Sabtu pagi, pukul tujuh.
Pemandangan yang menyambut Wonwoo ketika membuka mata adalah betapa menggemaskan wajah sang mantan saat terlelap; mata serta mulut Junhui sedikit terbuka, persis seperti yang dulu selalu Wonwoo lihat setiap Junhui menginap di rumahnya.
Andai Junhui sudah bersedia melakukan skinship, pasti Wonwoo akan memeluk sekaligus menggelitik pinggangnya sampai Junhui terbangun dan memekik kesal minta dibebaskan. Tapi karena sekarang sudah berbeda, Wonwoo harus puas dengan hanya mengguncang pundak sang mantan untuk membangunkannya.
"Jun-ah, bangun."
"Aaaa~ aku masih mau bobo~" rengek Junhui tanpa membuka mata sembari meraba-raba sekitar, mencari ujung selimutnya.
Wonwoo sengaja menjauhkan ujung selimut itu sehingga Junhui terpaksa bangun, memukulkan bantal ke wajah Wonwoo lalu bersembunyi di balik selimut sambil menggerutu.
Lucu sekali.
Walau keinginan menjahili begitu besar, Wonwoo merasa tak tega mengganggu sang mantan terus-terusan. Baiklah, ia akan kembali membangunkan sang putri tidur satu jam kemudian.
Menikmati secangkir kopi di pagi hari sembari melihat pemandangan di luar jendela sudah biasa Wonwoo lakukan semenjak membeli rumah ini. Namun kali ini jelas terasa berbeda karena Junhui ada di sini bersamanya --meski si manis belum ada tanda-tanda akan bangun secepatnya.
Seusai menghabiskan kopi, Wonwoo mandi lalu menyantap sarapan yang sudah disiapkan sambil berbincang ringan dengan penjaga rumah, sekalian minta tolong dicarikan kursi roda.
Sudah waktunya membangunkan, pria berkacamata itu lekas kembali ke kamar, membuka pintu secara perlahan supaya tidak mengagetkan putri tidur di dalamnya. Namun rupanya Junhui tidak ada di sana. Sejenak kemudian, dari arah kamar mandi, Wonwoo mendengar suara seseorang tengah mengeluarkan isi perutnya.
Kekecewaan seketika menghinggapi, menyadari Junhui seperti tengah mengalami morning sickness. Karena itu berarti Junhui benar-benar tengah mengandung buah hatinya bersama Jiho ....
Tak ingin terlarut dalam kekecewaan, Wonwoo menghirup napas panjang dan berupaya merelakan. Tidak apa-apa jika Junhui memang tengah mengandung. Wonwoo akan berusaha jadi sosok ayah terbaik untuk anak itu.
Tak lama kemudian Junhui keluar kamar mandi, ia tersenyum manis sambil mengangkat kedua tangan sebagai sinyal minta dibantu berjalan. Tahu kondisi tubuh Junhui tengah lemas, Wonwoo memilih menggendong tubuh ringkih itu daripada memapahnya. Lantas Junhui dibaringkan di kasur dengan penuh kehati-hatian.
"Wonwon ... Maaf ya aku merepotkan terus."
"Berhentilah minta maaf. Aku tidak merasa direpotkan." Wonwoo lekas menyelimuti tubuh Junhui. "Sebentar. Aku akan membawakan sarapan untukmu."
Junhui mengangguk patuh pada sang dominan.
Setelah Wonwoo datang lagi dengan membawa nampan berisi banyak makanan, Junhui menyantapnya dengan malas-malasan. Mual, katanya. Namun Wonwoo sebisa mungkin membujuk Junhui untuk terus mengisi perutnya. Ketika Junhui merengek kenyang, barulah Wonwoo berhenti membujuknya.
Tak ada hal lain untuk dilakukan, Wonwoo mulai melakukan rutinitasnya yaitu membaca buku di atas kasur. Sementara Junhui duduk di sampingnya, menonton TV sambil memeluk boneka.
Sekitar setengah jam kemudian Junhui berbaring lalu terlelap lagi. Wonwoo sengaja tidak membangunkannya karena semalam Junhui bilang bahwa rencananya untuk hari ini adalah tidur seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lean On Me [WONHUI]
FanfictionWonwoo ingin menjadi tempat bersandar untuk Junhui, sang mantan kekasih yang tiga belas tahun lalu pernah ia sakiti. Sedangkan Junhui enggan bersandar pada Wonwoo sebab merasa khawatir kejadian di masa lalu mereka akan terulang kembali. Pada akhirny...
![Lean On Me [WONHUI]](https://img.wattpad.com/cover/343118393-64-k649089.jpg)