8

140 21 4
                                    

Yangyang masih sibuk menyalin tugas sedangkan Lia juga sibuk menyalin catatan. Ya, tadi disekolah memang ada tugas dan Lia yang menyelesaikannya sembari meminjam buku Yangyang untuk disalin catatannya.







Mereka berdua ada di kamar kontrakan Lia. Tak besar, bahkan sempit menurut Yangyang karena luasnya kalah dari kamar mandi di rumahnya. Bahkan untuk tempat tidur saja Lia harus memanfaatkan kasur lipat supaya setidaknya dia punya ruang tamu seperti sekarang.








Sebenarnya bisa saja uang hasil kerjanya ia gunakan untuk menyewa kamar yang lebih luas. Gajih yang Ten berikan itu tak kecil. Apalagi barnya memang ramai dan sering memberikan tips titipan untuk Lia karena gadis itu tak mau menerimanya secara langsung. Hanya saja Lia tahu kata irit. Dia ingin bisa menabung, setidaknya sebagai uang jaga-jaga dikala keperluan mendesak atau modal kuliahnya nanti.











"Kak Mingyu menyukaimu..." Ucap Yangyang tanpa menoleh karena masih sibuk menulis.









Tak ada jawaban dari Lia. Toh dia pernah mendengarnya sendiri dari mulut Mingyu. Jadi dia tak terlalu kaget. Hanya heran saja kenapa Yangyang mengungkit hal itu.









Yangyang mendudukkan dirinya dengan benar sambil meregangkan tubuh dan tangannya.












"Perusahaan Z-Corp bangkrut..."








Lia melirik sekilas ke arah Yangyang. Dia tentu tahu itu adalah perusahaan milik keluarga Kevin. Sedikit senyuman bahagia dia sunggingkan. Apa doanya terkabul? Kevin akan merasakan yang dia rasakan.










"Dan aku yakin itu ulah kak Mingyu..."








Kini Lia mengerutkan alisnya tak mengerti.







"Siapa sebenarnya pria itu? Kau dan kak Ten, sepertinya kalian menghormatinya..."









"Dia pengusaha besar di Korea-Amerika, Lia. Bahkan dia menjadi investor di banyak perusahaan lain. Dia sangat berpengaruh. Semua pengusaha takut padanya karena kapan saja dia bisa menarik sahamnya dan membuat perusahaan lain hancur. Seperti yang dialami Z-Corp..."











"Ohh...." Jawab Lia santai sambil kembali menulis membuat Yangyang melirik heran pada respon sahabatnya itu.








"Ohh?! Hanya itu?"








"Lalu kau mau aku seperti apa? Guling-guling sambil bilang WOW, begitu?" Ucap Lia masih dengan datarnya.










"Dia menyukaimu, Lia! Pengusaha besar yang hartanya tak akan habis bahkan lebih dari tujuh turunan,tingkatan, tanjakan!"










"Aku bisa menghidupi diriku sendiri, jika kau lupa..."








"Dia bisa memberimu lebih. Dia bisa membuatmu kembali ke masa jayamu!"








"Aku tak butuh itu. Yang aku butuhkan adalah ketenangan. Dan aku sudah mendapatkannya seperti ini..." Jawab Lia santai masih melanjutkan catatannya yang membuat Yangyang tak lagi menjawab dan hanya menatap iba pada Lia. Meski Lia berbicara dengan santai, namun Yangyang bisa merasakan suara bergetarnya seakan menahan sesuatu untuk meluap.








Yangyang masih ingat betul hari dimana dirinya menjemput Lia di pinggir jalan dalam keadaan berantakan. Mata sembab, wajah merah karena menangis. Berteriak karena kecewa pada semua orang dan mengatakan bahwa dirinya membenci keluarganya dan bersumpah tak akan kembali lagi.







Itu adalah kali terakhir dia melihat Lia yang menangis seperti itu. Setelahnya, Lia berubah menjadi Lia yang sekarang. Bukan hal buruk juga, mengingat Lia jadi tak secengeng dulu dan nampak lebih dewasa. Tapi tetap saja sedikit dirinya merindukan Lia yang manja dan menggemaskan.










"Dia akan melakukan apapun untukmu..."








"Dan menyakitiku dengan cara apapun untuk mengancamku..." Sambung Lia yang lagi-lagi membuat Yangyang bungkam.











"Kak Mark menemuiku tadi sepulang sekolah dan menanyakan tentangmu. Dia yakin kalau aku tahu dimana keberadaanmu..."







"Apa yang kau katakan?"









"Aku hanya mengatakan kita memang sering bertemu karena kita sekelas. Di luar itupun hanya pada tempat yang kau tentukan. Selebihnya aku katakan tak tahu. Lalu dia memintaku mengajakmu bertemu supaya dia bisa melihat sendiri keadaanmu..."








"Aku yakin dia tak sendiri..." Jawab Lia datar yang disetujui oleh Yangyang.







Lia sudah menceritakan pertemuannya dengan Jaemin, jadi dia tahu juga pasti Mark melakukan itu atas pengaruh Jaemin juga.









"Mungkin sekarang saatnya kau menceritakan kebenarannya. Semua sudah berlalu cukup lama dan kak Jaemin pasti bisa mendengarkanmu..."










"Memang dia siapa sampai aku harus bercerita padanya?"









"Lia..."










"Aku sendiri, Yangyang... Dan kau tahu itu. Hanya kau yang aku punya sebagai sahabatku. Aku tak memiliki apapun lagi. Aku sendiri..."










Yangyang tak bisa menyalahkan Lia mengenai pemikirannya. Anak itu sudah terlalu terluka. Tak ada yang mempercayainya disaat dia sangat membutuhkan kepercayaan. Tak ada yang mendengarkan disaat dia menjelaskan. Semua tutup telinga dan malah menyakitinya dengan sikap dan ucapan mereka. Dia tak lagi mempercayai siapapun. Yangyang masih beruntung masih bisa dianggap sebagai sahabat oleh Lia mengingat bagaimana trust issue itu dialami oleh si gadis.


















"Aku percaya padanya..."









"Dan aku harap kau juga bisa percaya padanya, Lia. Bukan hanya untuk membawamu kembali ke kehidupan yang lebih baik. Tapi untuk membuktikan padamu, tak semua orang pantas kau benci..."








"Aku tak membenci kau dan kak Ten..." Jawab Lia sambil mengembalikan buku Yangyang. Pemuda itu menghela nafas sambil menggeleng pelan lalu merapikan bukunya kedalam tas.










"Kau mungkin menganggap dirimu mampu dan kuat. Tapi kau butuh seseorang sebagai tempatmu bersandar. Setidaknya jika kau tak mau kembali ke keluargamu, buatlah keluargamu sendiri. Aku, kak Ten dan kak Mingyu. Kami bisa menjadi keluargamu yang kau percaya. Pikirkan ucapanku..."













Yangyang memakai sepatunya lalu keluar dari kamar kontrakan Lia yang membuat gadis itu meletakkan dahinya di meja dengan mata terpejam lalu kembali mengangkat kepalanya dan mengusap rambutnya.











"Aku memang butuh. Tapi, apa kalian semua tak akan mengecewakanku juga saat aku sudah percaya? Aku hanya takut... Takut dikecewakan lagi dengan yang namanya keluarga..."



























.
.
.



















Akhirnya cerita di akun author bisa balik lagi. Pen nangis, lega banget rasanya. Kemaren udah ilang aja rasanya nyawa, usaha dan karya ilang gak bersisa.

Makasih yang udah nyemangatin dan mau nungguin ceritanya author... ❤️🙏🏻






Home |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang