Demam Qaila belum turun juga, membuatnya harus izin tidak mengikuti kelas.
Dirinya terbaring lemas di atas kasurnya, di bungkus oleh selimut tebal.
Pagi tadi Ozar datang untuk menjenguknya sebelum dia pergi ke kampus. Ozar membawakannya beberapa buah dan juga roti.
Ozar sudah tau bahwa Qaila sakit karena semalam Qaila memberitahunya lewat chat untuk meminta tolong mengirimkan surat keterangan sakit kepada teman kelasnya.
Setelah insiden hujan-hujanan yang membuat dirinya sakit itu. Qaila hanya berdiam diri di kasur dan merasa bosan.
Ingin rasanya keluar rumah untuk menghirup udara segar sambil memakan es krim. Tapi apalah daya, bangun saja sulit apa lagi berjalan menuruni tangga.
Qaila mengambil apel yang memang tersedia di meja samping tempat tidurnya. Membangunkan dirinya dan bersandar pada kepala tempat tidur.
Qaila menikmati setiap gigitan apel itu sambil menonton acara kesukannya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Ibunya datang ke kamarnya membawakan bubur dan juga obat.
"Makan dulu nak, terus minum obat"
Qaila menggeleng, dirinya sangat tidak menyukai bubur apa lagi tekstur bubur yang lembek membuatnya ingin muntah.
"Qaila gak mau bubur ma, kenapa sih orang sakit makannya bubur bukan ayam geprek" Qaila cemberut lalu melihat bubur yang sudah berada di meja nya.
"Sini kepala kamu mama geprek, siapa suruh sakit. Itu di makan buburnya biar cepet sembuh, minum obatnya juga. Kalau udah sembuh nanti mama beliin ayam geprek deh"
Qaila menatap ibunya memelas "tapi ma -"
"Gak ada tapi - tapi, pokoknya kamu makan bubur" Mamanya berjalan keluar kamar meninggalkan Qaila sendiri dengan bubur yang harus dia makan.
Qaila mendengus. Qaila pun mengambil bubur itu, memakannya dengan pelan sambil menahan rasa mualnya.
Sungguh, hal ini yang paling dia tidak sukai saat sakit.
Setelah memakan setengah mangkuk bubur, Qaila pun meminum obatnya dan kembali bersandar. Menunggu hingga 15 menit. lalu, membaringkan tubuhnya dan terlelap.
Saat bangun, Qaila melirik ke samping. Sudah Ada Ozar di sana. Saat melihat jam, ternyata sudah pukul 4, pantas saja Ozar sudah berada di rumahnya.
Demamnya kembali naik membuat kepalanya pusing dan ingin muntah.
"Zar... " Suara parau itu membuat Ozar menoleh dan melihat Qaila yang matanya sudah berkaca-kaca.
"Kenapa Qaila? Kamu butuh sesuatu??" Ozar menyentuh dahi Qaila, Dahinya terasa panas.
"Kamar mandi" Qaila menjawab sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
Ozar pun langsung bangkit dari duduknya dan menggendong Qaila ke kamar mandi. Saat Ozar baru sama menurunkan Qaila, Qaila dengan terburu-buru membuka penutup kloset dan memuntahkan semua isi perutnya.
Ozar yang berada di samping Qaila memegangi rambut gadis itu dan memijat tengkuk Qaila.
Qaila sudah selesai memuntahkan semua isi perutnya, kini dirinya semakin lemas.
"udah gak mau muntah lagi?" Pertanyaan itu hanya di balas anggukan saja.
Ozar pun memapah Qaila ke arah wastafel dan membasuh wajah dan mulut gadis itu dan melap nya dengan tisu.
Ozar kembali menggendong Qaila ke kasur dan membaringkannya.
"Kamu mau makan sesuatu? Kalau mau aku beliin" Ozar mengusap rambut Qaila dengan sayang.
"Mama mana?" Qaila menatap Ozar, suaranya sudah terdengar seperti akan menangis.
"Mama sama papa kamu lagi keluar, makanya aku di suruh buat jagain kamu" Ozar masih terus mengusap rambut gadis itu.
"Mau mama hiks.. Hiks" Qaila pun mulai menangis. Qaila memang menjadi cengeng saat sedang sakit dan ingin terus bersama mamanya.
Ozar pun menghapus air mata Qaila "udah, kamu jangan nangis. Kan ada aku"
Ozar pun keluar. saat kembali, sudah ada baskom berisi air dan juga sapu tangan.
Ozar kembali ke samping Qaila dan mengompres gadis itu.
"hiks makasih ozar, udah mau jagain aku"
"Gak usah makasih, kitakan sahabat" Ozar mengambil sapu tangan yang ada di kepala Qaila. merendamnya lagi dan meletakkannya kembali.
"Kamu tidur aja biar rasanya jadi mendingan, atau kamu mau makan? aku buatin bubur, mau?"
Qaila menggeleng "aku mau tidur aja"
Ozar menaikkan selimut hingga ke leher Qaila, Qaila mulai memejamkan matanya dan tertidur.
Ozar merasa sedih melihat gadisnya terbaring lemas di tempat tidur. Biasanya saat bertemu dirinya, Qaila akan bercerita apa saja.
Ozar masih mengusap rambut gadis itu dan sesekali mengganti kompresnya.
"Cepat sembuh Qaila" Sebuah kecupan mendarat di pipi kiri Qaila.
Qaila mendegar samar-samar suara Ozar dan juga kecupan di pipinya. Tetapi Qaila mengira itu hanyalah mimpi semata.
__________________
Hari sudah gelap, Ozar izin pamit pulang kepada kedua orang tua Qaila.
Kondisi Qaila sudah membaik, Kepalanya tidak pening lagi dan demamnya sudah turun.
"Om, tante. Ozar pamit pulang dulu ya. Makasih tadi untuk kuenya"
"Justru tante yang terima kasih smaa kamu, udah mau bantuin tante jagain Qaila"
"Hahaha gak apa-apa kok tante"
Ozar pun menyalami kedua orang tua Qaila dan mengucapkan salam lalu kembali pulang ke rumahnya.
Qaila sudah bisa menuruni tangga, walapun masih oleng seperti kapal yang terhantam ombak, tapi ya setidaknya dia sudah bisa berjalan lagi tanpa di bantu.
Qaila turun ke dapur untuk mengambil cemilan dan juga es krim.
Saat dirinya membuka kulkas, terdengar dehem an dari samping kirinya.
Saat Qaila menoleh, ternyata itu mamanya yang sedang menatapnya tajam.
"Hehehe mama, ngapain ma di situ? Cosplay jadi patung?" Qaila menyengir dan menggaruk pipinya yang tidak gatal sama sekali.
"Kamu yang ngapain depan kulkas jam segini"
"Pliss ma, boleh ya Qaila makan es krim. Satuuu aja yayaya?" Qaila menatap mama nya dengan mata memelas agar di beri es krim.
"Gak ada es krim - es krim. Baru juga beberapa jam yang lalu kamu demam sampai gak bisa bangun. Ini udah mau makan es krim lagi. Gak gak, gak boleh"
"Mama pelit banget, sama anak kok perhitungan. Padahal es krim harganya cuman 5 ribu cih" Qaila terus mendumel menaiki tangga dengan tangan yang penuh dengan cemilan beraneka rasa.
_____________________________
Ozar dan orang tuanya sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam, kadang juga sedikit perbincangan di antara mereka mengenai perkuliahan Ozar.
"Gimana nak kuliah kamu? Lancar-lancar aja kan?"
"Lancar kok bunda, cuman kendalanya di tugas aja kadang susah buat di pahami. Tapi syukurnya semua selesai."
"Syukur lah kalau gitu nak"
"Kalau nanti kamu sudah selesai kuliah, bapak bakal ngasih usaha bapak ke kamu kalau kamu mau"
"Maaf pak, tapi Ozar mau berusaha buat cari kerja dan buat semuanya sendiri. Bukannya Ozar sombong karena udah di kuliahin sama bapak. Ozar cuman gak mau nyusahin bapak sama bunda lagi"
Bapak Ozar pun tersenyum lalu mengangguk.
"Ya udah nak, itu semua keputusan kamu. Bapak juga gak punya hak buat maksa kamu"
"Terima kasih pak" Ozar pun tersenyum dan mereka pun melanjutkan makan malam itu dengan suasana harmonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi kamu gay!? [END]
Umorismo"ehh kamu ngapainn?? Pake lagi baju kamu" "ganti baju di kamar mandi astaga" Ozar berusaha menutupi matanya dengan tas yang belum sempat dia letakkan. "Gak bakal nafsu kan? Kamu kan gay" Seseorang tolong selamatkan kewarasan Ozar atas semua kelaku...