Baru sampai di lokasi sesuai permintaan Haura dua hari lalu. Resmi hengkang dari perusahaan Agatha, mencari partner lain yang siap menampung segala kemauan serta kesiapan uang darurat, karena di tempat sebelumnya ... Haura sama sekali tak pernah merasa kekurangan.
Agatha selalu menyediakan berbagai kebutuhan yang tengah Haura butuhkan. Sewa studio foto, budget tambahan untuk karyawan, liburan akhir pekan, serta trip ke pabrik yang rutin Agatha atur demi meningkatkan brand Haura.
Tapi sekarang, semua hanya tinggal kenangan manis yang tak mau Haura ingat. Bukan berarti lupa akan kulitnya, melainkan tak mau berurusan dengan gadis egois yang tidak mau kalah dengan orang lain. Selalu ingin menjadi yang terdepan, tanpa mengerti akan sebuah konsep regenerasi.
"Sorry, gue telat."
Dirga baru saja datang, entah melipir kemana, tapi Haura yakin jika pemuda itu baru saja menemui Agatha.
Berdiri di sebelah Yasmine, mengecek make up gadis itu, apakah sudah sepenuhnya cocok untuk memulai kegiatan kali ini atau perlu ditambah riasan lain agar tone kulitnya di kamera lebih menyala.
"Dirga udah punya pacar, ya?"
Haura mengangkat satu alisnya, "iya, dia kan, pacaran sama mantan brand ambassador gue. Bukannya lo sempat ketemu waktu itu?"
"Inget, kok. Namanya Agatha, kan?"
Mengangguk, menyisir rambut gadis itu tanpa mengalihkan fokusnya pada cermin di hadapannya. "Cinlok waktu photoshoot?"
"No, mereka udah pacaran dari SMA."
Yasmine pikir, keduanya bertemu pada saat proses pemotretan ataupun ketika pertama kali masuk universitas yang sama. Perkenalan sejak SMA, terhitung lebih dari dua tahun, pertanda bila keduanya memiliki ikatan erat serta komitmen untuk percaya satu sama lain.
Tentu! Baik Dirga maupun Agatha telah berusaha untuk menghilangkan ego masing-masing. Mencoba untuk selaras, hingga pada akhirnya sampai pada titik dimana hari ini dan juga selanjutnya dunia masih menjadi milik mereka.
"Kenapa? Lo suka sama Dirga?"
"Of course. Siapa yang nggak suka sama dia? Memangnya lo nggak ada rasa suka atau kagum sama Dirga?"
Haura terkekeh pelan selepas duduk di atas meja rias, menatap Yasmine dan juga Dirga secara bergantian. "Enggak keduanya, karena dia bukan tipe gue."
"Why? Menurut gue semua perwujudan cowok sempurna ada pada diri Dirga."
"Selera orang beda-beda, lagian kalaupun gue suka sama Dirga udah gue rebut dari Agatha jauh-jauh hari kali," tukas Haura seraya menyingkir dari sana, mendekat ke arah Zony untuk membicarakan perihal projek mereka setelah ini. Sementara Dirga masih sibuk dengan background yang hendak diganti sesuai request dari Haura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come on, Ga!
Teen Fiction"Hal bodoh yang terulang kembali, berharap mendapat validasi bahwa kamu pencium yang handal?" Sedari dulu penyakitnya masih sama. Belum sembuh atas keberanian serta remehan orang-orang yang membuat emosinya sering meradang. Melakukan berbagai cara...