Hari ini BONEDO berkumpul di rumah Woonhak, rumah Woonhak memang cukup jauh tetapi rumahnya amat nyaman untuk dibuat tempat tongkrongan.
Seperti biasa mereka melakukan kegiatan bermain handphone atau bermain game online, mereka juga beberapa saat hanya diam lalu menonton sesuatu di gadget mereka.
Woonhak bosan sekali, ingin mengobrol dengan mereka, tetapi mereka sibuk dengan handphone masing-masing. Tetapi masa bodo deh,
"Teman-teman! Dengerin deh," Woonhak diam, sementara teman-temannya mulai menaruh gadget mereka masing-masing. Mulai tertarik dengan awalan kata Woonhak.
"Kan beberapa hari lalu ini gue libur kan ya, dan gue kaya biasa sepedaan pagi-pagi, ngelilingin komplek. Terus waktu sampe di kompleknya bang Taesan, bang Leehan sama bang Sungho, gue ngeliat ada cewe cuantik pol! Sumpah ya, kayanya ini pertama kali gue ngeliat cewe sampe lama-lama gitu." Lanjut Woonhak.
"Bentar, bentar, jangan-jangan lo diem di depan rumah si cewe cantik ini?" tanya Sungho yang langsung menebak jalan cerita.
"Iyalah! Hehehe, gue agak jauh sih dari rumahnya tapi kan masih bisa lihat ya, terus tiba-tiba dia noleh, set! Gitu kan ya, terus dia senyum ke gue! Karena kaget gue otomatis dadah dadah ke dia, dan dia bales dadahan dia dong! Cantik banget, udah gila rasanya." Ucap Woonhak yang terdengar sangat bersemangat.
Riwoo hanya tertawa melihat temannya yang paling muda ini akhirnya mempunyai orang yang ia taksir, "Woo, lo ngga mau nyari gebetan juga kah? Gue liat-liat lo ngga pernah nyeritain gebetan lo" tanya Jaehyun, iseng.
"Haha, kaga punya gua, masih bego dalam urusan kaya gitu, jadi ya gue singkirin bentar urusan suka-suka kaya gini, gue masih sibuk sama belajar sih" jawab Riwoo mantap.
"Aelah, belajar dari buku atau belajar ngedance?" Sungho bertanya sembari mengambil makanan yang berada di tangan Leehan.
"Loh bang, itu punya gue!"
•••
Sebenarnya pagi itu Woonhak tidak libur, tetapi bolos sekolah. Alasannya simpel, dia hanya malas masuk sekolah karena ada temannya yang menurut dia mengesalkan itu datang ke sekolah— Woonhak tidak bolos sekolah saat temannya itu masuk loh ya, hanya jarang-jarang.
Woonhak harus menempuh banyak jalan untuk mendapatkan tiket bolos sekolah. Yang pertama dia harus mempersiapkan jalan cerita, ini mudah tentunya, mau bohong atau tidak.
Dan dia memilih tidak, agak bohong dikit sih. Tetapi yang paling berat adalah, menempuh izin ke orang tua— Bunda maksudnya, kalau Ayah mah gampang, apa-apa di iyain.
Sebelum meminta izin ke Bunda, Woonhak berdiri di belakang Bunda dan mulai berlutut di sana. Bunda yang sibuk mana tau jika ada Woonhak di belakangnya, alhasil Woonhak terkena pijakan kaki Bunda di lututnya.
"Eh! Kaget Bunda, kirain udah ke sekolah, maaf maaf, kena kaki Bunda lututnya" Bunda meminta maaf kepada Woonhak yang mulai berdiri dari acara berlututnya dan mulai duduk di kursi tempat makan, "Bunda sih, ngga liat-liat dulu" dengus Woonhak.
"Lah, kamu juga ngapain berlutut gitu" Bunda masih sibuk dengan masakannya, sama sekali tidak melihat Woonhak yang sudah seperti bebek. Mulutnya maju sekali.
"Bun, hari ini ada sesuatu yang bikin Woonhak kesel di sekolah, jadi Woonhak mutusin buat bolos, boleh kan Bun? Saya mohon Bun!" Ucap Woonhak yang kembali berlutut di belakang Bunda.
Kalian kira Woonhak akan terinjak lagi? Tidak, Bunda dengan berhati-hati memutar badannya ke Woonhak dan melihat anaknya yang satu-satunya kembali berlutut di hadapannya. 'Anak ini dasar' cibir Bunda di dalam hati.
"Kok tau kalo ada yang bikin kesel nanti?" goda Bunda.
"Ya.. Kan temen Woonhak tadi bilang ke Woonhak."
"Berarti udah direncanain ya? Bolos nya? Ngga ah! Ngga boleh, jangan lari dari masalah Woonhak, gak baik!" Tuntut Bunda.
Untung saja Woonhak memiliki janji dari Bunda yang sampai sekarang belum sama sekali ia kerjakan, membersihkan rumah plus toko akuarium. Atau singkatnya membantu Bunda lah. Jadi Woonhak bisa menyogok Bunda memakai itu.
"Bun, Woonhak bakal ngerjain tugas yang kemarin kemarin belum Woonhak kerjain! Kaya, ngepel, nyapu, cuci piring, ya ya ya ya? Please lah Bun" Woonhak sudah sangat meminta dengan ampun ini, bagaimana Bunda bisa menolak anak yang satu-satunya.
Jadi dengan pasrah Bunda mengiyakan Woonhak, dengan syarat Woonhak bisa membantu Bunda dalam dua kali seminggu atau setiap hari juga tidak apa, malah Bunda yang enak.
Setelah berpamitan kepada Bunda dan mempersiapkan sepeda, Woonhak langsung pergi jalan-jalan bersama sepedanya. Hal yang biasa dilakukan oleh Woonhak, bersepeda di pagi hari. Hanya keliling komplek, tidak jauh-jauh. Kalau jauh-jauh nanti takutnya di culik.
Di sini lah Woonhak sekarang. Komplek rumah Sungho, Taesan dan Leehan. "Ada yang pindahan ya?" pikir Woonhak.
Tidak tahu mengapa Woonhak harus berhenti dan melihat keluarga pindahan itu di dekat rumah baru mereka. Sampai si cantik itu keluar dari mobil mereka. Woonhak yang tadinya ingin pergi saja menjadi mengurungkan niatnya untuk pergi. Sibuk melihat bidadari.
"Woah, kok cantik banget? Kok bisa ya?" Ucap Woonhak yang masih terkagum-kagum melihat tetangga barunya itu.
Beberapa detik berjalan dengan cepat, tiba-tiba si cantik menoleh ke arah Woonhak dan tersenyum kepadanya.
Woah! Ini seperti keajaiban bagi Woonhak, karena sejak dulu kalau dia menyukai seseorang tidak pernah begini.
Dengan cepat Woonhak melambaikan tangannya ke si cantik tersebut. Dan itu di balas! Woonhak pergi dengan kesenangan yang ada di hatinya.
"Orang aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY(S) NEXT DOOR [√]
FanfictionJadi, bagaimana cerita mereka? Bagaimana mereka memperjuangkan cintanya? Bagaimana mereka tahu bahwa yang mereka sukai itu.. started : 12.06.23 end : 20.08.23