14

10 3 0
                                    

"The butterfly effect sounds good, but sadly butterflies don't live long"
--Lavender--

Dua hari sudah Selena tidak berhenti bersedih setiap kali mengingat keadaan Arjuna, maka dua hari pula Drisana memutuskan menemani Arjuna yang berakhir harus dirawat inap. Si sulung meminta Abisatya untuk kembali fokus bekerja, membiarkan cukup Drisana saja yang menemani Adik bungsunya.


Mungkin ini akan terdengar aneh, tapi selang dua hari setelah kejadian penyerangan pada Arjuna, laki-laki itu hanya tahu dirinya dirawat karena luka-luka kasat mata yang dialaminya saja. Baik Abisatya maupun Drisana yang pernah bersitatap dengan dirinya saat siuman, tidak ada satupun diantara mereka yang berniat memberitahukan kebenarannya. Abisatya bilang biarkan Arjuna pulih dalam beberapa waktu, menenangkan diri sebelum akhirnya siap mendengarkan kondisi fisiknya kini.

"Mbak gak kerja?" tanya Arjuna, menginterupsi Drisana yang tengah bersenandung pelan.

"Ini kerja," tutur Drisana singkat, sebelum kembali bersenandung sambil menatap fokus ke arah laptop yang ada dipangkuannya.

"Maksud Juna tuh nongkrong di cafe gitu, bosen kan ngerjain kerjaan di rumah sakit gini."

"Ya udah sih freelance mah bebas, lagian kalau ke cafe harus sambil jajan otomatis duit berkurang, sedangkan nemenin kamu sebaliknya, duit bertambah jajan juga lancar," jelas Drisana.

"Lancar karena ditransfer Ayah," cibir Arjuna tanpa dipedulikan Drisana.

"Bunda gak kesini lagi Mbak?" tanya Arjuna.

Drisana menggeleng, dia pun mulai beralasan tuturnya, "Bunda lagi sibuk ngurus acara yayasan, kamu yang anteng sama Mbak."

"Bosen lihat Mbak mulu, kali-kali Loka kek," gerutu Arjuna, "eh tapi, memang Loka belum Mbak kasih tahu kalau Juna sakit?"

"Belum, nanti kamu bilang sendiri aja," kata Drisana sedikit gugup, lantaran memikirkan jujur kepada Arjuna saja dia tidak mampu, apalagi harus menceritakan hal ini kepada Pitaloka.

"Kenapa harus bilang sendiri? biasanya Mbak suka jahil, sengaja buat Loka marah sama Juna. Kok Juna sakit babak belur gini gak dilaporin?" berondong Arjuna.

"Udah cukup, Mbak lagi kerja," kilah Drisana.

"Mbak gak ada masalah kan sama Loka?" tanya Arjuna.

"Gak Juna, astaga udah deh kamu bisa diam gak?" gerutu Drisana mulai kesal.

"Terus kenapa gak ngabarin Loka? Mbak gak terdoktrin hal aneh-aneh kan?"

Yang dimaksudkan Arjuna adalah efek dari Januartha, dia takut saat tidak sadarkan diri dua hari yang lalu, laki-laki itu berusaha meracuni pikiran Mbaknya misalkan berbicara yang tidak-tidak tentang Pitaloka, sebagai siasat untuk mendapatkan kembali perempuan itu, sedangkan disisi lain Arjuna terpaksa menjauh lantaran Drisana berhasil dikelabui.

"Juna, berhenti nanyain Pitaloka, lebih baik kamu istirahat," tegas Drisana, tujuannya hanya membuat Arjuna diam, namun Arjuna menafsirkan hal yang berbeda sesuai jalan pikirannya sendiri.

"Mbak pulang aja, Juna bisa sendiri," lirih Arjuna kini memunggungi Drisana, karena merasa sedih mengira-ngira keadaan jika sekarang Drisana tidak lagi menyukai Pitaloka.

"Kamu tuh, serius ya Mbak gak habis pikir! Masalah sepele dijadiin alasan buat merajuk gini. Kamu tahu gak Juna Mbak capek, kamu pikir ngurusin orang disaat ribet sama kerjaan sendiri semudah itu apa?!" geram Drisana, "bisa kamu cuman gitu kah? ngerepotin orang tapi gak bersyukur sama sekali, tadi bilang mau ditemani Loka, sekarang bawel ngomongin dia seolah Mbak posisinya yang salah."

Lavender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang