14. Pertolongan Pertama

92 13 2
                                    

"Ah! Ini bikin gue gila. Ngga bisa gue mecahin masalah ini sendirian, gue butuh bang Jaehyun!"

Siang ini Taesan sedang berada di rumah sendirian. Ia sibuk memikirkan bagaimana cara mengungkapkan rasa suka nya kepada Gwen?

Sudah beberapa hari ia memikirkan ini, tetapi bingung sekali harus di awali bagaimana. Jadi hari ini Taesan memanggil pertolongan pertamanya, Jaehyun.

"Bang Jae! Lagi free kan?" Seru Taesan dari ponselnya.

"Iya, gue sama Riwoo sekarang, kenapa San?" Sudah terdengar suara lagu-lagu pop yang ada di belakang suara Jaehyun, mereka mungkin sedang menari untuk senang-senang saja.

"Sini dong! Gue butuh bantuan. Bang Riwoo hai." Tak lupa Taesan menyapa Riwoo- mungkin Riwoo juga tidak mendengar sapaan Taesan, tetapi tak apa yang penting ia tidak melupakan Riwoo.

"Oke, meluncur!" Tak usah di ragukan. Beberapa menit kemudian Jaehyun dan Riwoo sudah mengetuk pintu rumah Taesan. Taesan membuka pintunya dan melihat Jaehyun dan Riwoo berada di depannya.

Sehabis Taesan menyiapkan minuman untuk mereka berdua, Jaehyun bertanya,

"Jadi.. Kenapa?" Jaehyun meminum minuman yang diberikan untuknya.

"Gue kan udah deket sama crush gue beberapa bulan ini kan ya, nah kita ini mau lulus. Gue gamau telat confess ke dia, gimana enaknya?"

Sebelum Jaehyun menjawab, lagi-lagi ada yang mengetok pintu rumah Taesan. Dengan cepat Taesan membuka pintunya dan melihat ada Leehan bersama Sungho yang membawa kresek di tangannya.

"Masuk aja yuk, mumpung ada bareng-bareng" Taesan menyuruh Sungho dan Leehan untuk masuk.

"Nih, gue kasih minuman, lagi baik, hehe." Ujar Sungho.

Saat Taesan sedang menaruh minuman dari Sungho, lagi-lagi pintu di ketok. Siapa lagi ya Tuhan, keluh Taesan.

"Gue bukain San!" Untung saja teman-temannya ini baik. Riwoo menawarkan diri untuk membukakan pintu Taesan dan ia melihat Woonhak dengan muka bantalnya.

"Han? Kenapa lo?" Tanya Riwoo sembari mendorong pelan badan Woonhak untuk masuk ke dalam rumah Taesan.

"Huhuhu, gue mau tidur tapi tetangga gue ribut banget, ngantuk banget!" Gerutu Woonhak sembari menampakkan matanya yang hampir tertutup.

"Terus lo ngapain ke rumah gue?" Tanya Taesan yang baru saja balik dari dapur.

"Gue hafal kalo siang-siang gini ortu lu pada kerja, yaudah gue ke sini hehe." Yang lain hanya menggelengkan kepalanya. Tak heran karena Woonhak memang seorang yang ingatannya sangat bagus.

"Yah, gue ceritain dari awal dong?" Yang lain hanya mengangguk dan menunggu Taesan bercerita dari awal. Taesan berakhir menceritakan kembali kisahnya awalnya.

"Gue sebenernya udah mau ngomong ini tadi, tapi karena ada ni orang" Jaehyun menghentikan omongannya dan melotot kepada Leehan dan Sungho yang juga melihat Jaehyun,

"Jadi gini, mendingan lo langsung aja sih menurut gua. Coba tatap gue San." Jaehyun melanjutkan omongannya, ia memegang pundak Taesan agar ia bisa melihat mata Taesan.

Mereka bertatapan mata, tangan Jaehyun mengambil tangan Taesan, "Aku udah lama mau ngucapin ini.. Aku suka kamu, mau jadi pacarku?" Ujar Jaehyun. Taesan yang mendengar itu langsung melepaskan tangan Jaehyun dan membuat muka yang sok jijik.

"Gue bukan orang yang bisa kaya gitu bang, gue bisanya lewat handphone" Taesan mengambil ponselnya yang sedaritadi di diamkan di meja. "Cemen lu!" Olok-olok Jaehyun.

"Gimana kalo pake metode tarik ulur? Misalnya gini, kamu udah makan? Kalau belum, ayo keluar. Keluar itu maksudnya ngedate gitu bang." Leehan mengucapkan ide-idenya yang di luar kepala. Taesan mengangguk,

"Boleh!" Sebelum Taesan mengetik seperti itu di ponselnya, Riwoo mulai ikut masuk dalam obrolan,

"Bukan gitu lah! Gini yang bener, kamu udah makan? Kalau belum, kamu pasti laper." Semuanya tertawa. Riwoo ini pendiam tetapi sekalinya ia berbicara pasti akan membuat yang lain terkejut atau membuat tertawa.

Tanpa sadar Taesan mengetik ucapan Riwoo, marilah dia. "Eh! Gue ngetik punya bang Riwoo! Gimana dong? Udah di baca lagi, cepet banget bacanya.." Taesan mengeluh sembari mengusap wajahnya. Sial sekali.

Yang lain tertawa terbahak-bahak. "Lo belum minum kah San? Hahaha, mampus deh lo." Jaehyun berkomentar. Gwen menjawab dengan tiga huruf saja 'hah' hanya begitu. Harus menjawab apa ini, bingung sekali.

"Sini biar gue." Jaehyun mengambil ponsel Taesan yang berada di tangan Taesan, lalu ia mengetik sesuatu.

"Ngetik apaan lo?" Taesan mengintip ponselnya.

"Gue ajak dia telponan hehehe." Jaehyun terkekeh sedangkan Taesan mendengar jawaban Jaehyun dengan muka panik, "jangan lah! Siniin handphone gue!"

Telat sudah, Jaehyun sudah menelpon Gwen dan Gwen pun menjawab panggilannya,

"Halo.. Gue temennya Taesan, mau ngomong kalau Taesan ini suka sama lo, menurut lu gimana?" Taesan seketika menjadi batu di sana, teman-teman yang lain pun juga membeku. Rumah Taesan hening sejenak.

"Oh.. Oke, makasih ya udah di jawab." Penggilan berhenti. Yang lain melebarkan matanya, seperti menanyakan ada apa? Kenapa? Apakah di balas iya? Tetapi jika di balas iya terlalu datar nada Jaehyun saat menjawab jawaban dari Gwen, tetapi juga bisa saja Jaehyun hanya bercanda, ternyata Gwen menerima Taesan.

"Dia.. Nolak lo San.. Udah punya orang yang di sukai katanya, yang sabar ya San."

Kabar buruk. Muka Taesan menjadi murung, tersenyum pahit saat mendengar semangat dari Jaehyun. Punggungnya di tepuk-tepuk bebeerapa kali oleh Jaehyun dan Sungho.

"Gue traktir es krim deh San, gimana?" Sungho menawarkan es krim untuk Taesan. Tetapi yang lain seperti juga mau, jadi mau tidak mau ia harus membelikan untuk yang lain juga.

Siang itu mungkin memang menjadi pahit tetapi karena ada lima lelaki yang tingkahnya konyol, itu cukup menghibur bagi Taesan.

Beberapa kali ia memikirkan Gwen tetapi karena teman-temannya ini membuat ia sedikit menyingkirkan Gwen dan membuatnya tersenyum. Mereka adalah pertolongan pertama bagi Taesan.

BOY(S) NEXT DOOR  [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang