Semenjak pertemuan itu, hari-hari berjalan lambat bagi Wonwoo. Perasaan tak sabar membuncah di dada untuk bisa kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang cantik, ceria, random dan apa adanya.
Wonwoo juga tak sabar ingin menyantap masakan Junhui lagi.
Untunglah sabtu sore akhirnya tiba juga. Wonwoo lekas mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ingin segera melepas lelah seminggu bekerja dengan cara bertemu Junhui.
Bedanya dengan seminggu lalu, kali ini Wonwoo membawakan kado ulang tahun. Bukan hadiah yang istimewa, memang. Hanya berupa sepuluh gram emas batangan.
Ia sengaja memilih kado tersebut karena bentuknya kecil sehingga Junhui bisa mudah menyembunyikan agar tidak mengundang kecurigaan dari kekasihnya.
Setibanya di apartemen Junhui, seperti sebelumnya, Wonwoo berbincang sejenak dengan Jiho yang akan segera berangkat kerja.
Namun berbeda dengan minggu kemarin, kali ini Wonwoo memaksa diri menyaksikan Jiho mencium kening Junhui. Itu dilakukan demi menyadarkan diri bahwa ia dan Junhui sudah memiliki kehidupan yang berbeda dan Junhui takkan pernah kembali ke pelukannya.
Setelah Jiho berangkat kerja, Junhui --yang tadinya bersikap elegan-- mendadak heboh sendiri, mengajak sang mantan untuk masuk ke dalam kamar.
Awalnya perasaan Wonwoo tidak karuan, (hell, diajak mantan masuk ke kamar!) tapi ternyata Wonwoo salah besar; Junhui tetaplah Junhui, si polos yang baik hati.
Karena rupanya, tujuan Junhui mengajak Wonwoo ke kamar adalah memamerkan boneka lumba-lumba pemberian Wonwoo tiga belas tahun lalu, yang kini telah dipakaikan syal warna ungu hasil rajutan Junhui.
Senyuman merekah di bibir keduanya melihat boneka tersebut, dan Wonwoo merasa takjub Junhui tidak membuang boneka pertama pemberian darinya.
Junhui lantas mengambil sesuatu dari laci nakas, yang tak lain adalah beanie warna ungu hasil rajutannya sendiri. Ia menyerahkan beanie tersebut pada Wonwoo seraya memberikan senyuman termanisnya.
"Aku tidak tahu apa kau masih suka warna ini atau tidak. Tapi kalaupun sudah tidak suka, semoga kau berkenan menyimpan ini, ya?"
"Pakaikan padaku."
Mata Junhui membola sebelum senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Boleh?"
Wonwoo mengangguk. "Boleh."
Tanpa membuang waktu, Junhui memakaikan beanie tersebut pada sang mantan lalu memekik kegirangan seraya bertepuk tangan.
"Kau imut sekali, Wonwon! Ya ampun!"
Wonwoo memutar mata malas. "Lebih baik aku pulang daripada disebut imut." Ia menggerutu sembari berbalik badan.
Tawa melengking Junhui seketika memekakkan telinga. Ia lekas mencegat Wonwoo lalu memiringkan badan untuk menggodanya. "Aww~ Adikku marah~"
Wonwoo sengaja menatap tajam. "Adik?"
"Iya. Kau kan lebih muda dariku. Wlee~"
"Oh. Mentang-mentang bisa berpura-pura elegan di depan pacarmu, kau jadi mengira lebih dewasa dari aku?"
"Iya, dong." Junhui menepuk-nepuk pelan kepala sang mantan. "Junnie Hyung masak dulu, ya. Wonwon manis jangan nakal."
Tak kuat menahan gemas, Wonwoo refleks mencubit kedua pipi Junhui. Tentu saja sang korban memekik kesakitan lalu mengomeli sang pelaku pencubitan.
Omelan itu langsung berhenti tatkala Wonwoo menunjukkan sebuah emas batangan sepuluh gram di depan wajahnya.
"Kado ulang tahun untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lean On Me [WONHUI]
FanfictionWonwoo ingin menjadi tempat bersandar untuk Junhui, sang mantan kekasih yang tiga belas tahun lalu pernah ia sakiti. Sedangkan Junhui enggan bersandar pada Wonwoo sebab merasa khawatir kejadian di masa lalu mereka akan terulang kembali. Pada akhirny...
![Lean On Me [WONHUI]](https://img.wattpad.com/cover/343118393-64-k649089.jpg)