【☆】★【☆】
Zergan menyusuri koridor Panti Asuhan Tambatan Hati secara perlahan. Suasana di sore hari ini lumayan ramai, banyak anak-anak panti yang sibuk bermain, bahkan sesekali berlarian di sekitar Zergan. Wajah yang sudah tak asing meski baru beberapa kali berkunjung, membuat Zergan kerap kali mendapatkan sapaan dari anak panti. Kegiatan perkuliahan memang sudah aktif sejak 2 minggu yang lalu, tetapi kelas Zergan sudah selesai pada pukul 15.00 WIB dan kebetulan juga ia tidak memiliki jadwal lain di hari ini.
Tidak ada hal penting yang akan dilakukan Zergan di panti ini, ia juga datang seorang diri. Namun, ada satu tujuan yang berhasil mengantarkan Zergan kembali ke panti asuhan ini, ya, Daisy. Zergan sempat bertemu dengan pemilik panti dan meminta izin untuk menemui Daisy sehingga berakhirlah ia di halaman yang dipenuhi rumput-rumput hijau terawat.
Gadis itu sedang duduk di atas rumput yang beralaskan tikar dengan beberapa anak duduk di hadapannya. Daisy tampak lebih ceria, ia menceritakan dongeng tentang kancil dengan penuh semangat.
"Jadi, ada yang tahu, gak, pesan moral dalam dongeng itu apa?"
Anak-anak itu tampak berpikir setelah mendengar pertanyaan dari Daisy hingga akhirnya seorang anak yang tampak lebih tua dari yang lainnya, mengangkat tangan seraya berkata dengan antusias.
"Kita harus cerdik dalam menghadapi masalah, Teh."
"Pinter. Pesan moral yang terkandung dalam Dongeng Kancil dan Buaya, emang harus menjadi sosok yang pandai dan cerdik dalam menghadapi masalah, tapi kecerdikan yang kita miliki harus digunakan buat hal-hal yang baik aja. Kita juga gak boleh merasa paling kuat sehingga bisa menindas yang lebih lemah."
"Coba aku mau nanya, dongeng yang barusan aku ceritain, itu disebut dengan apa? Ada yang tahu?" Serempak anak-anak itu menggeleng, kemudian Daisy membalasnya dengan senyuman.
"Disebut juga fabel, ya. Dongeng yang menceritakan tentang hewan, di mana dalam cerita itu, hewan-hewan akan berperilaku selayaknya manusia."
"A Zergan!"
Lamunan Zergan buyar saat salah satu anak ada yang menyadari kehadirannya. Anak itu lantas menghampiri Zergan, memberikan salam sopannya dengan cara mencium tangan, kemudian menarik lengan Zergan untuk ikut berkumpul di tempat mereka sebelumnya.
Suasana canggung tampak menyelimuti, Daisy yang semula asyik bertanya kepada anak-anak, mendadak diam saat Zergan datang.
"A Zergan ke sini sendiri?"
"Iya, cuma mau main aja, gak ada hubungannya sama kampus."
Daisy menghela napas beberapa kali dan masing-masing tangannya terlihat mengepal hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menatap Zergan. Daisy menampilkan senyum tipisnya. Bukan tidak ingin berkenalan dengan Zergan, bukan juga karena merasa takut, tetapi tinggal lama di panti membuat dirinya cukup kesulitan jika harus berinteraksi dengan cowok yang sepantaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan untuk Zergan
Ficção AdolescenteKesalahan terbesar dalam hidup Zergan adalah bertemu dengan Daisy, seorang tuna daksa yang ditemukan di panti asuhan saat dirinya dan teman-temannya mengadakan kegiatan "FISIP Peduli Panti" di sebuah panti asuhan daerah Bandung. Pertemuan yang tida...