24

9 3 0
                                    

"You prepared me to get a new home, without telling me my old one was broken"
--Lavender--

Untuk kesekian kalinya Pitaloka gagal menemui Arjuna, karena saat laki-laki itu mengirimkan pesan yang mengatakan jika dia mampir ke apartemen Pitaloka untuk memberikan pancake durian, Pitaloka sedang ada di luar bersama Bening yang minta di temani ke pusat perbelanjaan.

Saat Pitaloka tanya mengapa Arjuna tidak menunggunya sejenak untuk bertemu, laki-laki itu bilang masih ada urusan dengan Drisana, lalu setelah itu segera kembali keluar kota.

"Tahu gitu hari ini gak usah keluar," gumam Pitaloka, meringkuk dengan lesuh di atas ayunan yang terletak di balkonnya.

"Pantesan Mbak Sana di ajak main gak bisa, padahal kalau mereka mau ketemu kenapa gak ajak gue sekalian aja," rengek Pitaloka.

"Apa sebenernya Kak Juna udah jenuh ya sama gue? Hampir dua bulan dia kuat banget gak ketemu bahkan sekedar teleponan."

"Awas aja kalau oktober nanti belum pulang juga, padahal dia sendiri yang ngajak nonton tokyo revengers."

Lantaran merasa bosan, Pitaloka kini memilih berselancar di sosial media, melihat kehidupan orang lain lewat layar kaca.

Hampir lima belas menit dia melakukannya, sampai Pitaloka mendapati postingan Drisana, berisi foto gadis itu yang tengah fokus menatap laptopnya di sebuah cafe.

"Jadi mereka ketemuan di cafe."

Terlintas di pikiran Pitaloka untuk menelpon Drisana saat itu juga, jika beruntung dan Arjuna masih ada bersamanya, setidaknya Pitaloka bisa mendengarkan suara Arjuna lewat perantara Drisana.

Sambungan telepon belum juga diterima Drisana saat Pitaloka mencoba menghubunginya, sampai menit ke lima akhirnya penantian dia terjawabkan.

"Halo Mbak Sana," sapa Pitaloka.

"Kenapa Loka?" tanya Drisana di seberang sana.

"Lagi sama Kak Juna ya Mbak?" tanya Pitaloka.

"Gak tuh, aku belum ketemu Arjuna sejak tiga hari lalu, kenapa emang?" kata Drisana.

Sejenak Pitaloka termenung, jelas-jelas Arjuna tadi mengirim pesan kepadanya yang menyatakan laki-laki itu memiliki urusan dengan Drisana.

"Ya udah Mbak, kalau gitu. Maaf ya Loka ganggu waktunya."

"Gak papa santai aja, ya udah bye aku mau lanjutin kerjaan ku dulu ya," tutur Drisana, sebelum pada akhirnya menutup sambungan panggilan mereka.

Hati Pitaloka jadi tidak karuan, mengingat kembali perkataan Yasa, dan jika spekulasinya benar lalu siapa yang selama ini mendatangi apartemennya, mengirim bunga setiap dua minggu sekali kepada Pitaloka.

Yasa bilang Om-nya merupakan Dokter spesialis nefrologi, yang berarti menangani pasien penderita masalah ginjal, jika benar Arjuna orangnya apakah mungkin dia mampu kesana-kemari, dan selalu ada untuk membalas pesan-pesan Pitaloka, sekalipun itu tengah malam, padahal posisinya laki-laki itu sedang sakit keras.

Karena tidak ingin mati penasaran Pitaloka berusaha memastikan terlebih dahulu, jika Arjuna yang selama ini sering mengunjungi apartemen Pitaloka saat dirinya tidak ada adalah Arjuna yang dia kenal.

"Ngomong apa ya, buat pastiin-nya," gumam Pitaloka, "semicolon! Kak Juna pasti langsung khawatir kalau balas semicolon."

Segera Pitaloka mengirimkan pesan kepada Arjuna, menyatakan jika semicolon-nya mungkin akan berubah jadi titik sekarang. Namun responnya mengecewakan, Arjuna yang berkirim pesan dengannya malah bertanya akan maksud pesan Pitaloka.

Lavender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang