2. Insiden

452 22 5
                                    

Aleena menatap pancuran dirinya di cermin dengan tatapan kagum. Ia benar-benar tidak mengenali wajahnya karena mendapat polesan make up begitu bagus. Ini pertama kalinya ia memakai make up yang menurutnya terlalu tebal. Dengan balutan dress berwarna peach yang kemarin ia pilih, penampilannya sungguh sangat memukau. Padahal dress yang ia gunakan sangatlah sederhana. Melihat Aleena puas dengan hasil riasannya, membuat penata rias tersenyum senang. Ini pertama kalinya ia melihat putri dari mendiang Amelia Wijaya memakai make up. Benar-benar cantik dan menakjubkan sama seperti almarhum ibunya saat muda dulu.

"Benar-benar cantik dan duplikat nyonya Wijaya."uji sang penata rias, membuat Aleena tersenyum semakin lebar mendengar perkataannya.

Dia sangat suka saat orang mengatakan wajahnya sangat mirip dengan sang ibu. Sejak kecil ia sudah ditinggal oleh ibunya sehingga tidak bisa merasakan kasih sayang dari sang ibu bahkan ia tidak tahu dengan jelas wajah ibunya yang asli. Ibu Aleena meninggal saat usia gadis itu baru menginjak satu bulan. Entah apa yang telah terjadi di saat itu, Aleena tidak pernah tahu penyebab kematian dari ibunya. Ayah dan kakaknya hanya mengatakan jika Allah sudah sangat merindukan ibunya, jadi wanita yang sangat mereka cintai itu harus segera pulang untuk menemui Allah.

"Udah siap?" Tanya Arsil, saat melihat adiknya berjalan ke arahnya setelah menuruni anak tangga terakhir.

"Sudah!" Jawab Aleena dengan mantap.

"Wah anak bapak cantik sekali," pujian sang ayah yang baru saja datang dari dapur.

"Terima kasih papaku sayang," ucap Aleena dengan tersenyum malu.

"Ya sudah ayo cepat kita harus segera berangkat," ajak Arsil sembari merangkul pundak adiknya.

"Kita berangkat ya Pa, assalamualaikum." Pamit keduanya secara bersamaan.

"Waalaikumsalam, kalian berdua hati-hati ya, ingat kak jangan ngebut bawa mobilnya kamu harus hati-hati. Apalagi kamu bawa anak cantik papa harus lebih hati-hati lagi." Peringat sang ayah.

"Siap kapten, Kakak akan sangat hati-hati karena ada princess cantik kita ikut malam ini." Ujar Arsil sembari mengedipkan sebelah matanya pada sang adik.

Aleena hanya bisa tersenyum melihat kelakuan kakaknya yang benar-benar suka menggoda dirinya. Pergi berdua dengan sang kakak tentu saja akan membuat Aleena banyak tersenyum. Dalam hati ia paling takut jika kakaknya benar-benar menjadi mencarikan jodoh untuk dirinya. Tidak bisa dibayangkan jika dalam waktu dekat ia akan segera menikah karena kakaknya yang terus saja mencarikan ia pasangan. Setelah memasang sabuk pengaman, Arsil segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah.

Aleena terus meremas tangannya gugup, ini pertama kalinya ia akan ikut serta menghadiri sebuah acara perusahaan. Saat mobil sang kakak sudah berhenti di depan gedung tempat mereka akan menghadiri pesta. Aleena semakin merasakan keringat dingin bahkan tangannya sedikit bergetar. Arsil tersenyum menyadari kegugupan sang adik yang begitu terlihat.

"Ayo," Arsil segera mengapit tangan adiknya untuk ia letakkan di lengan. Keduanya pun memasuki gedung.

Aleena hanya bisa lagu pelan saat kakaknya mengajak untuk segera masuk. Melihat para tamu sudah berkumpul di sana, Aleena kembali merasa gugup. Apalagi dapat dia lihat jika di dalam sana semua orang terlihat begitu berwibawa, membuatnya semakin merasa ciut untuk mulai bergabung dengan mereka semua.

Sejak awal datang Aleena hanya mengikuti kakaknya kemanapun lelaki itu pergi, padahal sejak tadi banyak orang yang menatapnya dengan kagum karena kecantikan yang dimilikinya. Namun melihat Aleena yang tak bisa lepas dari sang kakak membuat orang-orang sungkan untuk datang dan mengajak gadis itu berkenalan.

"Halo, kamu sendirian?" Tanya seorang wanita, menghampiri Aleena yang tengah duduk sendirian di salah satu meja. Karena Kakaknya sedang pergi ke toilet.

Aku yang tak diinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang