【☆】★【☆】
Ujian Akhir Semester Ganjil telah berakhir beberapa waktu lalu, soal yang disajikan bisa dibilang cukup menguras otak, bahkan sampai membuat sebagian mahasiswa rela begadang demi mengulas materi lantaran kebanyakan dari mereka, memilih untuk menerapkan sistem kebut semalam.
Saat ini, terik matahari terasa menyilaukan pengelihatan Zergan, padahal hari masih terbilang pagi, sekitar pukul 10.00 WIB. Waktu libur akhir semester yang Zergan miliki, akan ia habiskan di Bandung dan Jatinangor, entah untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak-anak BEM, teman-teman kuliahnya, atau meluangkan waktu untuk menikmati suasana Kota Bandung seorang diri, seperti saat ini.
Zergan duduk di kursi yang tersedia, tepatnya di sisi Jalan Asia Afrika. Suasana hari ini tampak ramai, banyak pejalan kaki ataupun pengendara bermotor yang terus belalu-lalang, bahkan beberapa kali juga Zergan mendapati delman ikut melintas.
Meskipun Bandung sudah ramai, bahkan nyaris mendekati ramainya Jakarta, tetapi Zergan lebih suka tinggal di kota ini. Rasanya lebih nyaman dan damai.
Bosan dengan aktivitas memandangi orang-orang di sekitarnya, Zergan memutuskan untuk berdiri. Motornya sudah ia tinggalkan di salah satu titik parkir yang telah disediakan oleh Pemkot Bandung sehingga ia dapat berjalan dengan santai dan menikmati setiap tempat yang dilaluinya.
Namun, baru beberapa menit ia melangkah, hal menyebalkan terjadi kepadanya. Seseorang menabrak tubuh Zergan hingga meninggalkan jejak es krim vanila pada jaket kulit hitamnya. Zergan menghela napas, suasana hatinya hancur seketika lantaran jaket itu merupakan benda yang paling ia sayang, setelah motornya.
Sial, harinya tampak makin buruk saat mendapati gadis tak asing sedang memandangnya seraya melemparkan cengiran selayaknya kuda yang tadi sempat melintas. Ya, dia adalah Frea, gadis yang selalu saja berhasil membangkitkan emosi di dalam dirinya.
"Maaf banget, gue gak sengaja." Frea langsung membuka tas selempangnya dengan satu tangan, sementara tangan satunya masih memegang es krim. Frea mengeluarkan tisu basah, kemudian membersihkan jaket Zergan dengan hati-hati, tidak peduli dengan es krim yang sudah mencair, bahkan sampai mengenai tangannya sendiri.
"Gue bisa sendiri." Zergan mengambil alih tisu dari tangan Frea, kemudian melanjutkan aktivitas Frea sebelumnya.
"Mau, gak?"
Bodoh, kenapa juga Frea harus menawarkan es krim yang sudah ia makan kepada Zergan? Jelas saja hal itu mengundang tatapan sinis dari Zergan.
"Lo pikir gue gak mampu beli? Sampe harus nerima es krim bekas mulut lo."
"Kepedean! Gue nawarin anak kecil di belakang lo!" Zergan langsung menoleh dan benar saja ada seorang anak dengan tatapan tertuju pada es krim milik Frea. Gantian Zergan yang merasa malu. Untung saja anak kecil itu tiba-tiba datang, sepertinya dia adalah malaikat kecil penyelamat Frea dari rasa malu akibat tindakannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan untuk Zergan
Fiksi RemajaKesalahan terbesar dalam hidup Zergan adalah bertemu dengan Daisy, seorang tuna daksa yang ditemukan di panti asuhan saat dirinya dan teman-temannya mengadakan kegiatan "FISIP Peduli Panti" di sebuah panti asuhan daerah Bandung. Pertemuan yang tida...