5. Ronda Malam

519 18 0
                                    

"Buk, senter bapak isih ono?" (Buk, senter bapak masih ada?) tanya Ridwan kepada ibunya.

"Senter? Kanggo opo?" tanya bu Asih penasaran. (Senter? Buat apa?)

"Badhe ronda bu kaleh kanca-kanca, ganti pak Samuji." (Mau ronda bu sama temen-temen, ganti pak Samuji)

"Kok lagek omong?" (Kok baru ngomong)

"Nggih bu, ngapuntene." (Iya bu, maaf)

Bu Asih pergi ke kamarnya untuk mengambil senter sementara Ridwan tengah bersiap-siap.

"Dika kok urung teko yo?" (Dika kok belum datang ya?) batin Ridwan.

Setelah bersiap-siap ia pun langsung pamit kepada ibunya.

"Enten bu senter e?" (Ada bu senternya?)

"Enek." (Ada)

"Pamit nggih bu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alikumsallam, wis sholat?" (Wa'alikumsallam, sudah sholat?)

"Sampun." (Sudah)

***

Ridwan pergi sendirian dengan berjalan kaki, ia merasa bingung kenapa Dika tidak menghampiri seperti biasanya.

"Ke tempat biasa opo langsung ning rondaan yo?" (Ke tempat biasa apa langsung ke tempat ronda ya?) kata Ridwan bimbang.

Ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat biasa berkumpul berharap mereka semua juga ada di sana.

Sesampainya di tempat itu, ia tak melihat siapa pun. Bahkan, Arga dan Bagas pun juga tidak ada di sana.

"Opo wis podo ning nggon ronda yo? (Apa sudah pada di tempat ronda ya?) tanya Ridwan dalam hati. "Ah tunggu ae lah." Ridwan pun memutuskan untuk menunggu mereka semua.

Setelah hampir setengah jam menunggu tak ada satupun yang datang juga, Ridwan pun berfikir kalau ternyata mereka semua sudah menunggunya juga di tempat ronda. Akhirnya ia pun pergi untuk menyusul mereka bertiga.

Ridwan berjalan sambil menyalakan senternya karena emang jalan yang ia lewati cukup gelap.

Sambil melihat sisi kanan dan kirinya ia merasa kurang yakin kalau ketiga sahabatnya ada di sana.

Setibanya di perbatasan ia tak melihat ada tempat ronda di sana. Tempat itu sangat sepi dan hanya ada satu rumah kosong yang dikelilingi oleh semak belukar.

Bahkan jalanan itu pun juga sudah jarang di lalui oleh warga sekitar karena cukup terjal dan jalanannya pun agak rusak.

"Kok ora ono wong?" (Kok tidak ada orang?)

Mata ridwan tiba-tiba tertuju pada rumah kosong itu, di sana ia melihat seperti ada yang sedang mengawasinya dari jauh di balik jendela.

Ridwan mengarahkan senternya ke arah rumah itu lalu mulai mendekatinya. Ia berfikir kalau ternyata teman-temannya ada di rumah itu.

Tibalah ia di depan rumah itu, begitu pengap dan sesak karena dikelilingi oleh semak belukar.

"Bagas,, kowe ning kene to?" (Bagas,, kamu di sini?) tanya Ridwan sambil mengarahkan senternya ke berbagai sisi depan rumah itu.

Tak ada jawaban apapun, lalu Ridwan pun kembali ke tempat nongkrong meninggalkan rumah itu karena ternyata teman-temanya tak ada di sana.

"Podo nandi to? Opo ora sido rondane iki?" (Pada kemana ya? Apa tidak jadi rondanya?) Ridwan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

MALAM SATU SURO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang