4. Lamaran

268 13 0
                                    

Hari ini, di mana Aleena mulai bekerja. Ia sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, jadi tidak terlalu tegang. Di hari pertama ini, ia mengenakan pakaian yang cukup sederhana, namun terlihat begitu elegan.

Aleena memulai pekerjaannya dengan sangat baik dan di hari pertama ini ia mendapatkan ujian Karena kemahirannya dalam bekerja. Meskipun ini adalah pengalaman pertama gadis itu mulai bekerja, namun siapa sangka jika dia bisa mengerjakan semuanya dengan baik. Ya, meskipun dia juga masih mendapatkan bimbingan dari seniornya.

Selama satu minggu semua pekerjaan Aleena berjalan dengan lancar, hari-harinya juga menyenangkan dan damai seperti biasanya. Ia sudah kembali seperti sebelumnya dengan senyuman manis yang selalu mengembang di bibirnya. Di kantor tempatnya bekerja banyak orang yang menyukainya karena dia begitu sopan dan juga mudah untuk berbaur dengan orang lain. Kamu tak semua orang juga menyukainya, ada beberapa orang yang tidak menyukai Aleena karena menurut mereka Aleena terlalu sok baik.

Hari ini Aleena pulang sore karena ayahnya meminta agar dirinya segera pulang. Tak banyak bertanya gadis cepat pulang ke rumahnya, ia masuk ke dalam rumah dengan tersenyum manis seperti biasa. Namun senyum itu hilang saat melihat sosok laki-laki yang tak lain adalah atasannya di kantor tengah duduk bersama dengan ayah dan kakaknya di ruang tamu.

"Sayang kemari," panggil Arhan Wijaya, ketika melihat putrinya sudah datang.

Aleena mengangguk pelan, lalu segera duduk di samping sang kakak. Gadis itu menjadi canggung karena atasannya kini juga duduk bersama orang tua dan kakaknya. Yang membuat Aleena semakin canggung pada laki-laki itu selain menjadi bosnya, dia juga dosennya.

"Nak, begini. Maksud kedatangan nak Alfa, dia ingin menyampaikan niat baiknya untuk melamar kamu." Kata Arhan langsung pada intinya.

Aleena seketika mendongakkan wajahnya dan menatap laki-laki yang menatapnya juga. Ia bingung harus memberikan respon apa karena selama ini mereka tidak pernah bertegur sapa. Dan Aleena tahu jika laki-laki di depannya ini baru saja kehilangan tunangannya. Dari cerita beberapa temannya di kantor tentu Aleena bisa menyimpulkan jika Alfa sangatlah mencintai mendiang tunangannya. Jadi sangat tidak mungkin jika Alfa tiba-tiba datang dan melamarnya, padahal dia masih sangat mencintai wanita yang sudah pergi beberapa minggu lalu.

"Papa serahkan keputusan ini pada kamu, karena Papa tidak berhak mengatur kamu dalam urusan hati dan rumah tangga. Jadi, bagaimana? Apakah kamu akan menerima nak Alfa atau kamu menolaknya?" Tanya sang Ayah lembut.

Aleena menata pancaran harapan dari mata sang ayah, ia sangat yakin jika ayahnya berharap Aleena menerima lamaran Alfa. Namun ini menurutnya terlalu cepat, mengingat mereka tidak saling mengenal satu sama lain.  Apalagi bayang-bayang cerita dari rekan kerjanya yang mengatakan jika Alfa tidak bisa move on dari mendiang kekasihnya. Ia jadi ragu jika Alfa datang benar-benar untuk melamarnya.

"Maaf Pa, Aleena butuh waktu untuk memikirkan ini." Kata Aleena, ia tak berani menatap wajah ayahnya saat mengatakan itu. Karena sang ayah terlihat begitu berharap dirinya menerima lamaran dari laki-laki yang tidak ia kenal itu.

Ya, meskipun Alfa adalah atasannya di kantor dan dosennya di kampus. Tapi keduanya tidak saling mengenal, merek hanya saling tahu.

"Baik, saya akan menunggu jawaban kamu hingga satu Minggu sangat depan. Setelah satu Minggu, saya akan datang bersama kedua orang tua saya untuk mendapatkan jawaban dari kamu." Kata Alfa terdengar lembut, namun siapa yang tau jika sebenarnya ia ingin langsung menegaskan pada gadis itu. Jika kedatangannya bukan untuk menunggu, tapi ia datang untuk memerintah Aleena agar langsung menerima lamarannya malam ini juga.

Aleena mendongak, menatap laki-laki dewasa di depannya yang kini tersenyum pada dirinya. Tapi, entah kenapa Aleena merasa jika senyum itu membuatnya merasa takut. Ia pun, segera mengalihkan tatapannya dari Alfa.

Aku yang tak diinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang