campuran"

Jangan lupakan Zavian si anak karate,Zavian berada di sana, duduk bagian depan sendiri namun bagian samping. Tak lupa Davikar, Tama, Arzan,mereka juga siswa ekstrakulikuler karate. Sementara Dipta? cowok itu tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun.

Zavian tak berhenti menatap gadis yang terlihat pucat itu tengah  membagi sebuah brosur. Zavian berfikir apakah gadis itu sakit?

Zavian menerima brosur itu dari Luna-bendahara, dirinya menatap tak minat untuk mengikuti kegiatan seperti ini. Dapat dipastikan Zavian tidak mendaftar.

"Asikk lumayan nih buat bokap nyokap gue bangga" celetuk Davikar, sepertinya ia akan mendaftar.

"Lo daftar Dav?" Tanya Arzan kala melihat Davikar menulis angket yang diberikan tadi.

"Iya lah kesempatan nih buat gue tampil supaya cewe cewe terkesima melihat gue" ujar Davikar dengan nada pede nya.

"Baguslah gue juga mau daftar," Arzan pun mengikuti apa yang Davikar lakukan.

"Lo daftar gak Tam?" tanya Davikar kepada Tama

"Gue ngikut pak bos aja, kalo dia ikut gue juga ikut," Tama menjawab pertanyaan dari Davikar.

"Yaelah lu ga punya pendirian," ejek Davikar.

"Serah gue"

Sementara Tama melihat Zavian tengah melamun, "Woi Bos ngelamun mulu dari tadi, mikirin apa sih? mikirin utang ya? emangnya lo punya utang?" timpal Tama membuat Zavian tersadar.

"Yang ada juga lo banyak utang sama Bu Sri, makan gorengan 5 dibayar nya cuma 2" ejek Arzan, Tama pun mendengus kesal .

"Anjir lo jangan kenceng-kenceng bangsat malu gue," kesal Tama membuat Arzan dan Davikar tertawa renyah.

"Dosa udah ngutang boong lagi, hahahah si anying," timpal Davikar.

"Kalo gue kaya gue bakal ganti 5kali lipat,"

"Halu lo!"

"Lah monyet, liat aja kalo gue sukses ya,"

"Aminin aja deh"

Sementara Zavian kembali fokus melihat Zea yang sedang mengurusi beberapa berkas-berkas di meja sana, bibir pucat dan raut wajah lesu terlihat jelas dimata Zavian.

apakah Zea kecapekan?

Saat Zea ingin mengambil beberapa surat dan poster pengumuman yang nantinya akan ia tempel di mading sekolah, Namun tiba-tiba

'bruk'

Semua atensi murid berpindah pada suara tersebut.

Zea ambruk wajahnya pucat sekali

COMEBACK [ON GOING]Where stories live. Discover now