Malam yang gelap, Ozar dan Qaila berjalan di pinggir pantai sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka.
Rayn dan Eva tidak ikut. Rayn ingin bermain game online sedangkan Eva sedang sakit perut karena memakan rujak tadi sore. Jadilah hanya mereka berdua yang berjalan-jalan.Ozar menggapai tangan Qaila lalu menggenggamnya membuat Qaila kaget. Entahlah mengapa Qaila kaget, padahal hal seperti itu dulunya sudah biasa. Apa karena sekarang ada cincin yang tersemat di jarinya yang membuat dirinya merasa perasaan aneh? Atau apa?.
"Tangan kamu dingin banget, mau kembali ke kamar aja?" Ozar berkata sambil mengusap punggung tangan Qaila menggunakan ibu jarinya.
Perlakuan seperti itu malah membuat jantung Qaila berdetak semakin keras.
"Eh gak apa-apa kok, kalau balik ke kamar kan sayang, gak bisa liat pemandangan pantai malam kayak gini lagi"
"Ya udah kalau gitu, tapi ini tangan kamu dingin banget loh Qaila, kamu gak kedinginan kan? "
Ozar tidak berbohong. Tangan Qaila memanglah sangat dingin. Ya bagaimana tidak, sudahlah salting di tambah angin malam membuat tangan Qaila sangat dingin.
"Kita ke warung itu dulu deh, kita minum teh hangat biar kamu gak kedinginan." Ozar menunjuk salah satu warung yang berada di pinggir pantai itu dan Qaila pun menganggung mengiyakan.
Mereka pun duduk di kursi-kursi yang berada di warung itu.
"Kamu mau apa Qaila?"
"teh susu aja"
"Ya udah kamu tunggu di sini"
Setelah beberapa saat, Ozar kembali dengan membawa Teh susu dan juga kopi susu.
"Nih, kamu minum dulu. lanjut jalan-jalannya nanti kalau kamu udah abisin" Kata Ozar sambil menyodorkan teh susu ke depan Qaila.
Qaila mengangguk dan mulai mengesap teh susu yang dia pesan tadi. Sesekali Qaila melirik Ozar yang juga meminum kopi susunya.
Ozar yang merasa seperti ada yang melihatnya pun mendongak dan menatap Qaila. pandangan mereka bertemu. Qaila yang ketahuan melirik Ozar pun salah tingkah di buatnya.
"Kenapa ila? Kamu perlu sesuatu?"
"Eum ehh eng-enggak kok, gak ada hehehe" Qaila menggaruk pipinya yang tidak gatal dan merututi dirinya. Kenapa juga dirinya harus mencuri-curi pandang ke arah Ozar dan lagi, mengapa saat bertatapan malah membuatnya salah tingkah. Padahal itu adalah hal biasa mereka lakukan dulu.
Sebuah tangan terulur ke arah dahi Qaila.
"Kamu sakit? Dari tadi tingkah kamu aneh"Qaila hanya menggeleng saja, dirinya tidak ingin mengeluarkan suara karena pasti Ozar akan semakin bertanya ketika mendengar suara Qaila yang gugup.
"Kamu beneran gak apa-apa?" Lagi - lagi pertanyaan Ozar itu hanya di angguki oleh Qaila.
"Istri mas kayaknya malu-malu itu, pengantin baru ya mas?"
pertanyaan ibu pemilik warung menbuat wajah Qaila memerah, semerah kepiting rebus. Apa tadi katanya? Istri?
Blusshh
Jawaban Ozar semakin membuat Qaila memerah.
"Iya bu. Istri saya emang suka malu-malu kalau di depan umum gini" Terdengan kekehan Ozar dan terasa rangkulan di pundak Qaila.
Malam itu terasa panjang oleh Qaila.
Kini Qaila sudah berada di kamarnya, berguling kekiri dan kekanan karena mengingat perkataan Ozar di warung tadi.
Qaila senyum-senyum sendiri. tersadar akan kelakuannya, Qaila menampar pipinya sendiri agar kembali tersadar.
Eva yang berada di samping Qaila hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan bacannya yang sempat tertunda.
"Eva, aku mau cerita. Ini cerita temen aku sih."
"Iya, gimana ceritanya?"
"Jadi temen aku ini ada sahabat cowok gitu, terus karena suatu hal jadi temen aku ini ngira sahabatnya itu gay, tapi akhir-akhir ini temen aku itu selalu deg-degan kalau deket sahabat cowoknya itu. sahabat cowoknya itu juga selalu baik sama dia, perhatian gitu. Tapi temen aku ini bingung gitu, gak mau naruh hati ke cowok ini karena ya itu, cowok ini kan gay. Menurut kamu gimana Eva?"
Eva tau, itu bukan cerita teman Qaila melainkan cerita anak itu sendiri.
"Yakin cowok itu gay? Tau darimana? Kalau menurut aku sih gak ada yang salah. Kalau suka ya suka aja. Lagian emang uda fiks dia gay?"
Qaila bimbang, tetapi logikanya tetap meyakinkan kalau Ozar Gay.
"Dia beneran gay, mana ada cowok normal pelukan sama cowok di belakang sekolah secara sembunyi-sembunyi"
Eva sontak menatap Qaila dengan wajah terkejutnya.
"BENERAN OZAR GITU??"
"Kok ozar, bukan ozar tau. Kan udah aku bilang ini cerita temen aku"
Qaila menjawab dengan sedikit gelagapan. Bagaimana bisa Eva tau kalau dia sedang berbicara tentang hubungannya dengan Ozar.
"Udah Qaila, gak usah ngelak. Lagian kan selama kuliah kamu gak ada temen, paling cuman bahas tugas terus udah. Orang kamu selalu sama kita aja"
Ya,Eva benar. Temannya hanyalah Ozar, Eva dan Rayn. Sebenarnya banyak lelaki yang mendekati Qaila, baik itu untuk berteman maupun untuk menjadi lebih, tapi Qaila tidak tertarik rasanya. Ada juga beberapa teman wanitanya tetapi hanya sebatas membahas tugas, tidak sedekat orang yang dapat membagi cerita.
"Jadi gimana Eva?"
"Gimana apanya?"
"Ihh kamu mahh, padahal udah aku ceritain"
"gini ya Qaila, kalau Ozar beneran gay. Ngapain dia malah tunangan sama kamu"
"Ya itu kan karena dia di jodohin sama bunda sama bapak"
"Walaupun di jodohin. Tapi kalau dia emang gay, pasti dia nolak keras buat di jodohin"
Qaila terdiam, logikanya masih terus menyangkal perasaanya dengan berdasarkan bahwa Ozar itu gay. Dirinya tidak ingin menaruh hati pada sahabatnya itu, dirinya takut sakit nantinya saat mengetahui kalau Ozar memiliki yang lain dan ternyata segender dengan Ozar.
"Udah lah, aku mau tidur aja. Kamu matiin lampunya ya Eva kalau udah selesai"
Eva hanya mengangguk saja.
Qaila merebahkan dirinya, lalu terlelap ke alam mimpi.
__________________________________
Mereka ber empat sedang berkemas - kemas untuk pulang ke rumah masing - masing. Liburan yang seru dan dapat melepas sedikit penat sebelum kembali menjalani kepenatan yang lebih lagi.
Mereka pulang menggunakan taxi online karena sudah lelah untuk menunggu bus yang akan lewat.
Ozar dan Qaila sudah sampai di depan rumah Ozar.
"Kamu istirahat di rumahku dulu aja Qaila, tante katanya keluar sama papa kamu, terus kuncinya di bawa"
Qaila hanya mengangguk, pasti mamanya memberi tahu Ozar karena hp nya mati kehabisan baterai.
Ozar menenteng 2 tas ke dalam rumahnya, Qaila mengikut di belakangnya dengan langkah gontai. Qaila lelah, ingin rasanya dirinya tidur saat itu.
Ozar menoleh ke arah Qaila, melihat Qaila yang sudah sangat kelelahan.
"Mau makan atau mau langsung tidur aja?"
"Mau tidur aja"
"Ya udah sana tidur di kamar"
Qaila berjalan menaiki undukan anak tangga sesekali menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi kamu gay!? [END]
Humor"ehh kamu ngapainn?? Pake lagi baju kamu" "ganti baju di kamar mandi astaga" Ozar berusaha menutupi matanya dengan tas yang belum sempat dia letakkan. "Gak bakal nafsu kan? Kamu kan gay" Seseorang tolong selamatkan kewarasan Ozar atas semua kelaku...