6. owh tidak

2.2K 133 4
                                    

hari Rabu, hari yang biasa-biasa aja, tidak seperti hari senin yang sering di keluhkan oleh siswa/siswi karena upacara.

Suasana kelas saat ini sedang riuh karena jam kosong, guru sedang mengadakan rapat.

Tudung tung tung

Tiada ku sangka, sejak detik itu
Kau membuka pintu, jalan di hatiku. Cinta yang teragung
Suatu kita dulu jika dulu
Bersinar kembali.

Suara gendang Rayn yang berasal dari pantat ember dan juga suara nyanyian Aboy menggema dalam kelas itu. Tidak lupa Qaila yang juga ikut berjoget ala bapak-bapak yang lagi nonton konser dangdut.

Ozar hanya duduk diam di kursinya, enggan untuk ikut gila bersama mereka.

saat sedang meregangkan tangan, Willy datang dari arah belakang

"Hai zar, makasih untuk hari itu lu udah bantuin gw. Mungkin gw udah pingsan kalau gak ada lu"

"Santai aja bro, ya kali juga gw liat orang berantakan gitu malah gw tinggal"

"Sekali lagi makasih, owh iya ini ada roti lapis buat lu. Mak gw buat kebanyakan tadi" Katanya sambil menyodorkan roti lapis tersebut.

"Makasih ya buat roti lapisnya"

"Yoi ma sama"

Willy pun berjalan kembali ke tempatnya.

Adegan tadi di saksikan oleh Qaila yang sudah gemes melihat interaksi mereka sambil menggigit gagang sapu yang di pegangnya. Qaila sudah membayangkan adegan-adegan antara sepasang lelaki itu. Adegan yang romantis tentunya.

"Ehem, ciee yang dapat roti lapis dari ayang"

Ozar pun menengok ke sampingnya, sudah ada Qaila yang terkekeh sambil menutup mulutnya.

"Willy cuman ngasih ini sebagai ucapan terimakasih, gak lebih" Ozar menyimpan roti lapis itu dalam lacinya.

"Ngaku aja deh zar, gak usah pake alibi segala atuh. Ihh si akang pake acara malu-malu segala" Katanya sambil mencolek lengan Ozar dengan genit.

"Aku beneran ila, willy itu bukan siapa-siapa aku. Dia cuman ngasih ini sebagai ucapan terimakasih" Ozar sabar, ozar tabah dengan semua ini.

"Iya makasih, makasih karena udah jadi pasangannya. Aduh romatis sekali leee"

Ya sudahlah, otak sahabatnya tidak dapat tertolong lagi.

Dikarenakan rapat masih berlanjut, merekapun di pulangkan. Membuat mereka pulang lebih awal.

"Aku di rumah kamu lagi aja deh Zar, papa sama mama lagi keluar huuh katanya mau pacaran" Qaila mendengus, mereka sedang berjalan menuju parkiran.

Ozar hanya terkekeh pelan "iya, ayo kerumah aku aja"

Sesampainya di rumah

Rumah Ozar juga ternyata sedang kosong, Ozar baru saja menerima pesan dari bundanya bahwa ortunya sedang berbelanja bulanan.

Ozar dan Qaila pun naik ke lantai atas untuk ke kamar Ozar.

Saat Ozar dan Qaila sudah masuk ke kamar, Qaila pun menguncinya.

Ozar pun menatapnya dengan bingung "ngapain di kunci"

Belum juga perkataan itu terjawab, Qaila sudah membuka kancing 3 seragamnya, tersisa 1 kancing yang belum di lepas.

Ozar yang melihat itupun kaget
"ehh kamu ngapainn?? Pake lagi baju kamu"

"ganti baju di kamar mandi astaga"

Ozar berusaha menutupi matanya dengan tas yang belum sempat dia letakkan.

"Gak bakal nafsu kan? Kamu kan gay"

Lanjut membuka bajunya, menyisakan bra sport berwarna hitam.

"Lagian hari ini rasanya gerah banget"

Membuka resleting roknya, terlihatlah celana ketat seatas lutut.
Qaila kemudian mendudukan dirinya di kasur.

Rambut Qaila di angkat tinggi, lalu Qaila mengibaskan tangan yang satunya ke lehernya. Memperlihatkan leher putih jengjangnya.

Ozar mengintip dari balik tasnya, Owh tidak. Mengapa sahabatnnya sangat menggoda.

Ozar mengambil baju di lemari dengan terburu-buru lalu masuk ke kamar mandi yang berada di kamarnya, dirinya sudah tidak sempat berfikir untuk mengganti baju di kamar mandi bawah.

Benar kata Qaila, hari ini sangat menggerahkan.

Ozar sudah mengganti pakaiannya dan juga sudah menenangkan dirinya.

Saat keluar kamar, Ozar melihat Qaila sudah memakai baju kaos dan kakinya di tutupi oleh selimut sambil bermain hp.

Yah setidaknya itu lebih baik daripada yang tadi, yang tadi itu sangat huuhh, menguras kewarasan.

Ozar pun ikut naik ke atas kasur dan merebahkan dirinya di samping Qaila. Dia pun mulai menghidupkan tv dan menonton film kartun kucing dan tikus.

Qaila pun ikut berbaring dan menonton serial kartun itu. Tidak berselang lama, Qaila malah tertidur.

Ozar yang tidak merasakan pergerakan dari arah sampingnya pun menoleh. Dirinya tersenyum melihat Qaila yang tertidur.

Ozar pun bangkit lalu menyelimuti Qaila sebatas dada.

Dada

Wajah Ozar kembali memerah mengingat kejadian tadi dan kejadian di mall waktu itu.

Ozar kemudian membenarkan rambut Qaila yang menutupi wajah gadis itu

"Nakal, kamu nakal Qaila" Tangannya memainkan rambut Qaila.

"Kamu nakal udah buat aku pengen nyentuh kamu, tapi aku gak bisa nyentuh kamu. Kamu buat aku frustasi Qaila"

Matanya turun memandangi bibir ranum itu. Dengan terburu-buru Ozar menggelengkan kepalanya dengan kuat dan menjauhkan dirinya dari Qaila.

Bahaya, ini sangat bahaya.

Ozar pun beranjak untuk ke kamar mandi. Menuntaskan sesuatu yang sesak di bawah sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Qaila terbangun, meregangkan badan terlebih dahulu lalu duduk dan mengucek matanya.

hanya dirinya yang berada di kamar itu, kemana ozar pergi?

Qaila pun turun dari kasur dan keluar kamar untuk kelantai bawah.

Di lantai bawah, tepatnya sofa depan tv. Terlihat Ozar yang tertidur lelap tanpa terganggu sedikit pun.

"Zar bangun, kita belum makan siang" Qaila menepuk-nepuk bahu Ozar membuat lelaki itu merasa terganggu dan membuka matanya.

"Hmm iya, kayaknya bunda sudah nyiapin makanan terus di taro di lemari makanan"

Tanpa basa basi, Qaila langsung ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah di masak oleh bunda Ozar, menaruhnya di meja.

Ozar yang melihat itu hanya duduk diam di kursi dapur.

Setelah semuanya sudah di hidangkan. Mereka berdua pun makan tanpa suara.

Malam pun tiba, Qaila memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Qaila pun berpamitan dengan orang tua ozar yang sudah pulang sejak pukul 5 sore tadi.

"Bapak, bunda. Qaila pulang dulu ya. Makasih untuk makannya"

Bunda Ozar mencubit pipi Qaila "Kamu ini nak, kayak sama siapa aja. sering-sering mampir ke sini"

"hati-hati di jalan nak"

"Rumah Qaila cuman di sebelah pak ngapain suruh hati-hati" Ozar menimpali ucapan ayahnya.

"Ya siapa tau aja Qaila gak liat got terus jatuh"

"Ya gak mungkin lah pak" Ozar hanya menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Ya udah ayo ila, aku anterin sampe depan. Takutnya kamu beneran kecebur got"

Qaila hanya menggeleng sambil terkekeh "ngadi-ngadi aja"

Jadi kamu gay!? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang