32 ♤ Keputusan Berat

50 10 33
                                    

【☆】★【☆】

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

【☆】★【☆】

Suara langkah kaki Frea menggema di koridor yang lengang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, tapi ia masih enggan untuk pulang. Untung saja, jadwal kelasnya besok dimulai siang hari. Jadi, ia tak perlu khawatir jika harus menginap di sini.

Frea sontak menghentikan langkah ketika sosok Laskar muncul di hadapannya. Wajahnya menampilkan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. Bagaimana tidak? Ia sama sekali tidak memberi tahu keberadaannya pada cowok itu, tetapi kini Laskar berdiri di sana dengan tatapan tajam yang membuat suasana terasa berbeda.

"Kamu kenapa bisa ada di sini? Kamu sakit?" Frea akhirnya bertanya dengan sedikit ragu, ia memang paling tidak bisa mendapat tatapan tajam dari Laskar.

"Kenapa kamu gak ngasih kabar apa-apa? Aku dari tadi nelepon kamu, Fre, tapi gak ada satu pun yang diangkat. Kamu juga gak ngasih kabar ke Anya. Kamu tau gak kalo aku khawatir?" Nada suara Laskar terdengar tenang, tetapi Frea tetap bisa menangkap rasa khawatir tersebut.

"Maaf, tadi aku abis ngobrol dulu sama Daisy dan nganter Daisy sampe dapet kendaraan online. Tas aku sengaja ditinggal. Jadi, gak tau kalo kamu nelepon."

"Terus kenapa gak ngabarin dulu sebelumnya? Lebih penting Zergan daripada aku, ya?"

Mendengar itu, Frea menggeleng dengan cepat. "Enggak, tadi waktu abis main, aku gak sengaja liat Zergan kecelakaan tepat di depan aku. Rasanya bener-bener panik dan bikin aku gak bisa berpikir jernih, aku gak kepikiran buat ngabarin siapa-siapa, selain Daisy."

Frea memilih untuk menunduk, ia dapat melihat raut cemburu yang Laskar tunjukkan. Selang beberapa detik, helaan napas terdengar dari mulut Laskar.

"Sebenernya aku gak suka liat kamu sepeduli ini sama Zergan, apalagi sampe gak ngabarin apa-apa, tapi aku juga gak bisa egois. Zergan jelas lagi kenapa-kenapa, sedangkan aku baik-baik aja."

Pola pikir Laskar memang selalu dewasa, ia jarang sekali menggunakan emosinya dalam segala hal. Namun, Frea jadi dibuat super merasa bersalah karena sikap Laskar tersebut. Kalau kata orang, sih, Laskar itu terlalu greenflag.

"Maaf banget, ya? Aku gak bermaksud lebih prioritasin Zergan yang bukan siapa-siapa aku, tapi ini bentuk peduli sebagai temen aja, kok."

Frea menghela napas panjang, berusaha menghilangkan rasa bersalah yang mulai membebani pikirannya. Laskar yang masih berdiri di hadapannya, tampak menahan sesuatu—mungkin kekesalan, mungkin juga kekhawatiran—tetapi ia tidak mengucapkannya dengan cara yang membuat Frea tertekan.

“Kamu pasti capek, ya?” Laskar akhirnya bersuara setelah jeda beberapa detik. Nada bicaranya lembut, tetapi cukup jelas bahwa ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Iya, tapi lebih dominan laper, sih." Frea menampilkan senyum manisnya. Baru Laskar mau membuka mulut, jari telunjuk Frea sudah mendarat tepat di bibir cowok itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tulisan untuk ZerganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang