20 ♤ Tampak Istimewa

296 90 88
                                    

【☆】★【☆】

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

【☆】★【☆】

Sebagai koordinator divisi, sudah menjadi tanggung jawab Frea untuk selalu memantau dan merekap kinerja anggotanya, kemudian melakukan evaluasi setiap akhir bulan. Selepas kegiatan perkuliahan berakhir—Frea dan beberapa anggota reporter memutuskan untuk berkumpul di Sekre Pers Mahasiswa, yang kebetulan tidak dipakai oleh anggota dari divisi lainnya ataupun para Steering Committee (SC), PSDM, dan redaktur.

"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih bagi seluruh anggota Divisi Reporter, yang sudah berkenan hadir pada rapat evaluasi kali ini dan maaf karena seharusnya, evaluasi dilakukan setiap akhir bulan, tapi menjadi sedikit telat karena kesibukan saya di luar Organisasi Pers Mahasiswa."

"Saya kirim hasil rekap kinerja kalian di grup dulu, ya, biar kalian bisa sambil melihat di ponsel masing-masing."

"Jadi, di sini penilaiannya saya ambil dari berapa banyak kalian meliput, menulis berita, dan keaktifan kalian dalam membuat daily content. Nantinya, anggota yang meraih poin tertinggi, akan masuk ke dalam kategori Best Staff setiap bulannya, ya!"

"Oh, iya, saya mau tanya ke kalian yang hadir di sini. Apa alasan atau kendala yang kalian alami selama menjadi reporter? Karena yang saya lihat, lebih banyak yang pasifnya daripada yang aktif. Menjadi redaktur itu berat, loh, mereka harus selalu update mengenai isu-isu yang lagi terjadi, harus nyari bahan buat berita di website ataupun feeds Warta Kema, belum lagi harus nyari reporter yang bersedia meliput ataupun nulis berita, dan ikut ngoreksi tulisan kalian juga."

"Izin masuk, Kak." Reika, salah satu anggota muda dari Divisi Reporter—tampak mengangkat tangannya, sebelum akhirnya diberi izin untuk mengutarakan jawaban pada Frea dan anggota reporter lain.

"Sebelumnya saya mau minta maaf karena selama menjadi anggota reporter, saya cenderung pasif, tapi sebenarnya kalau boleh jujur, saya masuk ke Pers Mahasiswa itu karena ingin melatih public speaking. Bagi saya, harus berinteraksi dengan narasumber adalah sebuah tantangan yang sampai sekarang, masih saya takuti, apalagi untuk liputan aksi—saya masih belum berani. Sejauh ini, saya masih kebingungan setiap kali mau meliput karena terkadang, kita juga gak terlalu diarahkan secara detail, seperti ketika ada kasus A, siapa-siapa saja yang harus diwawancarai dan bagaimana cara kita membuat janji dengan narasumber itu."

"Mohon maaf sebelumnya, Kak, apabila ada kalimat saya yang kurang berkenan dan menyinggung, tapi jujur aja, para redaktur di Warta Kema itu emang baik-baik dan sabar banget, cuma saya gak aktif emang karena pure dari diri saya sendiri, yang kurang berani berinteraksi."

Frea mengangguk beberapa kali, ia juga tidak menyalahkan ataupun merasa tersinggung.

"Ini soal komunikasi, ya. Kalo kalian bingung harus wawancara ke siapa, gimana buat janji dengan narasumber karena gak punya kontaknya, bisa dikomunikasikan dengan para redaktur, ya! Mereka pasti bakalan ngebantu, kok. Kalo kalian malu atau segan, bisa komunikasi ke saya sebagai koordinator kalian. Gak usah sungkan, komunikasi selayaknya temen aja, gak apa-apa."

Tulisan untuk ZerganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang