8. curhatan Qaila

1.7K 119 0
                                    

Qaila sedang duduk terdiam di tempat duduknya. masih pagi tapi dirinya sudah melihat Rayn menebar kemesraan dengan pacarnya di depan papan tulis, saling menjahili, terkadang saling melempar candaan.

"Huuhhhh" Qaila menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Ozar yang mendengar itupun menepuk bahu Qaila dari belakang. Qaila yang di bahunya di tepuk pun berbalik

"Kamu kenapa?" Ozar bertanya karena khawatir. Sudah 4 kali Qaila terdengar menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Qaila pun membalik posisi duduknya agar lebih nyaman berbicara dengan Ozar.
"aku kurang cantik ya? Apa aku kurang menarik? Aku kurang bening? Aku kurang montok?"

"gak kok, kamu cantik, menarik, bening, dan mon- eh" Ozar tidak melanjutkan perkataanya tersebut.

"Emang siapa yang ngatain kamu kayak gitu? Sini aku pukul. Bisa-bisanya ngatain sahabat aku" Ozar mengepalkan tangannya dan mengangkatnya hingga di depan wajah, membuat Qaila terkekeh.

"Gak ada yang bilang Zar, cuman aku yang ngerasa kayak gitu" Qaila kembali melanjutkan ceritanya.

"Soalnya selama ini, gak ada cowok yang deketin aku sampai ngajak pacaran gitu" wajahnya nampak sedih

'Gimana cowok mau deketin lu, keburu gw ancam' batin Ozar

Ozar tersadar dari isi pikirannya dan kembali mendengarkan Qaila. "Aku kadang mikir, apa aku kurang cantik ya sampai gak ada yang mau sama aku"

Ozar menggenggam tangan Qaila yang mengaggur di atas meja "bukannya kamu gak menarik ila, cuman mereka ngerasa harus mundur sebelum deketin kamu. Mereka ngerasa kamu terlalu sempurna buat mereka"

'Dan juga harus mundur karena ancaman gw'

"makanya itu kamu gak usah sedih karena gak punya pacar, kan ada aku sebagain sahabat kamu yang siap selalu buat nemenin kamu, dengerin curhatan kamu, bahkan di ajak gila sama kamu pun aku mau ila" Perkataan itu di akhiri senyuman manis dari Ozar yang membuat Qaila tertegun beberapa saat.

"kamu butuh pacar untuk itu semua kan, aku bisa kok jadi pengganti pacar yang kamu idam - idamkan itu" Ozar mengelus punggung tangan Qaila lembut

'Bahkan untuk jadi pacar beneran kamu juga aku siap ila' kalimat satu itu hanya bisa di simpannya dalam hati saja tanpa di ucapkan.

Qaila tersenyum "makasih udah dengerin curhatan aku, kamu emang sahabat terbaik aku zar"

Qaila berjalan ke samping tempat duduk Ozar dan memeluknya.

jangan tanya keadaan Ozar seperti apa sekarang. Tentu saja malu.

Di tambah teman kelas mereka yang serempak menyoraki dan juga menggoda mereka.

Qaila tidak ambil pusing, hanya Ozar yang merasa sangat malu hingga rasanya ingin menenggelamkan diri dalam palung mariana.

tetapi dia juga senang karena mendapat pelukan lagi dari Qaila.

Qaila terkadang masih terlihat murung, hanya berusaha tersenyum kepada orang lain.

"Kamu knapa? Masih murung karena gak punya pacar?"

Qaila hanya mengangguk saja membuat Ozar mendengus.

"Kamu itu perfect Qaila, kayak lagunya ed sheeran"

"Terus kalau aku emang perfect, kenapa gak ada yang mau sama aku. Kebanyakan cuman deketin awalnya, terus hari berikutnya malah jauh-jauh sama aku"

'Ya gimana gak ngejauh, orang gw yang suruh' batin Ozar

"Apa mereka ilfeel sama sikap aku. Aku aneh ya zar?"

"Ehh gak kok, kamu gak aneh. Udah, gak usah terlalu di pikirin. Tuhan sengaja gak ngasih kamu pacar biar gak ngerasain yang namanya sakit hati" Ozar mengelus kepala sahabatnya yang masih tampak murung itu.

"Lagian kalau emang jodoh, tanpa pacaran pun pasti nanti bakal datang sendiri. Nikmati aja waktu kamu selagi gak menjalin hubungan sama siapapun"

Qaila pun kembali mengangguk.

Mereka berdua pun pulang, Ozar menurunkan Qaila di depan rumah gadis itu. Lalu dia pun melajukan motornya ke rumahnya.

malam harinya, Ozar tengah mengerjakan PR sambil mendengarkan lagu melalui headsetnya.

semuanya normal-normal saja, hingga dia merasakan adanya hembusan angin di tengkuknya.

Dia merasa merinding di buatnya. Ingin tetap melihat ke depan tapi penasaran, ingin berbalik tapi takut.

Ozar membuka kedua headsetnya dan meletakkannya di meja dengan gerakan pelan.

Akhirnya, dengan segala keberanian. Ozar pun membalikkan tubuhnya dan

"BAAAA"

Ozar terkaget hingga terjatuh dari kursi.

"Hahahahaha muka kamu lucu banget" Qaila pun tertawa dan membantu Ozar untuk berdiri.

"Lain kali jangan ngagetin gitu ila, gimana kalau tulang pantat aku yang kena lantai"

"Iya maaf, lagian serius banget ngerjain pr nya"

"Emang pr kamu udah selesai?"

"Sudah dong, aku kan rajin" Qaila mengibaskan rambutnya sombong.

Ozar pun jalan tertatih ke tempat tidur, pantatnya lumayan sakit karena jatuh tadi.

Qaila yang melihat itu pun khawatir "pantatnya sakit ya? Maaf"

"Iya di maafin" Ozar pun merebahkan dirinya dengan tengkurap di kasur.

"kata orang, kalau sakit terus di elus tuh bakal ilang sakitnya" Qalia pun pengelus pantat Ozar

Ozar yang sedang tengkurap itupun kaget atas perlakuan Qaila pada pantatnya.

"Heh jangan di elus, main elas elus aja nih anak satu. Pelecehan ini namanya" Ozar mengibas - ibaskan tangannya di pantatnya guna menghalau tangan Qaila kembali menyentuh pantatnya itu.

"Yailah kayak sama siapa aja, dulu pas kecil kalau kita mandi bareng kan aku selalu nabok pantat kamu"

muka Ozar memerah
"Y-ya itu dulu, sekarang kan kita udah bukan anak kecil lagi"

Sebenarnya Ozar suka-suka saja di sentuh oleh Qaila. Tetapi Ozar takut adik kecilnya ikut bangun juga. Bisa pusing lagi dia harus mandi air dingin di malam hari.

"Jadi kamu mau ngapain? Bukannya jam segini biasanya kamu sibuk buat namatin novel-novel kamu?"

"OWH IYA SAMPE LUPA, tau Wiran sama Kara gak? Itu loh yang katanya pasangan goals"

"Iya tau, kenapa emang?"

"Ternyata ya si Wiran selingkuh, sekarang si kara pasang status mulu karena di selingkuhin. Hiihhh jahat banget sih jadi cowok. Mana katanya wiran ini mokondo" Qaila menampilkan ekspresi jijiknya saat menceritakan lelaki itu.

"Makanya ila, aku kan udah bilang kalau pacaran itu cuman buat sakit hati" Ozar mengubah posisi baringnya, yang awalnya tengkurap menjadi telentang.

"Iya ya, untung aja aku gak pacaran jadinya aku gak perlu takut bakal di diselingkuhin kayak Kara ataupun bakal sakit hati"

"makanya pacaran sama aku aja Qaila, aku bukan tukang selingkuh kok" Perkataan Ozar itu sangat kecil, terdengar seperti gumaman yang tidak jelas.

"Kamu ngomong apa zar?"

"Aku ngomong apa? Kamu salah denger kali"

"Owh iya bisa jadi juga sih"
"Ya udah aku mau pulang ya" Qaila melangkahkan kakinya keluar kamar tetapi di cegat oleh Ozar.

"Aku takut, kamu nginap aja di sini. Lagian siapa suruh tadi ngagetin, aku jadi parno kan" Ini hanya akal-akalan Ozar agar bisa tidur sambil memeluk Qaila seperti waktu itu.

"Aduduh si uke takut, ya udah aku kasih tau mama dulu"

Qaila kembali duduk di kasur Ozar sambil mengechat mamanya bahwa akan menginap di rumah Ozar.

Ozar bersorak senang di dalam hati, rencananya berjalan lancar.

Jadi kamu gay!? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang