9. pesan Papa

214 13 0
                                    

Aleena duduk termenung di atas ranjang, rasanya sangat sakit saat dirinya dibanding bandingkan dengan wanita lain yang sudah tiada. Apa yang sebenarnya mereka alami dulu sehingga begitu menggelinding dirinya atas kematian dari wanita yang jelas-jelas tidak ia ketahui. Cukup lama ia termenung di atas rancangan sampai akhirnya tertidur dengan posisi duduk. Wajahnya terlihat begitu lelah, sampai tidak sempat melepas kaos kaki ataupun mengganti pakaian.

Fisik dan batinnya benar-benar lelah, ia sampai merasa tidak sanggup untuk menopang dirinya sendiri. Terlebih setelah membaca surat perjanjian yang diberikan oleh Alfa, membuat hati Aleena begitu hancur.

Di sisi lain Alfa masih terjaga, dia duduk di balkon kamarnya dengan secangkir kopi. Pekerjaannya hari ini tidak terlalu begitu berat, namun ia malah sibuk memikirkan Aleena yang terlihat biasa saja dengan surat perjanjian tidak masuk akal yang sudah ia berikan pada gadis itu.

"Gadis itu bahkan nggak memberikan sedikitpun reaksi, sebenarnya apa yang dia rencanakan? Kalau kematian Miranda bukan karena dia. Pasti dia akan langsung mengatakannya dan menolak untuk menandatangani perjanjian itu. Tapi dia malah menerima semua perjanjian yang aku buat di dalam dengan santai. Pasti ada suatu rencana yang sedang dilakukan untuk keluarga Mahendra." Gumam Alfa.

Pagi ini Aleena sudah siap untuk pergi tepat jam 06.00 pagi, ia sudah rapi dengan pakaian berwarna biru laut dengan hijab putih. Sebelum pergi ia menemui suaminya terlebih dahulu yang sedang duduk di teras bersama kedua orang tuanya.

"Kamu mau pergi sepagi ini ke mana?" Tanya Aisyah dengan ketus.

"Aleena mau minta izin ke panti asuhan untuk melakukan pemeriksaan bulanan Bunda." Jawab Aleena dengan tersenyum.

"Kemarin kamu bilang menemui profesor Adam hingga pulang larut malam, sekarang kamu pergi sangat pagi di saat banyak sekali orang yang masih tertidur. Dengan alasan akan melakukan pemeriksaan bulanan pada anak-anak panti asuhan. Kamu benar-benar bukan istri yang baik, kalau Miranda yang menjadi istri Alfa. Pasti dia sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya, bukan malah pergi keluar tanpa melakukan apapun untuk suaminya." Kata Aisyah dengan ketus.

Aleena berusaha untuk tetap mempertahankan senyumnya, ia tau ini salah satu rintangan terberat dalam rumah tangganya. Di mana ibu mertua yang tidak akan menerima pilihan anaknya dan selalu membandingkan dengan wanita lain. Lalu, sang suami yang tidak akan berani membela istrinya di depan sang ibu. Sudah sering Aleena jumpai, hal seperti ini, jadi ia harus tetap bersikap tidak tersinggung. Ia akan mengambil hati ibu mertuanya dengan perlahan.

"Biar aja dia pergi Bunda, daripada merusak pagi indah kita." Celetuk Elsa, yang baru saja keluar.

"Kamu bisa pergi." Kata Alfa, pada akhirnya membuka suara.

"Kalau begitu Aleena berangkat, assalamualaikum." Pamitnya sopan.

"Waalaikum salam." Jawab ke empat orang itu bersamaan.

Walaupun tidak suka dengan gadis itu, menjawab salam harus tetap mereka lakukan sebagai umat muslim. Setelah kepergian Aleena, Alfa memilih untuk masuk ke dalam rumah karena ia harus bersiap-siap untuk pergi menemui salah satu klien yang akan melakukan kerjasama dengan perusahaannya. Pertemuan sekarang ini sengaja dilakukan akhir pekan karena mereka sama-sama sibuk. Jadi dengan terpaksa mereka membuat jadwal di akhir pekan.

***

Dalam perjalanan menuju panti asuhan, Aleena kepikiran pada ayah dan kakaknya. Sudah satu minggu ini ia tidak bertemu dengan dua lelaki yang selalu ada untuknya itu. Akhirnya Alina meminta sopir taksi untuk membawanya ke rumah sang ayah. Karena hari ini akhir pekan, pasti ayah dan kakaknya masih berada di rumah dan bersantai menikmati hari libur mereka.

Aku yang tak diinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang