【☆】★【☆】
Memasuki Semester 7, waktu untuk menjalankan kegiatan perkuliahan memang sudah tidak sepadat sebelumnya. Paling-paling, pergi ke kampus hanya untuk bimbingan, menyelesaikan mata kuliah yang tersisa, dan melakukan kegiatan organisasi. Begitu pula dengan Zergan, yang hanya tinggal menyelesaikan Ujian Komprehensif, Seminar Desain Penelitian, Kolokium atau Penelaahan Naskah, dan Ujian Sidang. Namun, biasanya perkuliahan akan menjadi terhambat setelah memasuki semester ini. Bagi sebagian besar mahasiswa, Semester 7 merupakan semester yang paling berat di antara semester-semester lainnya. Ya, selain berat dalam proses penyusunan, juga berat dalam melawan rasa malas.
Hal itu juga rupanya berlaku bagi Zergan, cowok itu bahkan masih disibukkan dengan jabatannya sebagai Ketua BEM FISIP hingga fokusnya terbagi.
Hari Minggu ini, setelah tidak ada kegiatan apa pun di BEM, Zergan justru memilih untuk keluar dibandingkan berkutat dengan skripsinya. Ia juga bahkan belum melakukan bimbingan lagi, setelah judulnya di-acc. Salah satu alasan terbesarnya adalah malas lantaran perkara judul saja, Zergan harus mengajukan sampai empat judul, barulah ada yang diterima. Entah memang Zergan yang terlalu bodoh dalam menentukan judul atau dosen pembimbingnya yang terlalu perfeksionis.
Zergan menghentikan laju motornya setelah sampai di tempat parkir Rumah Sakit Santosa Bandung Central. Kakinya melangkah memasuki gedung tersebut. Di sepanjang koridor, banyak perawat maupun keluarga pasien yang berlalu-lalang hingga akhirnya, Zergan berhenti tepat di depan Ruang Mawar.
Zergan sempat ragu, tapi setelah beberapa saat diam, ia memutuskan untuk membuka pintu kamar itu. Suara decitan pintu, berhasil membuat orang di dalam sana menoleh terkejut akibat kedatangannya. Namun, Zergan mengulas senyuman, lalu berjalan, meletakkan hal yang seakan-akan wajib dibawa ketika menjenguk orang sakit: buah-buahan. Setelah itu, Zergan menyalimi Marlina, sebagai bentuk sopan santunnya.
"Kok, Nak Zergan bisa tahu kalo Ibu dirawat di sini?"
"Tadi sempet ke panti, terus katanya Ibu dirawat di sini." Zergan sempat celingukan, mencari keberadaan Daisy yang tak tampak di ruangan ini, padahal katanya Daisy sudah menginap sejak kemarin.
"Daisy mana, Bu?"
"Tadi pamitannya, sih, mau keluar sebentar, tapi gak bilang mau ke mana."
Zergan hanya mengangguk singkat meskipun sebenarnya, ia ingin sekali bertemu Daisy, untuk menuntaskan semua permasalahannya.
"Keadaan Ibu sekarang gimana? Saya denger-denger, harus dioperasi, ya? Daisy gak pernah cerita apa-apa ke saya soal operasi ini. Maaf banget sebelumnya, Bu, katanya, kan, gak pakai BPJS. Jadi, untuk biayanya gimana? Barangkali saya bisa bantu, takutnya Daisy nanggung beban ini sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan untuk Zergan
Dla nastolatkówKesalahan terbesar dalam hidup Zergan adalah bertemu dengan Daisy, seorang tuna daksa yang ditemukan di panti asuhan saat dirinya dan teman-temannya mengadakan kegiatan "FISIP Peduli Panti" di sebuah panti asuhan daerah Bandung. Pertemuan yang tida...