12. Tekad Aleena

397 22 0
                                    


"Dan, Jangan panggil saya "Pak" jika bukan di kantor atau di universitas!" Tegas Alfa.

Aleena membuang nafas panjang, sebenarnya apa yang diinginkan suaminya ini. Saat ia berusaha memanggil Alfa dengan sebutan yang pantas, untuk menghormatinya. Kenapa lelaki itu malah selalu melarang Alena.

"Lalu aku harus memanggil kamu apa? Kenapa sesusah ini hanya untuk memanggil suami sendiri dengan sebutan untuk menghormati suamiku sendiri?" Tanya Aleena dengan berani, entah keberanian dari mana ia menatap langsung pada Alfa.

"Panggil saya nama saja, tidak perlu sok menghormati saya!" Setelah mengatakan hal itu Alfa langsung pergi meninggalkan Aleena sendirian di dapur.

Aleena menutup matanya pelan guna menghilangkan rasa sakit yang terus berdatangan di hatinya. Setiap kali ia berusaha untuk memantapkan hati, selalu saja mendapatkan ujian secara tiba-tiba. Niat Aleena untuk makan malam dengan roti akhirnya urung, ia membereskan roti dan selai yang sudah ia keluarkan dari kulkas. Lalu setelahnya langsung pergi ke dalam kamar dengan bibir bergetar menahan tangis.

"Sebenarnya apa sih mau keluarga ini?" Gumamnya pelan, jika seperti ini ia akan merasa lelah dan mulai putus asa untuk memperjuangkan rumah tangganya.

Aleena memilih untuk merebahkan dirinya di atas kasur lantai yang ada di kamar itu. Sebenarnya di dalam kamar itu tadinya ada ranjang kecil untuk satu orang. Namun Aleena memilih untuk menggunakan kasur lantai untuk alas tidurnya.

Tubuhnya benar-benar terasa lelah dan butuh istirahat, begitupun dengan pikiran dan hatinya yang semakin hari terasa begitu lelah karena banyak sekali hal yang cukup menyakitkan menyapa kehidupannya.

Jam menunjukkan pukul 01.00 malam, Aleena terjaga dan langsung pergi keluar kamar untuk mengambil air wudhu. Meskipun tubuhnya sangat lelah ia harus tetap melaksanakan salat tahajud seperti biasanya. Agar pikiran dan hatinya selalu bisa dingin karena dekat dengan sang maha kuasa. Setelah salat tahajud Aleena memang merasa sangat damai dan juga lebih tenang. Ia cukup bersyukur jika Allah masih mau memberinya ketenangan di setiap ujian yang selalu menyapanya.

Setelah shalat Aleena meraih Alqur'an yang ada di atas meja di sebelah kasur, entah kenapa ia merasa kurang tenang meskipun baru saja selesai shalat tahajud. Jadi Aleena memilih untuk mengkaji agar hatinya benar-benar merasa damai.

Di luar kamar Aleena, Alfa tengah berdiri di depan pintu dengan mendekatkan telinganya untuk mendengar apa yang di lakukan istrinya. Ia sempat tercengang saat mendengar suara merdu Aleena ketika mengaji. Hatinya berdesir setiap Aleena melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan begitu fasih.

"Jangan terlena karena suaranya yang indah Alfa, ingat dia yang membunuh Miranda." Gumamnya, Alfa segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke kamarnya. Ia tidak mau berlama-lama mendengar suara Aleena yang tengah mengaji, karena takut lengah dan tidak bisa menyelesaikan dendamnya.

***

Aleena keluar dari kamarnya saat jam empat pagi, karena setelah shalat tahajjud tadi malam ia tidak bisa tidur. Mumpung masih belum ada orang yang bangun jadi Aleena memilih untuk segera membuat bersihkan rumah. Ia tidak mau dianggap hanya menumpang di rumah itu dan menjadi beban saja, seperti yang dikatakan oleh adik iparnya beberapa hari lalu. Ia akan melakukan semua hal yang bisa ia lakukan, dan berusaha untuk mengambil hati kedua orang tua suaminya. Bukan ia berniat apa-apa dengan mengambil hati kedua mertuanya, tetapi ia tidak ingin membuat kedua orang tua dari suaminya terus membenci dirinya karena hal yang tidak diketahui.

Rumah mewah itu tentu saja tidak perlu disapu karena sudah ada alat canggih yang bisa menggantikan sapu dan juga mengepel. Aleena hanya perlu mengaturnya dan meninggalkan alat itu untuk melakukan pekerjaan lainnya. Biasanya orang-orang akan keluar dari kamar saat jam 05.30 pagi, karena mereka selalu mengaji setelah salat subuh.

Aku yang tak diinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang