18

9 3 0
                                    

"The king does not allow his queen to see his weakness"
--Lavender--


"Mbak tolong, untuk kali ini aja," pinta Arjuna.

Drisana memandang masam Adiknya, Arjuna meminta dia untuk mengajak Pitaloka keluar hari ini, mengalihkan perhatian gadis itu lantaran dirinya akan kembali pergi ke rumah sakit untuk menjalani proses dialisis.

Selena yang ada di samping perempuan itu kini angkat bicara, katanya, "Mbak turutin dulu aja apa yang Juna mau, demi Bunda, boleh?"

Mau tidak mau Drisana mengangguk menyetujui permintaan Arjuna, tanpa  mengetahui bahwa Adiknya sengaja melakukan hal itu dengan maksud terselubung.

"Mandi dulu Mbak, biar wangi," ejek Arjuna, sengaja untuk menghidupkan suasana.

"Diam! kamu yang bau, awas aja! nanti Mbak kenalin Loka sama teman-teman cowok Mbak biar kamu kepanasan," ancam Drisana.

"Mbak mana tega, Juna kan kesayangan Mbak Sana," kata Arjuna, dengan percaya diri laki-laki itu tersenyum congkak menatap Drisana penuh binar, sedangkan lawan bicaranya melayangkan tatapan tajam.

Dan hal itu Drisana setujui dalam hatinya, mungkin akan terdengar egois tapi dibandingkan Arjuna yang harus terluka karena ditinggalkan, Drisana lebih memilih Pitaloka yang tersakiti Adiknya, dengan catatan Arjuna tidak berniat mempermainkan Pitaloka secara sengaja, lantaran sebagai sesama perempuan jika memang benar terjadi, Drisana pun tidak sudi membenarkan perilaku Arjuna.

"Kamu diantar siapa cuci darahnya?" tanya Drisana.

"Sama Bunda," jawab Arjuna, mendengar hal itu Drisana pun mengangguk, sebelum pergi ke kamar untuk bersiap.


•••

"Mbak Sana," panggil Pitaloka ketika mendapati Drisana ada di depan pintu apartemennya.

"Hai, lagi apa?" tanya Drisana berbasa-basi.

"Sebenernya Loka lagi siap-siap mau pergi sih Mbak," tutur Pitaloka.

"Loh iya, hari ini kan hari kerja, aduh maaf Mbak lupa," ujar Drisana.

"Gak kok Mbak, Loka bukan mau pergi kerja memang kebetulan lagi ambil cuti  cuman lagi mau keluar aja, tapi kalau Mbak ada perlu sama aku, keluarnya masih bisa nanti sore," jelas Pitaloka.

"Kalau memang niatnya mau keluar gak papa Mbak temenin aja sekalian, soalnya Mbak cuman mau main sama kamu aja sih, gak ada urusan penting lain," ujar Drisana.

Pitaloka mengangguk, dengan senang hati perempuan itu mempersilakan Drisana untuk masuk ke unit apartemennya terlebih dahulu.

"Mbak mau minum apa?" tawar Pitaloka.

"Apa aja, asal gak ngerepotin," jawab Drisana dengan senyum simpulnya.

Pitaloka beranjak ke dapur minimalis miliknya, mengambil sebotol jus instan yang dia simpan di dalam kulkas, lalu menuangkannya ke gelas untuk disajikan kepada Drisana.

"Jari kelingking kamu kenapa?" tanya Drisana sesaat setelah Pitaloka memberikan segelas jus di hadapannya, dan menyadari jari kelingking perempuan itu menggunakan penyangga, berupa finger splint.

"Retak Mbak, karena kehitung kecelakaan kerja makanya aku bisa ambil cuti sekarang," terang Pitaloka.

"Juna udah tahu?" Pitaloka menggeleng pelan.

Lavender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang