Rambut berkilau warna lilac, mata bulat yang berbinar, hidung mancung yang sempurna, bibir ranum yang sedikit terbuka serta moles yang berjajar membentuk konstelasi bintang, merupakan pemandangan yang menyambut indra penglihatan Wonwoo ketika pintu apartemen Junhui terbuka.
Wen Junhui ... cinta pertamanya ... kini berdiri tepat di hadapannya ....
Demi apapun, keinginan untuk memeluk Junhui begitu membuncah, namun Wonwoo sebisa nungkin menahan diri karena Junhui sudah dimiliki pria lain saat ini.
"W-wonwoo? Woaaah! Ini benar-benar dirimu? Oh my God. Oh my God. Oh my God." Tepat setelah itu Junhui memalingkan wajah seraya menepuk-nepuk pipi dengan kedua tangan. Menggemaskan.
"H-hai." Tidak tahu mengapa Wonwoo mendadak dilanda kegugupan. Pikirannya bahkan mendadak blank, tak tahu kata apa yang sebaiknya diucapkan.
Untunglah sebelum suasana jadi canggung, Junhui berdehem dan menyapa. "H-hai~ apa kabar?" Ia mengulurkan tangan, senyum malu-malu menghiasi paras cantiknya.
Ah, bersalaman. Benar, seharusnya sejak awal Wonwoo mengulurkan tangan untuk bersalaman, bukan malah kecewa mereka tak bisa berpelukan.
"Baik." Jawab Wonwoo sembari menyambut uluran tangan itu. "Kau sendiri?"
"Baik sekali~"
Kembali bersalaman dengan Junhui setelah tiga belas tahun tak pernah sekalipun bertemu --tak dapat dipungkiri-- cukup menimbulkan kesedihan di hati Wonwoo.
Betapa tidak, tangan halus yang dulu sering ia cium dan genggam ini sekarang sudah menjadi milik pria lain sehingga tidak mungkin bisa menjadi miliknya lagi. Ironis, padahal dulu dirinyalah pihak yang melepaskan, menorehkan luka dan membiarkan sang cinta pertama merasakan pahitnya kesendirian.
Sekarang sebuah pertanyaan begitu kencang terngiang di telinga, layakkah Wonwoo mendapatkan maaf dari mantan kekasihnya?
"Junnie? Temanmu sudah datang?" Suara seorang pria dari dalam apartemen mengagetkan keduanya. Junhui bahkan sampai terlonjak kaget dan refleks mengakhiri kontak tangan mereka.
"Hehe. Kaget." Junhui lekas berseru, "Iya, Hyung~ Temanku sudah datang~"
Tatapan berbinar itu kembali tertuju pada mata Wonwoo. "Silakan masuk." Junhui membungkuk sopan, bibirnya mengulas senyuman.
Wonwoo segera melangkah masuk, lalu melepas alas kaki. Setelah itu ia berjalan ke sofa, di mana ada seorang pria tampan duduk di sana.
Pria itu berdiri untuk menyambut sang tamu. Mengulurkan tangan serta memberikan senyuman.
"Woo Jiho." Ucapnya memperkenalkan diri.
"Jeon Wonwoo."
Setelah bersalaman, Wonwoo dan Jiho berbincang ringan sementara Junhui pergi ke dapur, menyeduh kopi untuk mereka.
Kesan yang Wonwoo tangkap dari Jiho adalah pria yang ramah serta berwibawa. Tak ayal Junhui bisa jatuh cinta kepadanya.
Sikap Jiho juga sangat dewasa, pria itu tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan menyudutkan mengenai alasan Wonwoo datang menemui kekasihnya.
Sepertinya Jiho tidak menaruh kecurigaan apapun saat Wonwoo mengenalkan diri sebagai teman SMP Junhui; atau bila curiga pun, Jiho begitu pandai menyembunyikannya. Entahlah, yang jelas Wonwoo menaruh hormat terhadap Jiho sebab tidak membatasi pergaulan Junhui.
Junhui juga benar-benar bersikap elegan di samping Jiho (duduk tegak, kaki dan tangan diam, tersenyum hanya sesekali, bicara sedikit sekali). Mungkin menyesuaikan diri atau memang sifatnya sudah berubah demikian. Tapi kalau Junhui memang berubah, lantas kenapa tadi pria manis itu tidak bersikap elegan di hadapan Wonwoo? Entahlah, yang jelas Wonwoo takjub menyaksikan dinamika pasangan di hadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/343118393-288-k649089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lean On Me [WONHUI]
FanfictionWonwoo ingin menjadi tempat bersandar untuk Junhui, sang mantan kekasih yang tiga belas tahun lalu pernah ia sakiti. Sedangkan Junhui enggan bersandar pada Wonwoo sebab merasa khawatir kejadian di masa lalu mereka akan terulang kembali. Pada akhirny...