Merasa dejavu dengan setiap derap langkah gontai mahasiswa baru yang memakai kemeja putih serta bawahan berwarna hitam. Pernah merasakan berada di posisi mereka, mendengar teriakan kakak tingkat yang masuk ke telinga kanan dan keluar di telinga kiri nampaknya juga Dirga temui pada beberapa jajaran barisan yang berdiri tak jauh darinya.
Raut tanpa rasa gugup ataupun ketakutan, bergantian mengulang push up sebelum setoran hafalan mars Universitas, hingga sebuah tatapan tajam tanpa gertakan membuat beberapa di antaranya menunduk.
Bukan darinya, melainkan salah seorang pengurus lain yang begitu gencar mencari celah para mahasiswa baru sekaligus mencari keuntungan berkat pusat perhatian beberapa pasang mata yang mengarah padanya. Hitung-hitung tebar pesona secara gratis, seakan diterbangkan tanpa layangan, decak kagum pun nampaknya sering didengar walau orang lain berdecih akan hal itu.
Sesekali mengepulkan asap rokok di sela-sela raut wajah tak berekspresi menatap kinerja orang-orang. Duduk bersantai di area kantin rupanya tak terlalu menyedihkan daripada harus berdiri di bawah pohon rindang sesuai perintah Zony satu jam lalu.
"Minggu depan ada job lain nggak? Istri minta gue nyari fotografer yang bisa foto bayi newborn."
Terketuk atas pergerakan di sebelahnya, mematikan putung rokoknya selepas menyeruput kopi susu di atas meja seraya menggeleng. "Baru lahiran?" tanya Dirga.
"Yoi, sekarang gue udah jadi Bapak."
Terdengar bangga, dan itu cukup wajar lantaran pemuda di depan Dirga memang kebelet nikah sejak duduk di semester pertama. Mengenal Dirga berkat masuk dalam satu organisasi yang sama serta mengenal cowok itu lantaran menjadi langganan fotografer di kampus.
Terlibat satu pekerjaan dengan Zony, tergabung dalam wedding organizer milik ayah pemuda itu rupanya membuat peluang besar di kemudian hari.
"Coba lo tanya Zony deh, gue kan, cuma ngikutin jadwal dia."
"Oke setelah apel gue temuin Zony, sekalian minta nego harga." Terdengar suara tawa di akhir kalimat Aldo, mengharap harga miring dari Zony nampaknya bukan ide yang bagus. Mengingat bagaimana perhitungannya cowok itu perihal uang, tidak akan memandang bila sebelumnya pernah mengenal atau belum.
"Terus lo gimana, Ga? Jadinya kapan?"
Hampir tersedak kopi terakhirnya, menatap nyalang Aldo yang tengah terkekeh. "Kawin mulu, nikah kagak!"
"Mulut lo, anjing!" Melempar bekas putung rokok di sebelahnya, berdecih sembari hendak bangkit, namun kedatangan Zony kembali membuatnya terduduk.
"Ternyata talent baru Haura masih maba, cuy. Gue pikir sepantaran sama lo!"
"Siapa?"
"Gita Yasmine, BA baru Hauskin."
Padahal baru kemarin bertemu, tapi sudah lupa. Bukan satu atau dua minggu, tapi tepat di hari kemarin. Pertemuan awal Yasmine di depan Haura, Zony, Dirga, dan juga satu orang lagi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Come on, Ga!
Teen Fiction"Hal bodoh yang terulang kembali, berharap mendapat validasi bahwa kamu pencium yang handal?" Sedari dulu penyakitnya masih sama. Belum sembuh atas keberanian serta remehan orang-orang yang membuat emosinya sering meradang. Melakukan berbagai cara...