09 › dont play with players.

473 56 1
                                    

"oh.. jadi, kamu pacarnya Jaden?"

sial, Rakiel belum sempat berekspektasi akan bertemu langsung dengan sosok bubu yang selalu diceritakan oleh pacar tercintanya itu yang bahkan saat ini bukannya menemani Rakiel diruang tamu justru pergi ke kamar mandi alias meninggalkan Rakiel diruang tamu bersama sang bubu yang tiba-tiba datang.

Rakiel melempar senyum tipis sembari mengangguk ketika sosok bubu itu duduk dihadapannya sembari mengamati dirinya, ughh! rasanya sangat cangung terlebih Rakiel belum menyiapkan jawaban dari pertanyaan yang mungkin tidak bisa ia tebak akan keluar dari bibir bubu pacarnya itu.

"sejak kapan pacaran sama Jaden?"

"um.." kalau boleh jujurㅡRakiel lupa.

si bubu menggeleng pelan, "kayaknya ini kedua kalinya Jaden berani bawa seseorang ke rumah.. pasti hubungan kalian baik kan?" pertanyaan lain muncul.

baik katanya..? hahh, apanya?

lagi-lagi Rakiel hanya bisa melempar senyum tipis sebab ragu menjawab, kalau ia jawab iya berarti ia membohongi bubu pacarnya itu tapi kalau ia jawab tidak berarti ia harus siap menjelaskan penyebab dari ketidak baikan hubungannya dengan Jaden yang tentunya membuat Rakiel malass.

"Jaden nggak macam-macam kan selama kalian berhubungan?" duhh, pertanyaan lain lagi terlontarkan.

Rakiel hanya bisa melempar senyum tipis untuk ketiga kalinya sebagai respon pertanyaan dari sang bubu yang rasanya ingin ia jawab seperti iniㅡnggak macam-macam apanya? saya sudah diperkosa berkali-kali, bu! ya seperti itu, eh, tapi apa pantas jika kegiatan macam-macam itu disebut pemerkosaan jika Rakiel sendiri sejujurnya sangat menikmati? ah, tidak.. itu namanya munafik.

"kalau begitu bagus.. bubu harap Jaden bisa perlahan berubah menjadi baik bersama kamu."

semoga sih.. soalnya saya juga seperti Jaden.. buruk.

Rakiel mengangguk-angguk.

"kamu mau bubu buatkan apa? teh? jus? susu? atau apa?" tawar sang bubu yang sudah beranjak dari duduknya, "eh.. nama kamu siapa? bubu sampai lupa bertanya nama saking banyak pertanyaannya." lagi, kali ini pertanyaannya agak bisa membuat Rakiel bersuara.

"Rakiel.. pamㅡ"

"panggil bubu saja biar akrab, kamu kan pacarnya anak saya." sela bubu sebelum Rakiel menyelesaikan ucapannya.

Rakiel mengangguk ragu, "bubu.." ujarnya yang iseng mencoba memanggil berhasil membuat bubu terkekeh pelan.

"lucuu.. semoga Jaden nggak berniat membuat kamu sakit hati ya..?"

itu udah bukan niat lagi, Bu.. tapi udah kebiasaan Jadenㅡbatin Rakiel bersuara sinis lagi, berbanding dengan anggukan kelapa dan senyuman yang ia berikan sebagai balasan atas ujaran sang bubu.

"yaudah, kalau begitu bubu buatkan minum dulu ya.. mau apa?" tawar bubu lagi sebab pacar putranya itu belum menyebutkan minuman yang diinginkan.

"air putih saja, bu.."

"oh, sebentar ya, bubu buatkan jus semangka dulu."

"eh.. nggak perlu, buㅡ" belum sempat memberikan penolakan, Rakiel sudah ditinggalkan sang bubu yang lebih dulu melengang menuju dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang tamu.

sekarang Rakiel hanya duduk diam sembari mengamati interior rumah pacarnya sembari mengumpati pacarnya itu yang belum juga diturun dari lantai atas. Astaga, demi apapunㅡRakiel juga masih belum bisa menyangka jika ia sudah mendatangi rumah pacarnya sekaligus selingkuhannya alias Jaydan.

Player (delayed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang