2

233 29 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 malam saat Lia menyelesaikan shiftnya dan siap pulang. Dengan Hoodie biru muda yang menutupi kepalanya juga, Lia berjalan menuju sepedanya yang terparkir disebelah bar.


Dilepaskannya kunci sepeda lalu mengeluarkannya dari parkiran. Namun saat dia hendak mengayuh sepedanya, tangan besar seorang pria menahan stang sepedanya membuatnya mengerut kesal dan menoleh.












Pria tinggi besar dengan rambut klimis dan kulit tan-nya. Pria itu mungkin tersenyum, tapi tatapan matanya jelas tajam dan dalam ke arahnya.




"Maaf, permisi—"




"Mingyu..."


Lia yang tadi menunduk hendak meletakkan kakinya pada pedal sepeda kembali mengangkat wajahnya dengan alis yang berkerut.

Pria itu tersenyum lagi dengan wajah yang sedikit dia usahakan lebih ramah lagi.


"Mingyu... Itu namaku. Siapa namamu?"





"Maaf... Tapi saya tak tertarik mengenal siapapun. Permi—"


Lia hendak memalingkan arah stangnya namun lagi-lagi Mingyu menghadangnya membuat Lia mengeram kesal dalam hati. Dia lelah. Dia ingin cepat pulang dan beristirahat. Pria aneh itu hanya menghambatnya saja.




"Just your name, please..."




"Call me anything you want!" Ucap Lia kesal namun berusaha menahan ekspresinya. Dia tahu, Mingyu ini pasti bukan orang sembarangan mengingat dia sempat melihat pria itu duduk dengan bosnya, Ten. Ten sendiri ia ketahui bukan orang sembarang di negaranya. Bahkan salah satu pengelola bar sukses di Korea. Jangan sampai dia memukul teman bosnya dan malah membuat Ten memecatnya nanti.




"Really? How about....baby?"






"Up to you...!"




Lia langsung menyentak kencang stang sepedanya hingga tangan Mingyu terlepas lalu segera mengayuh sepedanya pergi dari sana membuat pria itu terkekeh pelan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.






"Okey baby...!! See you next time!" Teriaknya yang masih bisa sampai di telinga Lia membuat gadis itu ingin sekali melemparkan sepedanya ke arah pria yang mengaku bernama Mingyu itu.





"Dasar om-om gila!"


































































































































Lia melihat gurunya yang serius mengecek buku tugasnya lalu memberikan anggukkan pelan yang membuat Lia merasa sedikit lega.



"Ini bukumu. Sekarang kamu bisa keluar kelas lebih dulu...."



"Terimakasih pak..."

Lia menerima buku tugasnya lalu kembali ke mejanya guna merapikan semua alat tulis dan bukunya.

Anak lain hanya bisa menghela nafas pasrah. Lia itu selalu cepat dan tepat. Yangyang saja heran dengannya. Karena dia tahu sendiri kalau sekarang Lia itu sepulang sekolah malah sibuk bekerja. Tak seperti anak-anak lain yang sibuk dengan les tambahan. Tapi dasar otak gadis itu encer, dia bisa mengalahkan semua anak bimbel disana.





"Aku duluan, Yangyang..." Bisik Lia saat melewati Yangyang membuat pemuda itu berdecak sebal melihat kepergian Lia dari kelas.


"Tuh anak makan apa sih sampe kenceng banget sinyal otaknya?!"








































Lia berjalan melewati koridor hendak menuju ke kantin. Dia lapar. Sangat lapar malah. Bukan karena tak sempat sarapan. Tapi memang dianya saja yang mudah kelaparan dan doyan ngemil. Bisa istirahat lebih dulu adalah salah satu kebahagiaan untuknya karena kantin pasti masih sepi dan dia tak perlu mengantri untuk mendapatkan makanan.



Namun langkah semangatnya menuju kantin terhenti ketika melihat wajah yang tak asing beberapa meter di depannya. Bahkan wajahnya yang sebelumnya tersenyum mendadak masam seketika melihat pria tinggi semalam yang merusak moodnya kini tengah berdiri tersenyum menyebalkan lagi ke arahnya.





"Sial! Nih titisan Titan kenapa bisa disini, sih?!"





Jika berbalik, masalahnya hanya itu satu-satunya jalan menuju kantin dan dia butuh pasokan makanan untuk cacing dalam perutnya membuat Lia bingung harus melangkah kemana.


Tahu-tahu, Mingyu, pria besar itu sudah lebih dulu berjalan mendekat dengan senyum kemenangannya hingga berdiri dua meter di depan Lia yang hanya mendapatkan tatapan datar dari gadis itu.







"Hey... We meet again, baby..."



Mata Lia membulat sempurna mendengar panggilan dari Mingyu. Dilihatnya sekeliling yang untung saja sepi sehingga tak akan ada orang yang mendengarkan panggilan menjijikkan yang pria itu berikan padanya.




"Kenapa anda memanggil saya seperti itu?!"


"Kenapa? Kamu sendiri yang bilang aku boleh memanggilmu dengan sebutan apapun. Dan baby... Itu cocok untukmu..." Jawab Mingyu dengan senyum tengiknya yang jujur saja membuat Lia merasa risih.






"Terserah!"






Lia berjalan melewati Mingyu begitu saja. Namun belum seberapa jauh, ucapan pria itu kembali membuatnya terhenti dengan wajah yang lebih kaget dari sebelumnya.







"Choi Lia... Putri dari pasangan Choi Siwon dan Choi Yoona. Kakak laki-lakimu, Choi Jaemin sedang duduk di bangku kuliah jurusan internasional business. Kekasihmu, Kevin—"





"Dia bukan kekasihku lagi!" Bentak Lia setelah berbalik langsung menghadap Mingyu dengan tatapan marahnya. Ya, dia marah. Marah karena Mingyu menyelidikinya, dan marah karena nama pria yang dibencinya itu.




Mingyu menaikkan sebelah alisnya melihat kemarahan di wajah Lia. Kemarahan yang sedikit berlebihan baginya padahal setahunya Lia dan Kevin cukup lama menjalin kasih bahkan dari informannya mengatakan kalau mereka nampak sangat romantis.





"Why?"





"I hate him!"





Mata Lia kini nampak memerah begitu pula dengan wajahnya. Mingyu bisa menebak gadis itu tengah menahan tangisnya yang membuatnya merasakan gejolak aneh tersendiri dalam dirinya.






"Why?" Tanyanya lagi dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya.





"He's bastard... That bastard... Cih...!"







Lia langsung berbalik pergi meninggalkan Mingyu yang kebingungan dengan maksud Lia. Ada yang salah dan tak beres. Ada informasi yang tak lengkap didapatnya. Tapi apa?

Padahal dia sudah menggunakan para pencari informasi terbaik miliknya untuk mencari tahu tentang Lia. Apanya yang terlewat? Dia hanya tak tahu kenapa gadis dari keluarga kaya seperti Lia malah bekerja disebuah bar dengan kendaraan sebuah sepeda biasa. Bahkan sepedanya bukan sepeda mahal. Aneh sekali.





"I need more information..."

























.
.
.






Home |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang