10. pesan kakak

206 12 0
                                    

Aleena tersenyum senang saat kakaknya kini duduk bersamanya di kursi dekat kolam renang. Sudah lama sekali mereka tidak bisa duduk berdua seperti ini, karena kakaknya yang begitu sibuk dengan urusan kantor. Atau saat sang kakak ada waktu di rumah, malah Aleena yang harus pergi dengan urusannya.

"Kakak nggak jaga kalau kamu sekarang udah menjadi istri seseorang. Padahal selama ini kakak hanya bercanda loh, soal kamu yang punya pasangan. Tapi ternyata Allah mengabulkan candaan kakak." Kata Arsil sembari mengelus puncak kepala adiknya dengan sayang.

Aleena hanya tersenyum mendengar perkataan sang kakak, sebenarnya ia juga tidak percaya jika akan menikah di usia 19 tahun. Jika boleh memilih ia lebih baik belum menikah dan menikmati kehidupannya bersama ayah dan kakaknya. Terlebih pernikahannya saat ini yang benar-benar tidak bisa disebut dengan sebuah pernikahan. Membuat Aleena ingin sekali protes kepada sang pencipta jika ia tidak menginginkan kehidupan seperti ini. Namun apa boleh buat, ia hanya seorang hamba yang diciptakan untuk menjalani sebuah kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh sang maha pencipta. Ia boleh meminta apapun kepada sang pencipta tapi tidak dengan menolak apa yang sudah digariskan untuk hidupnya di masa depan.

"Kamu adalah satu-satunya adik kecil kakak yang sangat Kakak sayangi, Kakak selalu berusaha untuk menjadi orang pertama yang selalu menjadi pelindung kamu. Jadi apapun masalah yang kamu hadapi nantinya katakan sama kakak, Kakak berjanji akan selalu membantu kamu untuk menghadapi semua masalah itu. Termasuk masalah rumah tangga kamu." Kata Arsil, ia mengecup puncak kepala adiknya dengan sayang.

Sejak Aleena terlahir ke dunia ini, Arsil adalah orang yang paling dekat dengan gadis itu. Dia selalu menjadi seorang kakak yang baik dan selalu ada untuk adiknya, yang selalu datang saat adiknya membutuhkan bantuan, dan selalu datang ketika adiknya merasa kesepian dan sendirian. Bahkan dulu saat Aleena kecil, Arsil memilih untuk tidak bermain keluar rumah seperti biasanya saat pulang sekolah. Ia memilih untuk tetap di rumah menemani sang adik bermain.

"Bukannya seorang kakak nggak boleh ikut campur urusan rumah tangga adiknya ya?" Aleena bertanya seperti itu karena ia yakin sang kakak sangat tahu bagaimana hak Kakak pada rumah tangga adiknya.

Arsil tersenyum tipis, ia tahu jika seorang kakak atau ipar tidak boleh ikut campur dalam urusan rumah tangga saudaranya. Entah kenapa hatinya mengatakan jika nanti sang adik akan membutuhkan dirinya.

"Iya, Kakak paham kalau saudara tidak seharusnya ikut campur urusan rumah tangga. Tapi kakak mohon kamu harus selalu lari pada kakakmu ini kalau ada masalah dengan suamimu. Dilihat dari kamu yang banyak diam saat kita membahas tentang rumah tangga kalian. Kakak tahu kalau rumah tangga kalian tidak baik-baik saja. Jadi tolong kamu jangan pernah menghadapi semuanya sendiri saat ada di titik terendah, kamu punya kakak yang akan selalu mendukung dan membantu kamu apapun yang terjadi." Kata Arsil panjang lebar.

"Rumah tangga kami baik-baik aja, Kakak tenang aja nggak usah terlalu dipikir."ujar Aleena sambil mengelus lengan kakaknya yang melingkar memeluk dirinya.

Asril membuang nafas pelan, lalu berkata, "Kakak paham kalau pernikahan kalian baik-baik saja, Kakak kan cuma memberi pesan kalau seandainya ada masalah yang benar-benar nggak bisa kamu selesaikan sendiri. Kamu harus menghubungi kakak, Kakak akan menjadi tempat kamu bersandar sampai semua masalah yang kamu hadapi terselesaikan."

"Pernikahan kalian terjadi begitu singkat, mungkin antara kamu dan Alfa masih sama-sama menyesuaikan dengan situasi sekarang ini. Jadi usahakan kamu selalu mengerti tentang suami kamu, dan kamu harus berusaha untuk menjadi rumah yang teduh untuk suami kamu pulang." Aleena kembali tersenyum tipis saat semua orang mengatakan jika ia harus selalu mengerti suaminya. Dalam hati ia ingin sekali berkata jika dia sudah sangat mengerti apapun sikap dari sang suami. Tapi semua itu tidaklah ada gunanya karena sang suami selalu mengabaikan keberadaan dirinya.

"Semua pesan dari kakak akan selalu Aleena ingat, dan insya Allah nanti Aleena akan berusaha dengan sangat baik untuk semua masalah yang ada dalam rumah tangga Aleena. Jadi Kakak nggak perlu sibuk sama rumah tangga adik kakak ini dan lebih baik Kakak segera cari istri agar bisa membina bahtera rumah tangga juga. Nanti kita bisa liburan bersama, karena kita nggak ada yang pacaran jadinya nanti honeymoon date, bukan double date." Ujarnya dengan tersenyum jahil.

Selama ini Arsil memang tidak pernah menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Saat Aleena meminta kakaknya untuk mencari pendamping hidup, dia selalu mengatakan ingin fokus pada karirnya terlebih dahulu. Dan akan menikah saat adik kecilnya menikah duluan. Dan sekarang Aleena sudah menikah, namun Arsil tetap tidak memiliki hubungan dengan gadis manapun. Sekarang alasannya berubah karena ingin memiliki perusahaan yang sendiri lebih dulu lalu ia akan mencari pendamping hidup.

***

Aleena sampai di panti asuhan saat jam 10.00 siang, ia terlalu asik menghabiskan waktu bersama ayah dan kakaknya sehingga lupa waktu. Aleena langsung memulai pemeriksaan pada semua anak-anak panti asuhan. Karena Aleena harus segera pulang sebelum jam makan siang. Bi Lila, mengirimkan pesan jika  bi Marni mengalami kecelakaan kecil di dapur. Sedangkan nanti siang akan ada acara keluarga di kediaman Mahendra, jadi bi Lila butuh bantuan tenaga untuk memasak.

Keluarga Mahendra tidak pernah suka pesan makanan dari luar jika acara keluarga, jadi semua yang di hidangkan adalah masakan dari orang rumah. Bi Lila tidak mungkin bisa menyelesaikan semua hidangan sendiri, jadi dengan terpaksa ia tidak meminta bantuan dari Aleena yang pandai dan cekatan dalam hal memasak.

"Alee, kamu bisa di sini sampai sore?" Tanya Bu Ulfa, sembari mengelus pundak gadis yang tengah sibuk melakukan pemeriksaan pada salah satu anak panti.

Aleena menoleh sebentar pada bu Ulfa, lalu melanjutkan kegiatannya melakukan pemeriksaan

"Maaf Bu. Hari ini Aleena nggak bisa lama-lama, soalnya ada di acara keluarga di rumah suami Aleena. Ibu butuh bantuan apa?" Tanyanya, sambil mencatat hasil pemeriksaannya.

"Ibu kangen makan siang bareng kamu, dan kita menghabiskan waktu bersama di sini dengan canda tawa. Sejak satu Minggu lalu kamu menikah, ini adalah hari pertama kamu datang berkunjung. Dan itu sangat singkat, jadi ibu berharap kamu bisa. Tapi ternyata ada acara yang lebih penting, mungkin lain kali aja." Jelas bu Ulfa, tidak memaksa keinginannya.

Aleena tersenyum mendengar perkataan Bu Ulfa, sebenarnya ia juga sangat merindukan kebersamaannya di panti. Tapi apa boleh buat, bi Lila, sedang membutuhkan dirinya untuk menyiapkan acara keluarga di kediaman Mahendra. Ia tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama di sana.

"Mungkin lain kali Alee akan menghabiskan waktu bersama kalian lagi. Tapi Alee nggak bisa janji karena nggak tau kapan, tapi Alee usahain bisa menghabiskan banyak waktu seperti dulu." Katanya dengan yakin.

"Sekalian sama suami kamu juga di ajak ya, biar dia tau kalau istrinya Sanga baik seperti malaikat." Bu Ulfa berkata dengan tersenyum lembut.

Aleena merasa tercekat, ia tidak bisa menjawab hal yang berkaitan dengan suaminya. Karena ia harus sadar diri jika lelaki itu enggan untuk mengakui dirinya sebagai istri.

Aleena melanjutkan memeriksa semua anak-anak panti dengan cepat. Setelahnya ia langsung pamit untuk pulang pada pengurus panti.






Aku yang tak diinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang