What If ... Jie hamil?

2.5K 214 12
                                    

"Maksud lo Jisung hamil?" tanya Jeno. Ia jadi cengengesan sendiri begitu membayangkan Jaemin akan menjadi ayah. Kalau dia dan Renjun sih sudah sepakat kalau dua tahun lagi baru program buat dapet dedek bayi.

"Kayaknya .." jawab Jaemin masih ragu.

"Jadi Jisung gak bilang dia hamil?"

"Gak. "

"Kok lo bisa ngira dia hamil? Jisung muntah-muntah? Ngidam?" Tapi lagi-lagi Jaemin menggeleng.

"Gak juga.” jawabnya.

Gimana sih maksudnya, Jeno jadi bingung sendiri.

"Akhir-akhir ini Jisung suka aneh, jadi gue curiga dia hamil.”

"Aneh gimana?"

Jeno menatap ragu. Gak salah? Yang aneh kan biasanya Jaemin bukan Jisung. Jaemin memang suka gak nyadar diri.

"Tiba-tiba resign dari rumah sakit." ucap Jaemin merujuk kejanggalan pertama yang ia rasa.

"Bukannya itu lo yang suruh gara-gara cemburu sama Younghoon?!”

"Enak aja, gue cuma nyuruh dia cuti dan itu bukan karena cemburu sama Younghoon." sangkal Jaemin.

"Tunggu, hubungan resign sama hamil apa ya?" Jeno jadi menggaruk kepalanya sendiri. Jisung hamil lalu mengundurkan diri karena takut kena sawan orang-orang yang sakit mentalnya kah? Masuk akal juga. Jeno terlanjur asik dengan pemikiran ngaconya.

"Keanehan yang kedua ..." lanjut Jaemin.

"Dia lagi suka dandan cakep banget kayak mau photoshoot majalah terkenal."

"APA HUBUNGANNYA?" pekik Jeno heboh.

"Beneran No, di rumah aja Jisung suka pakai liptint, terus wangi banget walaupun masih pagi. Bisa jadi anak gue cewek gak sih?”

Teori ngawur macam apa itu?

"Kan katanya kalau hamil anak cewek jadi suka dandan."

Bener juga, kali ini Jeno setuju.

"Yang ketiga, akhir-akhir ini dia sering pergi sama Renjun.”

"Anehnya di mana anjir? Kita tetanggaan, Cuma 3 langkah doang nyampe. Bini gue sama bini lu sahabatan lama, wajar-wajar ajalah mereka pergi bareng."

Semua orang juga tahu kalau sejak dulu Jisung sahabatan sama Renjun.

"Gue ngerasa mereka lagi main rahasia-rahasiaan dari gue.”

“Maksudnya bini gue tau Jisung hamil tapi gak bilang lo?"

"Nah ..” seru Jaemin karena Jeno mengerti maksudnya. Dari dulu kan Jisung kalau ada apa-apa selalu bilang Renjun duluan.

Tapi menurut Jeno, itu dulu saat mereka masih remaja, ceritanya pasti bakal beda saat sekarang mereka sudah menikah.

"Kalau Jisung hamil pasti ngomong ke lo duluan lah.”

"Bisa aja mau ngasih gue kejutan.”

Lalu Jaemin tersenyum sendiri dengan tebakannya.

"Dalam rangka apa?"

"Ulang tahun gue bulan depan.”

Oh iya, Jeno baru ingat. Bisa jadi semua yang Jaemin katakan memang benar.

"Jadi menurut lo anak gue cewek apa cowok?" Jeno jadi menatap Jaemin serius.

“Kalau cowok ntar mirip lo, jangan!" gelengnya "Cewek aja biar mirip Jisung." sambungnya lagi.

"Gak apa-apa ntar gue ganteng sendiri di rumah.”

"Bodoamat!"

"Hari ini ada rencana kemana, sayang?”

"Gak ke mana-mana," geleng Jisung.

"Gak pergi sama Renjun?"

"Renjun bisanya besok.”

Meski sekarang Jisung gak punya kegiatan bukan berarti ia tiap hari harus keluyuran. Padahal belum ada seminggu ia resign, rasanya sudah jenuh di rumah. Kerjaannya cuma makan, tidur, nonton TV, gimana gak badan makin melar.

Tapi kata Jaemin bagus lebih berisi. Halah, rayuan gombal dari sang suami.

"Aku mau pergi ngecek proyek, mau nitip sesuatu gak?"

"Nitip apa?"

"Apa aja terserah kamu, lagi pengin beli apa?"

Kalau Jaemin tiba-tiba jadi baik gini Jisung malah jadi curiga pasti ada maunya.

"Gak nitip apa-apa." tolaknya.

Rasanya tidak ada yang ingin ia beli. Kalau ada juga lebih baik ia beli sendiri besok dengan Renjun.

"Gak pengin makan sesuatu gitu?"

"Kalau kamu pengin makan di luar ya udah sana." suruh Jisung. Jaemin jadi geregetan sendiri. Dasar tidak peka.

"Gak mau yang seger-seger? Yang asem-asem?" tanyanya.

"Gak suka."

Dari dulu kan Jaemin tahu, Jisung gak suka rasa asam.

"Atau buah? Mau aku beliin mangga?"

"Di kulkas masih ada mangga.”

Jaemin kenapa sih. Bahkan di kulkas gak cuma mangga. Ada beberapa buah yang belum sempat kemakan.

Sementara Jaemin sibuk menerka-nerka dengan pemikirannya sendiri. Tapi kenapa semua perkiraannya meleset?

“Katanya mau pergi kok gak mandi-mandi?” heran Jisung.

“Ini baru mau mandi.” Dan Jaemin tersenyum lebar yang membuat Jisung jadi bergidik sendiri. Pagi-pagi kesambet apa suaminya itu?

“Gimana kalau aku anterin kamu ke rumah mama? Nanti aku Jemput lagi.” Jaemin yang berkalung handuk justru kembali menyusul Jisung.

“Aku bisa sendiri ke rumah mama, udah sana mandi.” suruh Jisung, ia kan bukan anak kecil yang lupa jalan hingga harus diantar-jemput.

Bukannya menurut, Jaemin justru memeluk Jisung erat sekali.

“Apa aku gak usah pergi aja ya?” tanyanya.

“Kenapa?”

Cepat sekali Jaemin berubah pikiran.

“Aku gak mau kamu di rumah sendirian.”

“Lebay ah kamu.” Decak Jisung karena Jaemin sudah mulai berlebihan. Itu pasti cuma alasan dia karena aslinya malas ngecek proyek di hari sabtu.

Bahkan di malam hari pun, Jisung berani di rumah sendirian. Meski Jaemin suka cerita aneh tentang rumah Jeno-Renjun yang bersebelahan dengan rumah mereka.

“Udah sana mandi.” suruh Jisung sekali lagi. Kali ini sedikit memaksa Ia dorong tubuh Jaemin yang semakin berkelit.

“Sayang, gimana kalau kita manggilnya ganti jadi Daddy dan Mommy?”

“Gak usah ngaco!"

Buru-buru Jisung melepaskan pelukan Jaemin padanya. Jaemin udah gak waras, lebih baik ia turun ke dapur untuk mengambil minum karena ia haus.

“Hati-hati turun tangganya." pesan Jaemin.

Dan mendengar itu, Jisung malah sengaja melangkah dengan menghentakkan kakinya hingga menimbulkan suara.

“Jisung!” panggil Jaemin jadi kesal sendiri, membuat Jisung berganti tersenyum puas.

=> => =>

  𝓓𝓸𝓷'𝓽 𝓛𝓮𝓪𝓿𝓮 𝓜𝓮 【𝓔𝓝𝓓】☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang