【☆】★【☆】
Daisy menatap hamparan pasir melalui kaca mobil milik Zergan. Mereka baru saja tiba di Pantai Pangandaran, setelah sekitar 5 jam lebih di perjalanan. Pantai yang dinobatkan oleh AsiaRooms sebagai pantai terbaik di Provinsi Jawa Barat ini, memiliki keindahan pasir hitam dan pasir putihnya, yang terletak di sekitar area Cagar Alam Pananjung.
Daisy nyaris lupa dengan apa-apa yang ada di Pangandaran lantaran sudah lama tidak berkunjung, mungkin sekitar 15 tahun silam. Ketika orang tuanya masih ada. Ah, Daisy merasa hidupnya dulu memang begitu membahagiakan, memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sebelum berakhir seperti sekarang, sumber kebahagiaan Daisy direnggut begitu saja saat usianya baru menginjak 7 tahun.
Lamunan Daisy harus terhenti saat suara Zergan memasuki pendengarannya. Cowok di sebelahnya itu, saat ini sedang menatap Daisy dengan dalam.
"Kok, bengong? Mikirin apa?"
"Enggak mikirin apa-apa, cuma suka aja lihatin orang-orang di luar sana."
Anggukan pelan menjadi jawaban dari Zergan. Cowok itu melepaskan seatbelt miliknya. Buru-buru Daisy melakukan hal yang sama hingga Zergan menatap ke arahnya. Daisy sepertinya tidak membiarkan momen romantis ala-ala drama terjadi, di mana seorang cowok akan melepaskan seatbelt pada perempuannya, kemudian memberi jeda untuk saling bertatapan.
"Gimana kalo selama di pantai, gue gendong lo aja? Kalo pake kursi roda, gue rasa bakalan susah karena banyak pasir."
"Cuma pasir kering, bukan tanah basah yang bisa bikin rodanya terselip."
Zergan tersenyum tipis, kemudian turun dari mobilnya. Ia berjalan ke arah pintu di sebelah Daisy.
"Kali ini gue gak mau nurutin kemauan lo. Gue gak akan ngambilin kursi roda lo."
"Ih, Zergan! Gak mau digendong, malu, nanti dilihatin orang."
"Gak akan ada yang peduli juga, Dai."
"Gue izin gendong lo, ya?"
"Gak diizinin."
"Ya, udah, gue maksa buat gendong lo, ya?" Tanpa menunggu tanggapan dari si pemilik tubuh, Zergan memutuskan untuk mengangkat tubuh Daisy. Malu, hanya itu yang Daisy rasakan sekarang. Meski mungkin saja apa yang dikatakan Zergan benar, tidak akan ada yang peduli, tetapi tetap saja, berdekatan dengan Zergan sampai tidak ada jarak seperti sekarang—berhasil membuat detak jantungnya tak karuan.
Ditatapnya wajah Zergan yang tampak serius menatap ke jalan di hadapannya. Daisy pikir, sayang juga kalau wajah setampan itu dilewatkan, apalagi jaraknya lumayan dekat. Namun, saat netra Zergan beralih, Daisy segera membuang pandangan, tetapi dari sudut matanya—Daisy bisa menangkap senyuman timbul pada bibir Zergan.
"Ternyata lo lebih cantik kalo dilihat dari deket, ya? Apalagi gue gak sengaja mergokin lo yang lagi merhatiin gue."
"Ih, enggak! Aku cuma lihat langitnya, bagus banget warna birunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan untuk Zergan
Teen FictionKesalahan terbesar dalam hidup Zergan adalah bertemu dengan Daisy, seorang tuna daksa yang ditemukan di panti asuhan saat dirinya dan teman-temannya mengadakan kegiatan "FISIP Peduli Panti" di sebuah panti asuhan daerah Bandung. Pertemuan yang tida...