10. Balas Budi [TAMAT]

543 20 4
                                    

Suara ayam kembali berkokok. Cuaca pagi yang sangat cerah menerangi Desa Lungosewu. Di pagi yang sangat cerah ini, bu Asih mengambil air hangat diwadah kecil lalu memasuki kamar Ridwan.

Ia membasahi kain itu lalu memerasnya. Secara perlahan ia membasahi badan Ridwan dan mengelapnya.

"Wes telung dino le, ndang tangi." (Sudah tiga hari nak, cepat bangun) ucap Ibu Ridwan dengan wajah sedih.

Terdengar suara seperti air mendidih dari arah dapur. Bu Asih pun meninggalkan Ridwan sebentar ke dapur untuk mengangkat air yang sudah masak itu.

Saat ia kembali ke kamar ia melihat Ridwan telah terbangun dengan suara yang sangat lirih memanggilnya "Ibuuu".

"Alhamdulillah ya Allah." ucap bu Asih dengan wajah yang sangat bahagia.

"Arga, Bagas, Dika." ucap lirih ridwan yang masih setengah sadar lalu kembali memejamkan matanya.

***

"Mas, aku kangen mas." Ucap bu Asih menangis di ruang tamu sambil memeluk sebuah foto suaminya (Pak Arjo).

"Ibuu." ucap Ridwan datang mendekati ibunnya yang menangis itu.

"Wan, piye wes enak awak e." (Wan, gimana sudah enak badannya?)

"Sampun bu. Ibu kangen bapak? Ridwan nggih kangen bu." (Sudah bu, ibu kangen bapak? Ridwan juga kangen bu)

Bu Asih pun memeluk anaknya itu.

"Bu, Ridwan pamit sekedap nggih, badhe ning tempat biasane." (Bu, Ridwan pamit dulu ya, mau ke tempat biasanya)

"Koe lagek mari wan, istirahat sek. Ojo nandi-nandi." (Kamu baru sembuh wan, istirahat dulu. Jangan kemana-mana)

"Ridwan badhe ketemu konco-konco bu." (Ridwan mau bertemu teman-teman bu)

"Sopo?" (Siapa)

"Arga, Dika, Bagas bu."

"Le,, "ucap ibu ridwan kembali menangis.

"Enten nopo bu?" (Ada apa bu?)

Ibu ridwan menjelaskan bahwa ketiga sahabatnya itu sudah meninggal dunia tiga hari lalu.

Bagas dan Arga ditemukan dengan kondisi tak bernyawa di bawah jurang. Sedangkan Dika meninggal karena kecelakaan sebuah truk.

Ridwan yang mendengar penjelasan ibunya pun langsung lemas tak berdaya. Ternyata selama ia pulang waktu itu ia bersama arwah ketiga teman-temanya.

Dan ia juga baru sadar alasan mengapa kakek itu tidak pernah mengajak bicara mereka bertiga karena kakek itu tidak melihat keberadaannya dan hanya melihat Ridwan seorang.

Ia juga menyadari hal lain, seperti mendengar suara jatuh dan teriakan di jurang, keranda lewat dengan mayat berlumuran darah, gendruwo, itu semua ada hubunganya dengan keempatnya sahabatnya itu.

Sore harinya, Ridwan pergi ke makam bapaknya sekaligus berziarah ke makam sahabatnya untuk mendoakan dan menemui mereka lagi.

"Aku saiki dewe an. Ora ono batur nongkrong neh. Suwun yo cah, wis ngancani aku mulih. Sing tenang yo kanggo koe kabeh." (Aku sekarang sendirian. Tidak ada teman nongkrong lagi. Terima kasih ya, sudah mau menemani aku pulang. Yang tenang ya buat kalian semua)

Setelah berziarah Ridwan pun kembali pulang. Sebelum meninggalkan pemakaman ia melihat kakek-kakek yang pernah ia temui sebelumnya berdiri dari kejauhan.

Siapa sebenarnya kakek itu? Apa hubungannya dengan Ridwan dan keluarganya?

Apakah dia seorang penyelamat?

Ridwan pun mendekati kakek itu dan bertanya kepadanya.

"Njenengan niki sinten mbah?" (Mbah ini sebenarnya siapa?)

"Aku mbah Sindoro." jawab kakek-kakek itu.

Setelah mendengar siapa namanya, kakek itu tiba-tiba menghilang dari padangan Ridwan.

-TAMAT-

Terima kasih yang sudah membaca dari awal sampai akhir, jangan lupa follow dan bantu vote ya.

#COMING SOON: LAWANG SETAN.

MALAM SATU SURO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang