10

13 3 0
                                    

"Thought we were meant to be
I thought that you belonged to me"
--Lavender--

"Ganti," cetus Januartha.

"Apaan yang diganti?" tanya Kevin.

"Gue gak mau nyanyi lagu ini, lagu gue yang dibawain dua aja yang tadi udah tampil," kata Januartha, Kevin yang baru saja menikmati beberapa makanan yang memang disiapkan untuk Januartha kini terdiam, selama bekerja dengan Januartha laki-laki itu tidak pernah gagal membuat Kevin kewalahan dan bekerja dua kali lipat dari seharusnya.

"Loh kenapa? tadi panitia kan udah konfirmasi lagi Bang," ujar Kevin.

"Tapi gue mau ganti, kalau gak ya udah gak usah tampil lagi aja. Mereka play mandiri aja dari spotify lagu yang mereka mau," kekeh Januartha.

"Ampun banget sih lo Bang, labilnya udah nyaingin cewek aja," cibir Kevin.

Januartha tidak lagi peduli, apa yang dia mau selalu bisa didapatkan. Tangannya terulur memberikan tablet yang kini menampilkan beberapa lagu baru yang dia pilih untuk dirinya tampilkan.

"Gak usah ganti lah Bang, sama aja kok ini lagu galau-galau juga," bujuk Kevin.

"Gak, sana samperin panitianya. Suruh anak band persiapan, gue mau nyanyi live band, ok Kevin ingat baik-baik live band!" kekeh Januartha.

Kevin bangkit dari duduknya dengan lesuh, memeluk tablet yang Januartha berikan sambil melangkah keluar ruangan.

"Hidup lagi damai-damainya malah kerja sama Bang Janu, untung Kevin yang ganteng ini terlahir dari keluarga cemara, tumbuh dengan penuh rasa kasih sayang serta kesabaran yang tebal," gerutu Kevin yang masih dapat Januartha dengar dengan jelas, namun laki-laki itu mana mau repot-repot peduli, Januartha lebih memilih melahap anggur hijau yang disajikan untuknya.

"Gue harus cari kelemahan Dyah, gimana pun caranya, Januartha gak pernah kalah."

•••

"Kakak," seru Pitaloka. Dia dan Arjuna kini duduk di sudut aula, keduanya masih dapat melihat panggung yang menjadi pusat perhatian dengan jelas.

"Kenapa tuan putri?" tanya Arjuna, matanya tidak pernah gagal dalam urusan memberikan tatapan lembut kala memandang Pitaloka.

"Pulang aja yuk, kamu udah pusing terus ditambah kena pukul Janu juga, mending istirahat," bujuk Pitaloka.

"Bunda ngasih batas jam malamnya jam sepuluh, masa jam segini udah pulang," rengek Arjuna.

"Mana ada jam sepuluh, kamu aja pernah main game sama Dokter Reza sampai jam satu subuh di rumah sakit," cibir Pitaloka.

"Ya aku mah bebas, jam malamnya berlaku kalau pergi keluar sama kamu aja, soalnya Bunda gak mau aku antar pulang kamu kemalaman. Lagian aku main game juga sambil nemenin kamu jaga malam, gak cuman main doang," jelas Arjuna.

Pitaloka mencebikkan bibirnya yang dibalas senyuman geli dari Arjuna.

"Hari ini Reza juga nyanyi, kalau ikutan tampil boleh gak?"

Pitaloka menggeleng katanya, "Gak mau nambah saingan, nanti malah pada naksir kamu, aku gak suka."

"Gak boleh ada yang naksir aku?" tanya Arjuna dengan ekspresi meledeknya.

Lavender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang