Wonwoo ingin menjadi tempat bersandar untuk Junhui, sang mantan kekasih yang tiga belas tahun lalu pernah ia sakiti.
Sedangkan Junhui enggan bersandar pada Wonwoo sebab merasa khawatir kejadian di masa lalu mereka akan terulang kembali.
Pada akhirny...
*Maaf aku lupa masukin visualisasi jendela kamar Wonwoo di chapter sebelumnya🙏
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
/ - /
Minggu pagi, pukul tujuh.
Wonwoo terbangun, refleks tersenyum melihat Junhui yang terlelap dalam dekapannya. Sejenak ia membelai wajah halus itu sambil mengenang kejadian semalam.
Junhui marah karena Wonwoo tiba-tiba mencium bibirnya. Sial sekali tubuhnya terlilit selimut, jadi ia tak bisa 'memberi pelajaran' pada sang dominan yang sudah mencium bibirnya tanpa seizinnya. Jeon Wonwoo dari dulu memang hobi mencuri ciuman dari Wen Junhui!
"Aku masih jadi pacar Jiho Hyung! Kau tidak boleh menciumku!" Pekik Junhui setelah Wonwoo melepas ciuman akibat kepala Junhui bergerak tiada henti.
"Nope. Kau bukan lagi kekasihnya. Hubungan kalian sudah berakhir."
"Tapi Jiho Hyung belum bilang putus!"
"Dengan dia mencuri mobilmu dan tidak menanyakan kabarmu meski melihat banyak darah di apartemenmu, itu jelas menunjukkan hubungan kalian sudah benar-benar berakhir. Mengertilah. Kenapa kau masih menganggapnya sebagai pasanganmu sedangkan kau sendiri tahu dia tidak menganggapmu sebagai pasangannya?"
Junhui cemberut, menatap kesal sang dominan."Ughh ... Tapi belum ada kata 'putus' antara kami."
"Baiklah." Wonwoo mengambil ponsel milik sang submisif, mengirim pesan singkat berisi 'kita putus' pada Jiho, lalu memblokir nomor pria bajingan itu. "Kalian sudah putus sekarang."
Junhui yang tercengang tak diberi kesempatan untuk mengutarakan ketidaksetujuan karena bibirnya kembali dibungkam dengan ciuman, mesra dan dalam.
Junhui tak berani menolak ciuman itu lagi. Namun setelah Wonwoo membuka lilitan selimut yang sejak tadi membungkus tubuh Junhui lalu mengungkung dan mulai menjamahnya, Junhui lekas mendorong pelan dada Wonwoo sebagai isyarat penolakan.
"Maaf, Wonwoo ... Aku rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan 'itu'. Aku masih merasa bersalah pada Jiho Hyung karena tiba-tiba menjalin hubungan denganmu. Maksudku-- bukankah kau tahu sendiri Jiho Hyung sangat percaya pada kita? Buktinya dia tak pernah melarangku menemuimu. Lalu sekarang, aku malah tega mengkhianatinya--"
"Jun-ah, Woo Jiho itu manipulatif. Dia bersikap seolah-olah percaya padamu supaya kau menaruh kepercayaan yang besar kepadanya. Dia melakukan itu supaya bisa bebas memanfaatkan segala kebaikanmu tanpa sedikitpun kau menyadarinya." Wonwoo menjeda ucapan untuk menangkup wajah sang submisif dengan sebelah tangan. "Jun-ah, dengar. Kau selama ini hanya diperalat untuk mencapai semua keinginannya. Sadarlah."
Mata Junhui berkaca-kaca. Dengan lirih ia berkata, "Jiho Hyung tidak sejahat itu .... Dia benar-benar mencintaiku ... Buktinya dia ingin menikahiku ...."