"You say goodbye but that doesn't mean goodbye"
--Lavender--
Pitaloka memperhatikan dengan lekat Arjuna yang tengah melahap apel merah dengan tenang."Kalau aku perhatiin kamu jadi suka apel merah ya akhir-akhir ini." Mendengar hal itu Arjuna dibuat tersedak, Pitaloka dengan cekatan memberikan segelas teh miliknya, karena memang Arjuna tidak membawa serta air minum sama sekali, saat mendatangi Pitaloka di taman belakang rumahnya, hanya sekedar membawa dua buah apel dalam genggaman.
"Air putih," pinta Arjuna, suaranya tersendat lantaran potongan apel yang laki-laki itu gigit masih bersarang di tenggorokan, membuat Arjuna kesulitan berbicara.
Karena akan memakan waktu yang lama untuk lari ke dapur sekedar mengambil minum saat itu juga, Pitaloka memilih melakukan abdminal thrusts berupa sebuah teknik pertolongan pertama kepada korban yang tersedak. Upayanya berhasil, potongan apel itu akhirnya bisa dimuntahkan Arjuna, dan laki-laki itu bisa bernapas dengan lega.
"Bisa-bisanya lagi tersedak malah request mau air putih!" omel Pitaloka.
Tanpa tahu Arjuna menolak teh yang diberikan Pitaloka, karena minuman itu termasuk pantangan yang tidak bisa dia minum, lantaran penyakit gagal ginjal yang dia derita.
"Jijik minum bekas aku?" tuduh Pitaloka.
"Gak gitu sayangku, asam lambung aku lagi naik, belum lagi kena anemia, Bunda bilang gak boleh minum atau makan sembarangan. Kamu sendiri kan tahu teh gak baik buat orang yang asam lambungnya lagi naik, atau bisa juga anemianya lagi kambuh," kelit Arjuna mencoba mengelabui Pitaloka.
"Padahal kamu suka banget kalau aku buatin teh Hijau, berarti selama asam lambung kamu belum stabil, kita gak bisa ngopi atau ngeteh dong," Arjuna mengangguk, membenarkannya.
Tangan laki-laki itu tergerak, menelusuri helaian rambut Pitaloka dengan jari-jarinya.
"Loka," panggil Arjuna.
"Kakak mau ngomong sesuatu boleh?" tanya Arjuna, bola mata kecokelatan milik Pitaloka itu bergulir menjatuhkan tatapannya kepada Arjuna, kepalanya pun mengangguk menyetujui permintaan kekasihnya.
"Minggu depan aku bakal pindah ke cabang firma hukum diluar kota buat sementara, ada beberapa kasus yang harus aku handle di sana, kemungkinan aku gak bakal bisa sering pulang kesini, kita harus LDR dan aku belum tahu pasti bisa selesaiin semuanya sampai kapan."
"Kalau kamu gak keberatan aku bakal pergi, tapi kalau perasaan kamu gak karuan aku cuman bisa mohon pengertiannya." Pitaloka mencebikkan bibirnya sebal.
"Siapa bilang aku gak ijinin kamu, lagian ini kan masalah kerjaan, kamu harus profesional begitupun aku yang harus menghargai," tutur Pitaloka.
"Sesulit apapun kamu di sana nanti, tolong jangan nyerah ya Kak, karena aku tahu kamu itu advokat yang hebat mereka milih orang yang tepat percaya deh sama Loka," puji Pitaloka.
Andai Pitaloka tahu, bukan kasus orang lain yang membuat Arjuna rasanya ingin menyerah, tapi kondisi tubuhnya sendiri yang terasa menghambat beberapa hal dalam hidupnya
"Oktober nanti pokoknya kerjaan Kakak harus udah gak sibuk lagi, aku gak mau tahu soalnya Kakak yang ajak sendiri Loka buat nonton tokyo revengers, padahal udah aku bilang aku gak suka anime."
Arjuna terkekeh geli mendengar gerutuan Pitaloka.
"Anggap aja anime yang Kakak tunggu itu sebagai penyemangat biar cepat pulang balik ke cabang lama oke," kata Pitaloka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
FanfictionSemua orang berhak bahagia, setidaknya mereka dapat menentukan alasan sederhana, untuk tetap bertahan hidup di dunia yang terasa memuakkan ini. Dan Pitaloka memilih Arjuna sebagai alasan sekaligus rumah untuk tempatnya berpulang, dengan Arjuna segal...