13

11 3 0
                                    

"Dan dunia tidak lagi sama, disaat sumber kebahagiaan terancam tak ada"
--Lavender--

"Dokter Yusuf ada?" tanya perawat laki-laki yang mendampingi Abisatya kepada rekan kerjanya.

"Gak ada, tadi keluar lagi."

"Minta tolong telponin dong, bilang aja ini ada keluarga pasien yang mau ngobrol, gue dampingi tunggu di ruangannya gitu." Rekan kerjanya mengangguk, setelah mendapatkan respon perawat tersebut mempersilakan Abisatya untuk ikut masuk ke dalam ruangan Dokter yang dituju.

"Silakan duduk dulu Pak," katanya, "Dokter Yusuf sebelumnya suruh saya cari keluarga pasien, jadi kemungkinan dia gak bakal lama keluar karena udah buat janji."

"Iya gak papa biar saya tunggu," tutur Abisatya.

"Ngomong-ngomong udah lama kerja di sini?" tanya Abisatya sedikit berbasa-basi, agar mereka tidak dihantui rasa canggung satu sama lain.

"Lumayan Pak, udah hampir tiga tahun. Ini aja sebentar lagi kontrak saya habis," jawab perawat itu.

"Loh sistemnya kontrak?" Perawat itu tersenyum kemudian mengangguk.

Tidak lama setelahnya pintu ruangan terbuka, menapakkan seorang pria dengan sneli putih khas Dokter.

"Yasa bisa keluar lebih dulu, ada yang mau saya bicarakan sama keluarga pasien," ujar Dokter yang diketahui bernama Yusuf tersebut.

Yasa yang merupakan perawat yang sedari tadi mendampingi Abisatya kini mengangguk. "Karena Dokter Yusuf sudah datang, kalau begitu saya permisi kembali bertugas ya Pak."

"Iya silakan, terima kasih sudah mengantar saya kesini," balas Abisatya.

"Sama-sama Pak, mari."

Setelah Yasa memberi ruang untuk Abisatya dan Yusuf berbincang, kini keduanya duduk saling berhadapan.

"Selamat sore, sebelumnya dengan Bapak siapa saya berbicara?" kata Yusuf mengawali pembicaraan.

"Sore, Dok. Saya Abisatya, orang tua dari pasien yang bernama Arjuna," jawab Abisatya.

"Perkenalkan saya Yusuf, Dokter spesialis nefrologi yang tadi bertugas memeriksa anak anda," tuturnya, "Baik Pak Abisatya, kalau begitu bisa saya mulai ya penjelasan tentang apa yang dialami anak Bapak."

Abisatya mengangguk untuk menanggapinya, sedangkan Yusuf sang Dokter kini mulai membuka berkas-berkas yang tadi sempat dibawanya.

"Sebelumnya Arjuna tadi diperiksa dulu Dokter umum di rumah sakit kami yang sedang jaga di IGD, dari keterangan beliau ada beberapa luka yang diakibatkan karena tindakan kekerasan," jelas Yusuf, "Namun karena ada beberapa dugaan yang tidak bisa beliau pastikan, jadi Arjuna di rujukan kepada saya."

"Iya Dok," jawab Abisatya.

"Setelah melalui beberapa pemeriksaan yang kami lakukan, diantaranya pemeriksaan tes darah, tes urine dan CT scan. Saya baru bisa memberikan dugaan jika anak Bapak mungkin menderita gagal ginjal kronis, yang informasinya didapatkan dari pemeriksaan tes darah dan tes urine," kata Yusuf, "untuk CT scan pemeriksaannya memang sudah selesai, namun hasilnya baru bisa saya jelaskan nanti setelah satu kali dua puluh empat jam."

Abisatya hanya termenung, masih berusaha mencerna informasi yang dia dengarkan.

"Mungkin mau ada yang Bapak tanyakan?" kata Yusuf, setelah menyadari kebingungan yang terlihat jelas dari wajah Abisatya.

"Dok tapi gimana bisa anak saya menderita gagal ginjal kronis? padahal diantara keluarga saya gak ada yang memiliki penyakit tersebut, sehingga gak ada kemungkinan penyakit itu menurun ke Arjuna," berondong Abisatya.

Lavender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang