07. 'Calon Pacar'

170 16 0
                                    

"Tante! Shae di sini!" Kalian ingat tidak dengan perempuan yang di lihat oleh Woonhak, yang katanya di dekat rumah Taesan dan Sungho itu. Inilah dia.

Ternyata orang tua 'Shae' dan orang tua Woonhak adalah teman. Tidak tahu mengapa Woonhak sama sekali tidak mengetahui jika orang yang ia taksir adalah anak dari teman orang tuanya. Kalau begitukan enak jadinya, bisa nanya ke orang tua saja jika gengsi.

Sudah satu bulan berlalu dari kejadian Woonhak bertemu Shae. Dan setelah Woonhak mengetahui orang tuanya dan orang tua Shae adalah teman, mereka pun ikut berteman. Sudah dekat sekali.

"Shae!" Teriak Woonhak yang mendengar teriakan Shae di toko akuariumnya.

"Ayo main game! Gue nungguin lo daritadi!" Ajak Woonhak sembari menarik-narik tangan Shae. Maaf, ini kesempatan.

"Shae! Bawa apa itu, ngga berat kah? Kan rumah kamu sama rumah kita jauh, ya Tuhan. Sini tante bawain!" Bunda ikut mengobrol.

Kadang jika Bunda ikut mengobrol atau mengobrol dengan Shae, Woonhak sedikit kesal. Karena dia Bunda selalu menanyakan sesuatu yang tidak masuk akal, misalnya 'udah punya pacar belum'— ya, masuk akal sih. Tapikan calonnya ada di depan persis.

"Ngga jauh kok tan hehehe. Oh! Itu kue bikinan Bunda! Dimakan ya tan! Enak kok hehe" Ucap Shae sembari mengeluarkan kekehan gemasnya. Aduh, Ini sangat berbahaya bagi hati Woonhak.

Mereka bermain game online di ruang keluarga rumah Woonhak. Ini adalah cara pendekatan Woonhak, dengan mengajak gebetannya bermain bersama.

Menurutnya, cara seperti ini yang paling berhasil. Mungkin karena banyak melihat orang-orang bermesraan di aplikasi yang saat ini sedang viral, katanya cara seperti ini juga berhasil, jadi dia cobalah tips ini ke Shae. Semoga sih berhasil.

Sembari bermain, Woonhak dengan diam-diam mencuri pandangan kepada Shae yang sibuk fokus dengan karakter di gamenya. Alisnya mengerut, tidak tahu karena terlalu fokus atau memang Shae mempunyai miopi, bibirnya pun mengerut lucu. Pemandangan yang indah.

"Yes! Gue menang, yahaha! Kasian deh lu." Ejek Shae.

Sebenarnya Woonhak sengaja mengalahkan dirinya demi 'calon pacar'nya ini. Siapa sih yang tidak suka calonnya tersenyum dengan hati senang? Tidak ada pasti.

Woonhak adalah orang yang tipenya akan melakukan apapun agar orang yang di taksir ini bahagia.

Sudah satu jam Woonhak dan Shae bermain. Dan Woonhak sama sekali berpura-pura bodoh dalam permainan tersebut. Kalah di setiap ronde.

Pertamanya sih Shae senang-senang saja, tetapi mungkin karena melihat Woonhak yang lemas seperti tidak ingin main— padahal Woonhak memang sengaja mau mengalahkan karakternya, Shae jadi tidak enak. Jadi Shae memotong aktivitas bermain game ini dengan menceritakan kehidupannya akhir-akhir ini.

"Tau gak sih, akhir-akhir ini kan gue deket sama cowo gitu yaya. Cowo ini tuh menurut gue agak nakal." Woonhak tetap fokus melihat wajah Shae yang sibuk dengan ceritanya.

'Gue agak nakal kata Bunda, hmm, bisa jadi gue kan hehehe' pikir Woonhak.

"Dia tuh, gimana ya, ngeselin iya, cakep iya, lucu iya, nakal iya. Bingung deh. Kemarin tuh ya dia habis bikin gue marah, pokoknya sesuatu yang ngga gue suka,"

"Nah gue ini bingung, haruskah gue tetep suka sama dia atau lepasin aja, pendapat lu gimana Woon?" Shae menatap Woonhak.

Meskipun sedikit salah tingkah di tatap seperti itu oleh Shae, Woonhak tetap menjadi pro saat berbicara, tidak gelagapan atau sebagainya. "Emang dia ngapain?"

"Gue ngga bisa bilang, ada alasan yang bersifat pribadi." Jawab Shae dengan percaya diri. Woonhak terkekeh, ia mengelus rambut Shae. Indahnya percintaan di masa muda.

•••

Malam di hari yang sama. Sedang berguling-guling di atas kasur sembari berteriak-teriak seperti orang gila, siapa lagi jika bukan Woonhak. Ia sibuk memikirkan siapa yang di bicarakan oleh Shae tadi.

Bisa jadikan dia, karena dia juga termasuk ke dalam ciri-ciri orang yang di sebut Shae. 'ngeselin iya, cakep iya, lucu iya, nakal iya' itu adalah Woonhak!

Ah, Woonhak tahu caranya. Ia akan bertanya ke seseorang yang jujur sangat, Bunda. Dengan cepat ia menuju ke lantai bawah dan menemui Bunda di ruang keluarga.

"Bun!" Seru Woonhak dari belakang. Bunda dikejutkan oleh Woonhak untuk yang kesekian kalinya,

"Kebiasaan ya! Jangan ngagetin terus bisa ga sih! Kaya Ayahmu aja. Kenapa?" Woonhak hanya terkekeh melihat Bundanya mengomel.

"Menurut Bunda.. Woonhak ngeselin—" Sebelum semua kalimat Woonhak selesai, Bunda langsung menjawab,

"Banget! Kenapa harus nanya, kan tau sendiri." Itu cukup menyakitkan.

"Ih, Bunda mah, Woonhak kan belum selesai ngomong! Lagi deh lagi, jangan di jawab dulu! Menurut Bunda.. Woonhak cakep ngga? Lucu ngga? Nakal ngga? Hehehe." Bunda hanya bisa geleng-geleng sembari terkekeh. Anaknya ini sangat mirip dengan Ayahnya.

"Hm.. Cakep? Cakep sih tapi cakepan Ayahmu hehe." Canda Bunda. Woonhak mendengus saat mendengarkan candaan tersebut.

"Bercanda, dua-duanya cakep kok hahaha. Kalo lucu.. Iya sih, terus kalo nakal.. Banget, hahaha." Woonhak kembali mendengus saat mendengar jawaban 'nakal atau tidak' tetapi memang betul sih, ia merasakan itu sendiri.

"Kenapa sih? Kok tiba-tiba tanya gitu."

"Gapapa, kepo aja, hehe. Makasi Bunda cantik! Woonhak balik ke atas dulu!" Woonhak tersenyum kepada Bunda dan kembali ke kamarnya— juga menghindari pertanyaan-pertanyaan tidak masuk akal dari Bunda sih.

Jadi.. Bisa saja 'seseorang' yang di ceritakan oleh Shae adalah dirinya. Semoga saja.

BOY(S) NEXT DOOR  [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang